Kopi TIMES

Generasi Z dan Masa Depan Dunia Kerja: Apa yang Mereka Inginkan?

Kamis, 23 Januari 2025 - 13:07 | 33.17k
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Generasi Z (Gen Z), yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, kini mulai mendominasi dunia kerja. Kehadiran mereka membawa perspektif dan ekspektasi baru yang berbeda dari generasi sebelumnya. Dalam konteks dunia kerja, Gen Z menunjukkan preferensi yang kuat terhadap fleksibilitas, keseimbangan kerja-hidup, dan makna pekerjaan. Hal ini menimbulkan tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan generasi yang sangat akrab dengan teknologi ini.

Salah satu ekspektasi utama Gen Z adalah fleksibilitas dalam bekerja. Generasi ini tumbuh dalam era digital, di mana akses internet dan teknologi memungkinkan pekerjaan dilakukan dari mana saja. Tidak mengherankan jika mereka menginginkan model kerja yang fleksibel, baik dari segi waktu maupun lokasi. Studi menunjukkan bahwa lebih dari 70% Gen Z menganggap fleksibilitas sebagai faktor penting dalam memilih pekerjaan.

Advertisement

Namun, penting untuk mencermati bahwa fleksibilitas bukan hanya soal kenyamanan semata, melainkan juga tentang efektivitas kerja. Dengan bekerja dari rumah atau tempat lain yang mereka pilih, Gen Z merasa lebih fokus dan mampu mengelola waktu dengan baik. Hal ini membantah anggapan bahwa fleksibilitas hanya akan membuat karyawan menjadi kurang terkontrol. Faktanya, survei global menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan kebijakan kerja fleksibel cenderung mengalami peningkatan produktivitas hingga 40%.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Meski begitu, perusahaan yang masih menerapkan sistem kerja konvensional sering kali ragu untuk mengadopsi fleksibilitas. Kekhawatiran akan berkurangnya kontrol terhadap karyawan sering menjadi alasan utama. Akan tetapi, pandangan ini sebenarnya dapat diatasi dengan strategi manajemen berbasis hasil. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk tetap memantau kinerja tanpa harus mengorbankan fleksibilitas yang diinginkan karyawan. Lebih jauh lagi, fleksibilitas dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan loyalitas karyawan. Karyawan yang merasa kebutuhan pribadinya dihargai cenderung lebih termotivasi dan berkomitmen pada pekerjaannya.

Di sisi lain, fleksibilitas juga memiliki implikasi positif bagi perusahaan dari perspektif finansial. Dengan model kerja yang fleksibel, perusahaan dapat mengurangi biaya operasional, seperti sewa ruang kantor dan utilitas. Hal ini memberikan win-win solution bagi kedua belah pihak: karyawan mendapatkan kenyamanan, sementara perusahaan dapat beroperasi secara lebih efisien. Oleh karena itu, fleksibilitas bukan lagi sekadar pilihan, melainkan sebuah kebutuhan yang mendukung keberlanjutan bisnis di era modern.

Keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi adalah prioritas lain yang sangat dihargai oleh Gen Z. Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung bekerja tanpa henti demi karier, Gen Z lebih menghargai waktu untuk keluarga, teman, dan hobi. Mereka percaya bahwa hidup tidak hanya tentang pekerjaan, melainkan juga tentang kualitas waktu di luar pekerjaan.

Ekspektasi ini dipengaruhi oleh kesadaran Gen Z terhadap pentingnya kesehatan mental. Banyak dari mereka yang menyadari risiko burnout akibat beban kerja yang berlebihan. Oleh karena itu, mereka mencari perusahaan yang menawarkan kebijakan mendukung keseimbangan kerja-hidup, seperti cuti yang fleksibel, jam kerja yang lebih pendek, atau program kesehatan mental.

Namun, bagi beberapa perusahaan, memenuhi ekspektasi ini bukanlah hal yang mudah. Budaya kerja yang terlalu fokus pada hasil sering kali mengabaikan kebutuhan karyawan untuk beristirahat. Di sinilah pentingnya peran manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat, di mana karyawan merasa dihargai tidak hanya karena kinerjanya, tetapi juga sebagai individu.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Selain fleksibilitas dan keseimbangan kerja-hidup, Gen Z juga sangat mementingkan makna dalam pekerjaan yang mereka lakukan. Mereka ingin bekerja di perusahaan yang memiliki tujuan jelas dan berdampak positif bagi masyarakat. Faktor ini menjelaskan mengapa banyak Gen Z tertarik pada perusahaan yang mendukung keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan inklusivitas.

Generasi ini cenderung mempertimbangkan nilai-nilai perusahaan sebelum bergabung. Mereka tidak hanya melihat gaji sebagai satu-satunya tolok ukur, tetapi juga seberapa besar kontribusi pekerjaan tersebut terhadap perubahan yang lebih baik. Misalnya, perusahaan yang memiliki program tanggung jawab sosial atau inisiatif untuk menjaga lingkungan lebih menarik bagi Gen Z dibandingkan perusahaan yang hanya fokus pada keuntungan.

Namun, tidak semua perusahaan siap memenuhi ekspektasi ini. Banyak organisasi yang masih berorientasi pada hasil jangka pendek tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Untuk menarik dan mempertahankan talenta Gen Z, perusahaan perlu bertransformasi menjadi entitas yang lebih berfokus pada nilai, baik dalam operasi internal maupun interaksi eksternal.

Ekspektasi Gen Z dalam dunia kerja tentu membawa tantangan tersendiri bagi perusahaan. Misalnya, fleksibilitas kerja mungkin memerlukan investasi pada infrastruktur digital, sementara keseimbangan kerja-hidup membutuhkan perubahan budaya kerja yang mendalam. Selain itu, memenuhi harapan akan makna pekerjaan memerlukan komitmen perusahaan untuk mengadopsi nilai-nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.

Namun, di balik tantangan ini terdapat peluang besar. Perusahaan yang berhasil memenuhi ekspektasi Gen Z akan mendapatkan keuntungan berupa loyalitas dan semangat kerja yang tinggi dari karyawan. Dengan memberikan fleksibilitas, perusahaan dapat menarik talenta terbaik dari berbagai lokasi. Dengan mendukung keseimbangan kerja-hidup, mereka dapat menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif. Dan dengan menanamkan makna dalam pekerjaan, perusahaan dapat membangun reputasi yang kuat di mata karyawan dan masyarakat. ***

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES