Kontroversi Kampus dan Tambang di Tengah Krisis Iklim

TIMESINDONESIA, PADANG – Wacana mengenai perguruan tinggi yang diberi wewenang mengelola tambang memang tengah menjadi perbincangan hangat. Di satu sisi, ada harapan bahwa dengan melibatkan institusi pendidikan, pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan secara lebih bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Kampus, dengan basis pengetahuan yang kuat, diharapkan mampu menerapkan teknologi ramah lingkungan dan meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan.
Advertisement
Namun, banyak pihak yang menyuarakan kekhawatiran. Salah satu kekhawatiran utama adalah potensi konflik kepentingan. Kampus, yang idealnya mengedepankan nilai-nilai akademik dan pengabdian masyarakat, bisa terjebak dalam pertimbangan bisnis semata.
Upaya untuk mengejar keuntungan dari sektor pertambangan dapat mengalihkan fokus kampus dari tugas utamanya, yaitu pendidikan dan penelitian.
Lebih jauh lagi, pengelolaan tambang oleh kampus berpotensi memperburuk krisis iklim. Sektor pertambangan merupakan salah satu kontributor terbesar emisi gas rumah kaca, terutama karbon dioksida.
Proses ekstraksi mineral, pemurnian, dan transportasi semuanya menghasilkan emisi yang signifikan. Jika kampus terlibat dalam aktivitas pertambangan, secara tidak langsung mereka turut berkontribusi pada pemanasan global.
Krisis iklim sendiri merupakan ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup di Bumi. Peningkatan suhu global menyebabkan berbagai dampak buruk, seperti naiknya permukaan air laut, cuaca ekstrem yang lebih sering dan intens, serta gangguan pada ekosistem.
Dampak-dampak ini tidak hanya mengancam keanekaragaman hayati, tetapi juga berpotensi menimbulkan bencana alam yang merugikan manusia.
Selain emisi gas rumah kaca, aktivitas pertambangan juga menimbulkan berbagai masalah lingkungan lainnya.
Proses penambangan dapat menyebabkan kerusakan lahan, pencemaran air dan tanah, serta hilangnya habitat satwa. Limbah tambang yang tidak dikelola dengan baik dapat mencemari lingkungan dan membahayakan kesehatan manusia.
Dalam konteks Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, godaan untuk mengeksploitasi sumber daya tersebut sangat besar. Namun, kita perlu belajar dari kesalahan di masa lalu, di mana eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali telah mengakibatkan kerusakan lingkungan yang parah.
Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang lebih mendalam dan komprehensif sebelum memutuskan untuk melibatkan kampus dalam pengelolaan tambang. Beberapa pertanyaan penting yang perlu dijawab antara lain: Bagaimana memastikan bahwa kepentingan akademik dan pengabdian masyarakat tidak terpinggirkan oleh kepentingan bisnis?
Bagaimana meminimalisir dampak lingkungan dari aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh kampus? Bagaimana memastikan bahwa keuntungan dari kegiatan pertambangan dapat dinikmati oleh masyarakat secara luas, bukan hanya oleh segelintir kelompok?
Selain itu, perlu juga adanya pengawasan yang ketat terhadap aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh kampus. Pemerintah, masyarakat sipil, dan akademisi perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
Dalam menghadapi krisis iklim, kita membutuhkan solusi yang inovatif dan berkelanjutan. Alih-alih mengeksploitasi sumber daya alam secara habis-habisan, kita perlu beralih ke model ekonomi yang lebih ramah lingkungan. Pengembangan energi terbarukan, efisiensi energi, dan pengelolaan limbah yang baik merupakan beberapa contoh langkah yang dapat diambil.
Kampus, sebagai pusat ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengatasi krisis iklim. Kampus dapat berkontribusi dengan melakukan penelitian di bidang energi terbarukan, mengembangkan teknologi ramah lingkungan, serta mendidik generasi muda untuk menjadi warga negara yang peduli lingkungan.
Peran kampus tidak hanya terbatas pada penelitian dan pendidikan. Kampus juga dapat menjadi agen perubahan sosial dengan mendorong penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam segala aspek kehidupan kampus. Kampus dapat menjadi contoh bagi masyarakat dalam mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan bertanggung jawab.
Kontroversi mengenai pengelolaan tambang oleh kampus menyoroti dilema antara kepentingan ekonomi dan lingkungan. Meskipun ada potensi manfaat dari melibatkan kampus dalam pengelolaan sumber daya alam, kita perlu tetap waspada terhadap risiko yang mungkin timbul.
Untuk memastikan bahwa pengelolaan sumber daya alam dilakukan secara berkelanjutan, diperlukan adanya tata kelola yang baik, pengawasan yang ketat, dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan.
Kampus, sebagai institusi pendidikan, memiliki peran yang sangat penting dalam upaya mengatasi krisis iklim dan membangun masa depan yang lebih baik bagi generasi mendatang.
Salah satu cara efektif untuk melibatkan kampus dalam upaya pelestarian lingkungan adalah dengan mengintegrasikan isu lingkungan ke dalam kurikulum. Mata kuliah yang berkaitan dengan lingkungan, seperti ekologi, perubahan iklim, dan pengelolaan sumber daya alam, perlu menjadi bagian integral dari program studi di berbagai bidang.
Selain itu, kampus juga dapat mendorong mahasiswa untuk terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat yang berfokus pada isu lingkungan.
Dengan demikian, mahasiswa dapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Mari kita sama-sama menjaga bumi ini.
***
*) Oleh : Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si., Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |