
TIMESINDONESIA, MALANG – Setiap pergantian tahun, mayoritas orang melakukan aktivitas sebagai pertanda melepas tahun lama dan menyambut tahun baru. Segenap harapan dan keinginan di tahun baru diungkapkan dengan berbagai ekspresi dan mencoba menyusun rencana untuk menggapai keinginan tersebut.
Kesuksesan yang telah didapatkan di tahun lama, tentu diupayakan meningkat dan bertambah kuantitas dan kualitasnya di tahun baru. Kehidupan lebih baik menjadi harapan bagi semua orang, agar di kehidupan tahun baru merasakan kebahagiaan.
Advertisement
Segenap utopia yang positif berkecamuk di benak setiap insan. Euforia pergantian tahun menjadi momentum menancapkan harapan kehidupan yang lebih baik. Tidak satupun insan di dunia ini yang mengharapkan ketidakbahagiaan, justru sebaliknya apa yang telah dicapai sedapatnya meningkat di tahun-tahun berikutnya.
Wajar bila tahun baru dijadikan tonggak meretas utopia-utopia yang belum tercapai, tentu dibarengi dengan strategi pencapaian yang jitu, apalagi tingkat kompetisi di berbagai bidang semakin ketat dan permasalahan juga semakin kompleks, bahkan terkadang tidak dapat diprediksi.
Suasana dan kondisi global juga perlu menjadi pertimbangan dalam menyusun strategi pencapaian utopia di tahun yang masuk pada era disrupsi atau sebagian orang menyebutnya sebagai Post-Normalisme Era (PNE).
Boleh saja di malam pergantian tahun, setiap insan merayakan dengan berbagai aktivitas namun tetap harus mengingat bahwa tantangan di tahun baru tidak seringan di tahun-tahun sebelumnya. Situasi global sangat tidak menentu, geopolitik internasional menggambarkan kondisi yang belum stabil ditandai dengan ketidaksesuaian perang dan konflik di beberapa negara, terutama Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel.
Suasana disharmonis tersebut menjadi indikator ketidakstabilan dan ketidaknyamanan hidup di tahun baru. Utopia yang tinggi tetap perlu ditancapkan sebagai arah hidup yang lebih dinamis dan progresif, dengan tetap mempertimbangkan tantangan dan rintangan yang tidak bisa dianggap sepele dan remeh.
Introspeksi terhadap capain-capaian di tahun lama juga dapat dijadikan referensi planning di tahun baru. Flashback kegiatan dan hasil capaiannya merupakan proses yang tidak terelakkan dalam penyusunan program di tahun baru, karena dengan review ketercapaian tersebut dapat menimbang dan mengukur target-target dari setiap program baru.
Keseimbangan antara hasil terdahulu dan rencana perbaikan merupakan sebuah indikasi pengukuran kualitas hidup seseorang. Prinsip hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik dari hari ini senantiasa dijadikan rujukan dalam setiap langkah kehidupan.
Semangat perbaikan kualitas dan mutu hidup ada pada mindset setiap orang, harapan lebih baik menandakan bahwa seseorang memiliki dinamika dan motivasi kuat untuk memperbaiki diri. Kegagalan di masa lalu adalah cambuk yang memacu dan memicu seseorang untuk berbuat lebih baik. Utopia menjadi deskripsi cita-cita yang akan direalisasikan dengan segenap kekuatan yang dimiliki.
Di samping introspeksi, di tahun baru juga dibutuhkan prediksi kondisi dan situasi kehidupan di berbagai bidang. Ketidakmenentuan kondisi hidup secara internasional yang berdampak pada kehidupan lokal dan nasional menjadikan prediksi yang akurat tidak dapat diperoleh, maka sikap kehati-hatian dalam menetapkan program di tahun baru, apalagi program tersebut memiliki resiko besar.
Contoh kecil dalam menetapkan program prioritas dengan budget besar, perlu mempertimbangkan efesiensi program dengan cara menurunkan target dan sasaran. Penurunan budget yang rasional memungkinkan keterlaksanaan program dengan sedikit kuantitas pelibatan pihak-pihak yang menjadi mitra.
Selama pengurangan tersebut tidak berimplikasi pada kualitas program, maka hal ini lebih baik daripada program tidak dilaksanakan sama sekali. Di sinilah kepekaan dan prediksi terhadap kondisi situasi global sangat menentukan keberhasilan program-program sebagai bentuk implementasi utopia di tahun yang penuh asa.
***
*) Oleh : Mohammad Afifulloh, Dosen Fakultas Agama Islam dan Pascasarjana Unisma Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |