Pencegahan Kasus Bullying di Kota Batu, Malang, dari Sekolah, Keluarga hingga Masyarakat
TIMESINDONESIA, MALANG – Bullying mulai menjadi suatu isu yang sangat penting diperbincangkan. Di media sosial, bullying juga menjadi suatu topik yang sangat menarik. Sangat banyak pada masa ini permasalahan yang berkaitan dengan bullying. Tanpa sadar kita telah menjadi korban ataupun pelaku bully dalam kehidupan kita sehari-hari. Manusia ketika merasa berkuasa atau lebih kuat, maka dia tanpa sadar sering menampakkan keunggulannya secara berlebihan. Apakah dalam rangka memancing perhatian lawan jenis, atau untuk mendapatkan pujian dan sanjungan, itulah sifat dasar dari manusia, sebagai mamalia.
Aksi bullying sampai sekarang masih saja terjadi dan dapat kita jumpai bahwa aksi ini dilakukan oleh anak-anak atau bahkan dilakukan oleh orang dewasa. Banyak korban bullying memilih mengasingkan diri dari lingkungannya atau bahkan ingin mengakhiri hidupnya, karena tidak kuat dengan tekanan yang ia dapatkan.
Advertisement
Selain itu, jika korban bullying adalah anak sekolah, maka anak itu lebih memilih untuk tidak masuk sekolah ketimbang menjadi bahan bullying teman-temannya. Di kantor juga dapat kita lihat ada saja oknum-oknum yang tidak mau kalah, selalu harus mendikte orang lain dan secara kata-kata suka merendahkan orang lain. Bahkan dalam keluarga pun, kita bisa melihat sikap bully jika orang tua tidak secara konsisten menghilangkan aksi bully dalam rumah.
Bullying merupakan perilaku maupun tindakan yang sengaja dilakukan untuk menyakiti orang lain secara terus menerus, baik itu secara fisik maupun verbal, yang dilakukan secara agresif. Biasanya, pelaku bullying tidak segan-segan untuk menyakiti korbannya tanpa memperdulikan akibat dari tindakan tersebut. Dampak dari tindakan ini sendiri dapat membuat korban mengalami ketakutan, gangguan kecemasan, depresi, hingga timbul pemikiran untuk melakukan bunuh diri, atau bahkan ada yang bisa sampai meninggal.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Kasus bullying di Kota Batu, banyak mencerminkan masalah yang lebih besar terkait dengan dinamika sosial di kalangan remaja maupun anak-anak. Bullying baik yang terjadi di sekolah maupun di dunia maya, adalah bentuk kekerasan yang dapat memberikan dampak jangka panjang, tidak hanya pada korban, tetapi juga pada pelaku.
Ini menciptakan siklus negatif yang sulit dihentikan jika tidak ada intervensi yang tepat. Kasus ini bukanlah bukanlah kejadian yang berdiri sendiri, melainkan cerminan dari masalah sistematik yang lebih luas dalam lingkungan pendidikan dan sosial. Kurangnya pengawasan dari orang tua, kurangnya kesdaran akan bahaya bullying, serta kurangnya tindakan preventif menjadi faktor penyebab kasus tersebut.
Kasus ini merupakan tragedy yang seharusnya tidak terjadi. Kematian seorang siswa akibat tindakan bullying adalag bukti nyata bahwa masalah ini telah mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan. Bullying bukan hanya sekedar perundungan biasa, tetapi berdampak sangat serius pada korban, baik fisik maupun psikologis. Dalam kasus ini, tindakan bullying berujung pada kematian, menunjukkan betapa fatalnya konsekuensi yang bisa terjadi.
Seperti contoh kasus bullying yang terjadi pada salah satu siswa SMP berinisial RKW (14) di Kota Batu, Malang, telah diusut. Setidaknya polres mengamankan lima siswa SMP yang diduga terlibat kasus perundungan dan penganiayaan itu. Kelima siswa yang terlibat berinisial MA (13), KA (13), MI (15), dan KB (13). Polisi menjelaskan, penganiayaan yang terjadi pada Rabu (29/5/2024) itu mengakibatkan korban alami pendarahan di otak. Korban sempat bercerita penyebab sakit di kepalanya. Namun saat diberi obat, korban pun mengaku usai dipukul oleh teman di sekolahnya. Meskipun sempat jalani perawatan di rumah sakit korban dinyatakan meninggal pada hari Jum’at (31/5/24).
Kasus bullying yang terjadi di Kota Batu, Malang, menunjukkan bahwa meskipun masyarakat semakin sadar akan dampak negatif kekerasan fisik maupun psikologis, masalah ini tetap menjadi persoalan serius di banyak kalangan. Bullying baik di sekolah maupun di ruang publik, tidak hanya merusak mental dan emosional korban, tetapi juga menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi perkembangan anak anak dan remaja.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Penyebab utama bullying bisa bervariasi, mulai dari ketidakmampuan individu dalam mengelola perbedaan hingga pengaruh lingkungan yang kurang mendukung nilai-nilai saling menghargai. Salah satu faktor yang perlu dicermati adalah peran pendidikan, baik di sekolah maupun dalam keluarga. Sekolah harus memiliki sistem yang efektif untuk menangani kasus bullying dengan tegas dan memberi ruang bagi siswa untuk berbicara tanpa rasa takut. Di sisi lain, orang tua juga harus berperan aktif dalam mengajarkan anak-anaknya tentang empati, toleransi, dan pentingnya saling menghormati.
Penting juga untuk menyadari bahwa dampak bullying tidak hanya terjadi dalam jangka pendek, tetapi dapat berlanjut hingga dewasa. Korban bullying sering kali menghadapi gangguan mental seperti depresi, kecemasan, bahkan mempengaruhi prestasi akademis mereka. Oleh karena itu, pencegahan dan penanganan bullying memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Untuk itu, sebagai langkah preventif, pemerintah daerah dan sekolah-sekolah di Kota Batu perlu memperkuat program pendidikan karakter dan membangun sistem pelaporan yang aman bagi korban bullying. Selain itu, kolaborasi dengan psikolog dan tenaga ahli dapat membantu mengidentifikasi lebih dini tanda-tanda perilaku bullying, serta memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh korban.
Menurut saya, salah satu masalah utama yang perlu disorot adalah kurangnya pemahaman tentang dampak psikologis dari bullying, baik di kalangan siswa maupun guru. Banyak korban merasa terisolasi, rendah diri, dan kehilangan kepercayaan diri, sementara pelaku bisa berkembang menjadi individu yang lebih agresif jika tidak ada pendidikan atau konseling yang mengubah pola perilaku mereka.
Penting bagi pihak sekolah dan pemerintah daerah untuk lebih proaktif dalam menangani kasus bullying, mulai dari penerapan kebijakan yang tegas hingga penyuluhan tentang pentingnya empati, inklusivitas, dan saling menghargai. Program anti-bullying harus lebih dari sekadar deklarasi; mereka harus mencakup pelatihan bagi para guru untuk mengenali tanda-tanda bullying dan pendekatan berbasis psikologis untuk mendukung korban dan pelaku. Selain itu, peran orang tua juga sangat krusial. Pendidikan karakter di rumah harus diperkuat, mengajarkan anak-anak untuk menghargai perbedaan dan mengatasi konflik dengan cara yang sehat. Media sosial, yang sering kali menjadi saluran bullying, juga harus dikelola dengan bijak, dan anak-anak harus diajarkan cara menghadapinya secara kritis.
Kasus bullying di Kota Batu, Malang, memberikan pelajaran penting tentang perlunya pendekatan yang komprehensif dalam menangani masalah ini. Tidak ada satu pihak pun yang bisa berdiri sendiri dalam mengatasi bullying, ini adalah masalah bersama yang membutuhkan kerja sama lintas sektor. Sekolah, orang tua, pemerintah, dan masyarakat memiliki peran yang saling melengkapi untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif bagi setiap anak. Jika langkah-langkah pencegahan dan penanganan ini diimplementasikan dengan baik, diharapkan kasus bullying di Kota Batu, atau bahkan di seluruh Indonesia, dapat berkurang secara signifikan.
Dengan demikian, upaya kita untuk mengatasi bullying harus dilihat sebagai bagian dari usaha yang lebih besar untuk menciptakan masyarakat yang beradab, di mana setiap individu, terutama anak-anak dan remaja, merasa dihargai dan diterima. Jika ini berhasil dilakukan, kita tidak hanya mencegah terjadinya bullying, tetapi juga memupuk budaya saling menghormati dan peduli di antara kita.
Kesimpulannya, kasus bullying bukan hanya masalah individu atau sekolah saja, tetapi merupakan masalah sosial yang membutuhkan perhatian seluruh pihak pendidik, orang tua, masyarakat, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang lebih aman dan penuh empati bagi generasi muda. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Roifatul Umam, Mahasiswa Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |