Kopi TIMES

Indonesia Menuju Aging Population 2045, Siapkah Masyarakat?

Senin, 30 Desember 2024 - 10:10 | 76.49k
Jani Purnawanty, Dosen dan Peneliti di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Pendiri dan Pengurus Lansia Sejahtera Surabaya (LSS)
Jani Purnawanty, Dosen dan Peneliti di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Pendiri dan Pengurus Lansia Sejahtera Surabaya (LSS)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Dua dekade ke depan, Indonesia sah menjadi salah satu negara di Asia yang berpenduduk lansia mencapai lebih dari 20%. Artinya, akan ada sekitar 50 juta penduduk Indonesia yang berusia di atas 60 tahun. 

Ini kabar baik, sebuah pencapaian yang mengafirmasi bahwa angka harapan hidup (AHH) manusia Indonesia lebih panjang. AHH bisa lebih panjang karena ada perbaikan kualitas hidup, kecukupan gizi, dan tersedianya fasilitas kesehatan yang lebih memadai. 

Advertisement

Di tahun 2023, usia harapan hidup orang Indonesia sudah mencapai 73 tahun. Diharapkan dalam kurun 2025-2045, AHH orang Indonesia dapat mencapai 80 tahun, setara dengan negara-negara maju.

Negara memiliki penduduk lansia lebih banyak merupakan blessing atau burden? Jawabannya sangat tergantung dari bagaimana negara mengelola dan menyikapi perubahan demografis ini. Keberadaan aging society membawa berkah dalam hal ketersediaan SDM yang kaya akan kearifan dan pengalaman hidup. 

Lansia memiliki pengalaman dalam menjalani pasang surut kehidupan, baik di ranah personal maupun dunia profesional. Ini pengalaman yang sangat bernilai. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk sektor pendidikan, terlebih dalam hal penguatan karakter dan kepribadian bangsa.

Di sisi lain, meningkatnya populasi lansia menciptakan permintaan baru dalam produk dan layanan khusus, seperti perawatan kesehatan, perumahan, fasilitas umum, dan rekreasi. Ini membuka peluang usaha bagi usia produktif dan dapat mendorong pertumbuhan sektor ekonomi tertentu.

Namun tidak bisa dipungkiri, keberadaan lansia dalam jumlah banyak itu memberi tekanan setidaknya pada sistem kesehatan. Lansia cenderung memerlukan perawatan kesehatan lebih intensif. Ini dapat meningkatkan beban pada sistem kesehatan nasional. Juga, dengan lebih banyak penduduk yang pensiun, rasio ketergantungan meningkat. 

Artinya, lebih sedikit pekerja yang harus mendukung lebih banyak pensiunan. Ini berpotensi menekan sistem pensiun dan anggaran negara. Tak hanya itu, suatu tatanan sosial yang tidak terbiasa dengan keberadaan lansia di sekitarnya berpotensi memunculkan banyak gesekan, baik di lingkungan terdekat, maupun di lingkaran terluar lansia. 

Aging population memberikan tantangan berbeda yang sangat kompleks. Ke depan, Indonesia harus merumuskan struktur masyarakatnya secara lebih inklusif. Inklusifitas di sini harus memasukan komponen lansia di dalamnya. Dalam tahapan awal membuka mata masyarakat Indonesia tentang era Aging Population 2045, terdapat tiga hal strategis yang perlu dilakukan. 

Pertama, mengedukasi masyarakat tentang lansia sebagai pribadi, anggota keluarga, dan bagian inklusif dari masyarakat. Termasuk mengedukasi diri lansia akan adanya perubahan pada dirinya sendiri di aspek fisiologis, psikologis, dan sosial. Edukasi ini ditargetkan agar tumbuh kesadaran masyarakat untuk bersedia menerima dan mendukung lansia di kehidupan sehari-hari. 

Kedua, masyarakat perlu menggali kembali, mengingat-ingat kembali pendidikan karakter yang memuliakan lansia. Indonesia memiliki akar budaya yang kuat terkait penghormatan terhadap orang tua dan lansia. 

Memuliakan orang tua merupakan ajaran universal yang bersumber dari nilai-nilai agama dan keluhuran budi para nenek moyang. Hingga kini, dalam struktur masyarakat tetap ada golongan pini sepuh atau tetua yang ditempatkan pada strata tinggi serta didengarkan petuah dan perintahnya. 

Derasnya modernisasi, globalisasi, dan perkembangan ICT jelas merubah cara pandang dan pola sikap generasi muda. Akan tetapi adalah kewajiban komunal masyarakat Indonesia untuk menanamkan dan memperkuat nilai-nilai penghormatan terhadap para lansia pada setiap diri generasi muda. Mereka perlu secara dini diajari dan dilibatkan dalam proses transisi menuju ke era aging population. 

Ketiga, mendorong pemerintah agar merancang, menetapkan, dan membangun kebijakan holistik yang ramah lansia. Termasuk di dalamnya menyediakan jaminan sosial, layanan kesehatan khusus lansia, dan penyediaan sarana prasarana ramah lansia. 

Penting juga dibangun atmosfir yang mendukung lansia di sektor ekonomi produktif. Strategis untuk digali peluang dan potensi ekonomi apa yang masih bisa diperankan lansia sehingga lansia dapat menjadi salah satu pilar pendukung kesejahteraan bangsa.

Menyongsong era aging population merupakan gawe kolosal dan tanggung jawab seluruh masyarakat Indonesia. Menjadikan lansia Indonesia hidup mulia dan sejahtera (elderly wellness) adalah salah satu cara meraih kejayaan bangsa.

***

*) Oleh : Jani Purnawanty, Dosen dan Peneliti di Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Pendiri dan Pengurus Lansia Sejahtera Surabaya (LSS).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES