Kopi TIMES

Strategi Ambisius Prabowo dalam Menurunkan Nilai Tukar Dolar AS

Senin, 13 Januari 2025 - 10:58 | 106.19k
Ruddad Ilaina Rohmah, Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA).
Ruddad Ilaina Rohmah, Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Presiden Prabowo Subianto baru-baru ini mengumumkan visi besar dengan tujuan jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap dolar AS dengan menurunkan nilai tukar dolar terhadap rupiah dari sekitar Rp 15.000 menjadi Rp 5.000 selama lima hingga 10 tahun ke depan.

Pernyataan tersebut tidak hanya mencerminkan semangat pemerintah untuk meningkatkan perekonomian Indonesia, namun juga jelas menandakan adanya perubahan cara pandang dalam pengelolaan sumber daya alam dan sektor-sektor strategis.

Advertisement

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, salah satu strategi utama untuk mencapai visi tersebut adalah hilirisasi pemanfaatan bahan baku pertanian dan pertambangan sebagai pilar utama pembangunan ekonomi berkelanjutan Indonesia.

Hilirisasi: Optimalisasi Potensi Sumber Daya Alam

Hilirisasi merupakan strategi yang bertujuan untuk mengolah bahan mentah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi. Konsep tersebut merupakan bagian penting dari upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada ekspor bahan mentah dan meningkatkan kontribusi manufaktur terhadap perekonomian negara.

Kebijakan hilirisasi yang digagas Presiden Prabowo tidak hanya bertujuan untuk memaksimalkan potensi ekonomi sektor ekstraktif, tetapi juga untuk memperkuat kemandirian ekonomi Indonesia. Melalui hilirisasi, Indonesia berharap dapat mengurangi pengeluaran pemerintah untuk mengimpor barang-barang yang benar-benar dapat diproduksi di dalam negeri.

Fokus hilir kebijakan Presiden Prabowo adalah pada produk pertanian seperti kelapa sawit, cengkeh, kelapa, kakao, kopi, dan lada. Bahan baku ini dipilih karena potensi produksi dan ekspornya yang besar. Sebagai salah satu produsen bahan baku terbesar di dunia, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan sektor ini guna mencapai nilai tambah yang lebih tinggi dan memberikan manfaat ekonomi yang maksimal.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Misalnya saja di sektor kakao, saat ini Indonesia mengekspor biji kakao dalam bentuk mentah dalam jumlah besar, namun dengan harga hanya sekitar Rp 26.000 per kilogram. Namun jika biji kakao diolah menjadi produk olahan seperti coklat, harga jualnya bisa naik hingga 1 juta rupiah per kilogram. Proses hilirisasi ini memungkinkan Indonesia mewujudkan potensi ekonomi yang lebih besar, yang selama ini cenderung menguntungkan negara tujuan ekspor.

Oleh karena itu, sektor hilir dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian dalam negeri sehingga dapat meningkatkan ekspor produk-produk bernilai tambah tinggi sehingga dapat memperbaiki posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.

Pemerintah memperkirakan pengolahan lebih lanjut keenam produk pertanian tersebut dapat meningkatkan nilai tambah hingga 20 kali lipat, mencapai sekitar Rp12 triliun.  Kebijakan ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar internasional, namun juga mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor produk yang dapat diproduksi di dalam negeri.

Hal ini beralasan mengingat Indonesia harus mengeluarkan mata uang asing dalam jumlah besar (sekitar Rp 500 triliun) setiap tahunnya untuk membiayai impor barang konsumsi dan barang penting lainnya.  Hilir dapat mengurangi ketergantungan ini secara signifikan.

Sektor pertambangan: Menjamin kemandirian energi dan perekonomian

Selain sektor pertanian, sektor pertambangan menjadi prioritas utama dalam upaya Indonesia mencapai kemandirian ekonomi. Sebagai negara yang kaya sumber daya, Indonesia sudah lama mengandalkan ekspor bahan mentah seperti batu bara, nikel, tembaga, dan berbagai mineral lainnya. Meskipun Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang luar biasa, Indonesia masih bergantung pada ekspor bahan mentah yang bernilai tambah rendah. Oleh karena itu, hilirisasi sektor pertambangan menjadi langkah strategis untuk mengoptimalkan potensi tersebut.

Contoh spesifik di sektor pertambangan adalah nikel.

Indonesia mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia, namun sebagian besar nikel yang diekspor hanya dalam bentuk bijih mentah. Indonesia berpotensi mencapai nilai tambah yang lebih tinggi dengan mengolah nikel menjadi produk setengah jadi bahkan produk jadi seperti baterai kendaraan listrik (EV) dan paduan logam lainnya. Misalnya, nikel yang diproduksi menjadi baterai mobil listrik memiliki nilai jual yang jauh lebih tinggi dibandingkan sekadar menjual bijih nikel.

Langkah ini akan berdampak besar terhadap perekonomian Indonesia seiring dengan meningkatnya permintaan baterai kendaraan listrik dan teknologi energi terbarukan di pasar global. Oleh karena itu, hilirisasi nikel tidak hanya akan memperkuat sektor pertambangan Indonesia, tetapi juga mendorong pengembangan sektor energi terbarukan dan teknologi ramah lingkungan yang dapat mendukung ketahanan energi bangsa.

Di sektor energi, pemerintah juga merencanakan langkah-langkah untuk meningkatkan penggunaan biodiesel berbahan dasar minyak sawit. Kebijakan ini akan meningkatkan proporsi biodiesel dalam minyak solar dari 35% menjadi 60% dalam beberapa tahun ke depan, memperkuat ketahanan energi nasional dan mengurangi impor energi fosil Indonesia yang selama ini menghabiskan banyak devisa negara pada Sektor hilir pertambangan dan energi juga akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memberikan dampak positif terhadap perekonomian lokal.

Tantangan dan Peluang Implementasi Hilirisasi Kebijakan hilir yang diusulkan Presiden Prabowo Subianto sangat ambisius, namun banyak tantangan besar yang harus dihadapi untuk mewujudkannya. Salah satu tantangan terbesarnya adalah terbatasnya infrastruktur yang dapat mendukung industrialisasi dan proses hilirisasi baik di sektor pertanian maupun pertambangan. Pemrosesan hilir yang efektif memerlukan fasilitas pemrosesan modern dan kapasitas produksi yang memadai. Oleh karena itu, kebijakan tersebut mengamanatkan investasi besar dalam pembangunan infrastruktur dan teknologi pemrosesan.

Selain itu, operasi hilir juga memerlukan personel yang berkualifikasi dan kompeten untuk mengendalikan proses pengolahan. Oleh karena itu, investasi pada pendidikan dan pelatihan sangat penting untuk memastikan proses hilir berjalan efisien dan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Hal ini mengharuskan pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan untuk bekerja sama secara erat untuk menciptakan program pelatihan yang memenuhi kebutuhan industri. Yang tidak kalah pentingnya adalah dukungan politik yang jelas dan stabil dari pemerintah. Kemudahan perizinan, insentif investasi, dan insentif perpajakan sangat penting untuk menarik investor domestik dan internasional.

Tanpa kebijakan yang stabil dan transparan, investor akan enggan berinvestasi di sektor hilir yang membutuhkan modal besar dan jangka waktu lama.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Selain tantangan-tantangan tersebut, penting juga untuk mempertimbangkan dampak lingkungan yang timbul dari proses hilir, khususnya sektor pertambangan dan energi. Proses pengolahan yang lebih intensif dapat meningkatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan jika tidak dilakukan dengan mempertimbangkan prinsip keberlanjutan. Oleh karena itu, pemerintah harus memastikan bahwa teknologi yang digunakan dalam proses hilir ramah lingkungan dan memenuhi standar keberlanjutan global.

Namun, jika tantangan-tantangan ini dikelola dengan bijak, Indonesia mempunyai peluang besar untuk bertransformasi dari negara yang bergantung pada ekspor bahan mentah menjadi negara yang mampu menghasilkan produk bernilai tambah tinggi. Hilirisasi akan memperkuat posisi Indonesia di pasar internasional, meningkatkan ketahanan perekonomian, dan mengurangi ketergantungan terhadap faktor eksternal seperti fluktuasi harga komoditas global dan ketegangan perekonomian internasional.

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa pengolahan lebih lanjut bahan baku pertanian dan pertambangan dapat menjadi langkah strategis menuju kemandirian perekonomian Indonesia. Kebijakan ini dapat meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia dan membuka lebih banyak lapangan kerja. Namun keberhasilannya akan sangat bergantung pada investasi di bidang infrastruktur, pendidikan dan kebijakan yang mendorong iklim investasi yang baik. Jika berhasil dilaksanakan, hilirisasi tidak hanya akan memperkuat perekonomian dalam negeri tetapi juga memperbaiki posisi rupiah terhadap dolar AS.

Namun, seperti halnya bidang kebijakan lainnya, keberhasilan hilirisasi memerlukan kerja sama yang erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Oleh karena itu, mengambil langkah-langkah yang terencana dan terukur merupakan kunci terpenting untuk mewujudkan impian besar menjadikan Indonesia sebagai negara yang mandiri dan berkelanjutan dalam perekonomian global. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Ruddad Ilaina Rohmah, Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES