Kopi TIMES

Menggapai Keberlanjutan: Blue Economy, Peluang Emas Indonesia

Senin, 03 Februari 2025 - 19:45 | 27.45k
Arifin Rudiyanto, Indonesia Stakeholder Steering Group (ISSG) Southeast Asia Framework for Ocean Action on Mitigation (SEAFOAM), Climateworks Monash University.
Arifin Rudiyanto, Indonesia Stakeholder Steering Group (ISSG) Southeast Asia Framework for Ocean Action on Mitigation (SEAFOAM), Climateworks Monash University.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.500 pulau dan garis pantai sepanjang 108.000 kilometer. Namun, sudahkah kita benar-benar memanfaatkan kekayaan laut kita untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan?

Jawabannya terletak pada konsep blue economy atau ekonomi biru. Ini adalah pendekatan yang memanfaatkan sumber daya laut untuk pertumbuhan ekonomi sambil menjaga kelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat. Bayangkan: industri perikanan, pariwisata bahari, energi terbarukan berbasis laut—semua beroperasi tanpa merusak ekosistem kita.

Advertisement

Laut bukan hanya sumber daya, tapi juga solusi. Ekosistem Mangrove, padang lamun, dan terumbu karang adalah "pahlawan alam” yang mampu menyerap karbon dan meredam dampak perubahan iklim. Dalam konteks ini, konsep blue economy juga menjadi perisai Indonesia dalam melawan krisis iklim. Pemerintah telah mulai menyusun Blue Economy Roadmap, yang di dalamnya mencakup pengurangan emisi karbon dari transportasi laut hingga pemanfaatan energi terbarukan berbasis laut.

Namun, jalan menuju keberlanjutan bukan tanpa sebuah tantangan. Permasalahan ekologis seperti pemutihan karang, urbanisasi pesisir, dan eksploitasi berlebihan masih menjadi ancaman nyata disekitar kita. Untuk menjawab tantangan ini, Indonesia butuh kebijakan yang berani dan kolaborasi lintas sektor. Beberapa langkah strategis yang bisa diambil diantaranya meliputi Investasi konservasi yaitu dengan Mengalokasikan 10% dari output ekonomi kelautan untuk upaya pelestarian lingkungan. Kemitraan publik-swasta dimana mendorong penggunaan blue financing guna memperkuat praktik ekonomi yang berkelanjutan. Reformasi fiskal lingkungan yaitu dengan memberikan insentif/ reward bagi sektor kelautan yang ramah lingkungan. Teknologi rendah karbon yaitu dengan mengintegrasikan energi terbarukan dalam sektor perikanan dan kelautan. 

Tidak hanya itu, kolaborasi internasional melalui forum seperti ASEAN dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga penting untuk mendorong adopsi prinsip keberlanjutan secara regional. Di balik semua itu, ada peran besar Lembaga Internasional dalam upaya menjembatani aksi implementatif dalam mengurangi dampak perubahan iklim. lembaga seperti Climateworks Centre dari Universitas Monash, turut serta dalam mendukung upaya pemerintah dengan pendekatan berbasis sains melalui strategi mitigasi perubahan iklim, termasuk memperkuat ekosistem laut dan mempercepat transisi ke ekonomi rendah karbon.

Komitmen Indonesia terhadap blue economy adalah cerminan dari sinergi aksi lokal dengan dampak global. Jika berhasil, kita tidak hanya melindungi sumber daya untuk generasi mendatang, tapi juga membuktikan bahwa keberlanjutan bisa berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi.

Blue economy bukan sekadar konsep, melainkan peluang emas bagi Indonesia untuk menjadi Global Leader dalam pengelolaan sumber daya laut yang adil dan berkelanjutan. Kekayaan laut Indonesia adalah aset strategis yang dapat menjadi solusi bagi banyak persoalan global, dari krisis iklim hingga tantangan ketahanan pangan. Namun, keberhasilan ini bergantung pada sejauh mana kita mampu mengintegrasikan kebijakan iklim yang progresif dengan implementasi langkah nyata di lapangan.

Langkah mitigasi, seperti transisi ke energi rendah karbon, tidak hanya akan menurunkan emisi tetapi juga membuka peluang besar bagi penciptaan lapangan kerja berkelanjutan. Di sisi lain, adaptasi berbasis ekosistem, seperti rehabilitasi mangrove, memberikan manfaat langsung bagi masyarakat pesisir dalam menghadapi ancaman perubahan iklim seperti banjir rob dan erosi pantai. Termasuk ekosistem vital lainnya di pesisir yaitu padang lamun dan terumbu karang. 

Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki tanggung jawab moral untuk memimpin dalam pelestarian laut di tingkat global. Dengan menerapkan praktik terbaik dan memanfaatkan inovasi teknologi, kita dapat menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan bukanlah pilihan yang saling bertentangan. Sebaliknya, keduanya dapat berjalan beriringan untuk menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi semua. Mari bersama wujudkan Indonesia yang tangguh, lestari, dan jadi inspirasi dunia.

***

*) Oleh: Arifin Rudiyanto, Indonesia Stakeholder Steering Group (ISSG) Southeast Asia Framework for Ocean Action on Mitigation (SEAFOAM), Climateworks Monash University.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES