Kopi TIMES

Pola Islamisasi Jalur Perkawinan di Indonesia

Jumat, 06 Desember 2024 - 11:04 | 24.61k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Walisongo memainkan peran utama dalam sejarah islamisasi Jawa, mencerminkan kekuasaan politik meskipun mereka menyisipkan aspek-aspek budaya setempat dalam penyampaian ajaran Islam. Selain berperan sebagai ulama dan wali (panotogomo), Walisongo juga memegang kekuasaan politik sebagai sultan, raja, atau penasihat politik kerajaan.

Meski banyak orang yang masuk Islam karena tertarik pada fleksibilitas dan sifat non-hierarkis dari ajaran Islam yang diajarkan oleh para wali, aspek kultural ini hanyalah pelengkap. Unsur utama dari konversi ini adalah otoritas politik. Penyebaran Islam di Jawa lebih banyak dilakukan melalui kekuasaan politik yang berlangsung dari atas ke bawah (top-down), terutama setelah berdirinya berbagai dinasti Islam.

Advertisement

Para pedagang Muslim memiliki status sosial yang lebih baik daripada penduduk pribumi di Jawa, sehingga banyak putri bangsawan pribumi yang tertarik untuk menikah dengan mereka. Sebelum pernikahan, putri bangsawan ini diislamkan, dan setelah memiliki keturunan, komunitas Muslim semakin luas.

Perkawinan antara pedagang Muslim dengan anak bangsawan atau raja mempercepat proses islamisasi, seperti yang terjadi pada Raden Rahmat (Sunan Ngampel) dan Nyai Manila, serta Sunan Gunung Jati dan putri Kawunganten.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Menurut adat Jawa, upacara perkawinan baru dianggap lengkap apabila pengantin duduk bersanding pada walimatul 'urs. Untuk menyesuaikan dengan adat ini, umat Islam di Jawa mengadakan dua jenis walimah: walimatul 'aqd sesuai keagamaan dan walimatul 'urs sesuai adat, di mana pengantin pria dan wanita duduk bersanding. Meski syari'at Islam melarang pengantin perempuan menampakkan diri di muka umum, toleransi terhadap adat ditunjukkan dengan cara ini. Hal ini menunjukkan bahwa di Jawa, Islam menyesuaikan dengan adat, sementara di Sumatera, adat menyesuaikan dengan Islam.

Islam menjadi agama dengan pemeluk terbanyak di Indonesia. Dalam penyebarannya, Islam masuk ke Indonesia melalui berbagai cara. Tak terkecuali melalui perkawinan.  asuknya Islam ke Indonesia erat kaitannya dengan sejarah perdagangan dan eksplorasi lintas benua yang berlangsung pada periode tersebut.

Namun, terdapat perdebatan di kalangan ahli mengenai bagaimana persisnya proses adaptasi budaya dan agama Islam terjadi, khususnya dalam menggantikan dominasi kebudayaan serta agama sebelumnya, yaitu Hindu dan Budha.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Beberapa teori penyebaran Islam dari berbagai ahli muncul dengan dukungan bukti serta fakta yang menguatkan argumen mereka dalam menjelaskan fenomena ini. Perkawinan sering kali menjadi jalan bagi penyebaran agama Islam ke wilayah-wilayah baru. Berikut ini beberapa aspek di mana penyebaran agama Islam melalui perkawinan terjadi:

1. Kalangan Ulama

Ulama sering kali memainkan peran penting dalam penyebaran agama Islam melalui perkawinan. Mereka mungkin menjadi penengah atau pendorong perkawinan antara penganut Islam dengan individu dari luar komunitas mereka untuk memperluas jangkauan agama.

2. Kalangan Pedagang

Pedagang Muslim yang melakukan perjalanan ke berbagai wilayah sering kali menjalin hubungan perkawinan dengan penduduk setempat. Hal ini tidak hanya memperluas jejak perdagangan, tetapi juga membawa agama Islam ke tempat-tempat yang sebelumnya mungkin belum terkena pengaruh Islam.

3. Berasal dari Penduduk Asia Barat dan Selatan

Pengaruh Islam dari wilayah Asia Barat dan Selatan seperti Arab, India, dan Benggala memainkan peran penting dalam penyebaran agama melalui perkawinan. Ketika individu dari komunitas-komunitas ini menikahi pribumi dari wilayah lain, mereka membawa bersama mereka ajaran Islam.

4. Menikahi Pribumi Terpandang

Pernikahan antara individu Muslim yang dianggap terpandang dalam komunitas dengan pribumi setempat juga dapat menjadi sarana penyebaran Islam. Hal ini bisa meningkatkan status sosial pribumi yang menikah dengan mereka serta membawa masuk ajaran agama Islam ke dalam keluarga mereka. Secara keseluruhan, penyebaran agama Islam melalui perkawinan telah membuka pintu bagi interaksi budaya dan agama yang kemudian membentuk masyarakat-masyarakat yang beragam secara agama. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES