Kopi TIMES

Hakikat Pesantren

Selasa, 21 Januari 2025 - 20:03 | 30.24k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Kata pesantren yang berasal dan kata santri dengan mendapat awalan pe- dan akhiran an. Kata tersebut mengandung arti asrama tempat tinggal santri atau tempat murid-murid belajar mengaji dan sebagainya. Istilah santri berasal dari bahasa Tamil yang berarti guru ngaji. Sumber yang lain menyebutkan bahwa kata itu berasal dari bahasa Inda Chasti dari akar kata Shastra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama atau buku tentang ilmu pengetahuan.

Kata pesantren sering digunakan dalam bahasa sehari-hari dengan tambahan kata "pondok" menjadi "pondok pesantren". Ditinjau dan segi bahasa, kata pondok dengan kata pesantren tidak ada perbedaan yang mendasar di antara keduanya karena kata pondok adalah berasal dan bahasa Arab Funduq yang artinya hotel dan pesantren. Dalam pemahaman masyarakat Indonesia dapat diartikan sebagai tempat berlangsungnya suatu pendidikan agama Islam yang telah melembaga sejak zaman dahulu. Jadi pada hakikatnya pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan agama Islam.

Advertisement

Dalam buku yang berjudul Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren yang dikeluarkan oleh Departemen Agama halaman 9 mendefinisikan pondok pesantren sebagai:

"Lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam yang pada umumnya pendidikan dan pengajaran tersebut diberikan dengan cara non-klasikal di mana seorang kiai mengajar santri-santri berdasarkan kitab-kitab yang ditulis dalam bahasa Arab oleh ulama-ulama besar sejak abad pertengahan sedang para santri biasanya tinggal dalam pondok dalam pesantren tersebut."

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sementara itu Mukti Ali dalam makalahnya yang berjudul dinamisasi dan hakikat pondok pesantren disampaikan pada musyawarah lokakarya intensifikasi pengembangan pondok pesantren mengidentifikasi bahwa pondok pesantren mempunyai ciri-ciri adanya kiai yang mengajar dan mendidik. Santri yang belajar dari kiai, masjid tempat untuk menyelenggarakan pendidikan, shalat berjamaah dan sebagainya, pondok tempat tinggal para santri.

Secara umum pesantren dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni pesantren salaf (tradisional) dan pesantren khalaf atau modern. Sebuah pesantren disebut pesantren salaf jika dalam kegiatan, pendidikannya semata-mata berdasarkan pada pola-pola pengajaran klasik atau lama, yakni berupa pengajian kitab kuning dengan metode pembelajaran klasik atau lama serta belum dikombinasikan dengan pola pendidikan modern.

Jenis pondok ini pun dapat meningkat dengan membuat kurikulum tersendiri, dalam arti kurikulum ala pondok pesantren yang bersangkutan yang disusun sendiri berdasarkan ciri khas yang dimiliki oleh pondok pesantren. 225 Pesantren khalaf adalah pesantren yang di samping tetap dilestarikannya unsur-unsur utama pesantren, juga memasukkan ke dalamnya unsur-unsur modern yang ditandai dengan sistem atau klasikal atau sekolah dan adanya ilmu-ilmu umum yang digabungkan dengan pola pendidikan pesantren klasik.

Dengan demikian, pesantren modern merupakan pendidikan pesantren yang diperbarui atau dipermodern pada segi-segi tertentu untuk disesuaikan dengan sistem sekolah. Pesantren ini selain menyelenggarakan kegiatan kepesantrenan juga menyelenggarakan kegiatan pendidikan formal (jalur sekolah), baik itu jalur umum (SD, SMP dan SMK) maupun jalur berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA, MAK). Biasanya kegiatan pembelajaran kepesantrenan pada pondok pesantren ini memiliki kurikulum pondok pesantren yang klasikal dan berjenjang.

Komponen-komponen yang terdapat pada sebuah pesantren pada umumnya terdiri dari pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab klasik serta kiai. Pada pesantren-pesantren tertentu terdapat pula di dalamnya madrasah atau sekolah dengan segala kelengkapannya. Setiap pesantren memiliki tempat tinggal para santrinya yang disebut pondok atau asrama.

Di pesantren yang telah maju, biasanya memiliki komplek tersendiri yang dikelilingi oleh pagar pembatas untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri serta untuk memisahkan dengan lingkungan sekitar. Di dalam komplek itu diadakan pemisahan secara jelas antara perumahan kiai dan keluarganya dengan asrama santri baik putra maupun putri. Masjid merupakan elemen penting dari pesantren sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri baik untuk pelaksanaan shalat lima waktu maupun pengajaran kitab-kitab kuning.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam konteks dunia pesantren, beberapa ahli telah menulis dengan versi pengamatan masing-masing. Zamakhsari Dhofier dalam bukunya, Tradisi Pesantren memulai sorotannya dengan menyatakan bahwa kategori pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional yang sangat statis dibantahnya.

Ia melakukan kajian terhadap sistem pesantren dan menemukan bahwa sistem pendidikannya ditandai oleh beberapa komponen, yaitu ada santri, masjid, kiai serta adanya tempat berdiam para santri.

Juga mengungkapkan tentang adanya dua kategori pesantren yaitu pesantren tradisional dan pesantren yang sudah berkembang dengan pesat yang berbentuk modern. Pengkajiannya terhadap beberapa pesantren tua dan terkenal di pulau jawa mengantarkannya kepada pandangan bahwa pesantren adalah dunia yang penuh dengan dinamika.

Kemudian Karel A. Steenbrink menulis buku Pesantren, Madrasah Sekolah. Salah satu pembahasannya menyoroti sistem pendidikan yang dibawa Belanda ke Tanah air. Kemudian juga membahas pendidikan tradisional yang bernama pesantren yang mengajarkan membaca al-Quran, ilmu-ilmu agama Islam dalam wujudnya yang sangat sederhana. Di masa kemerdekaan, di samping dia melihat adanya perkembangan pesantren yang menjamur di Tanah Air juga perkembangan pendidikan model madrasah yang banyak juga dikelola oleh pemerintah Indonesia. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES