Kopi TIMES

Merekonstruksi Martabat Guru

Selasa, 25 Februari 2025 - 09:04 | 38.76k
Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.
Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, WONOGIRI – Guru sebagai pilar pendidikan seringkali mendapat perlakukan dan sorotan negatif. Baru-baru ini dua kejadian yang membuat miris dunia pendidikan yaitu seorang konten kreator yang masuk ke sekolah seperti mencari maling dengan menuduhkan sekolah mengkorupsi dana PIP yang viral di berbagai media sosial.

Tak hanya itu, video seorang anak muda yang menghujat guru juga viral di media sosial dengan menuduh guru sebagai orang yang membodohi para siswanya dengan pungutan.

Advertisement

Media sosial yang seharusnya menjadi ruang komunikasi dan inspirasi justru digunakan untuk merendahkan martabat dan menghancurkan citra guru yang selama ini dibangun oleh para guru di Indonesia.

Selanjutnya bagaimana kita merekonstruksi martabat guru ditengah gelombang kritik dan citra negatif yang dimunculkan oleh para oknum pengguna media sosial?

Kemajuan teknologi yang kian pesat memudahkan setiap individu untuk menyampaikan pendapat dan mengekspresikan gagasannya di ruang publik digital. Sayangnya kebebasan ini tidak disertai dengan kedewasaan dan kebijasanaan dalam membuat konten dan berkomentar di media sosial.

Banyak kasus menunjukkan seringkali guru menjadi sasaran kritik pedas, tuduhan pungli, tindakan mendisiplinkan siswa yang dianggap berlebihan, hingga cara berpakaian yang tak sesuai dengan filosofi seorang pendidik.

Ketidakseimbangan informasi yang diunggah dan penyebaran informasi di media sosial seringkali memojokkan guru. Video singkat dalam media sosial yang berisi potongan video atau foto tanpa adanya narasi yang lengkap seringkali mengundang kecaman para warganet.  

Narasi yang terbangun adanya unggahan potongan video komentar warganet guru adalah pihak yang patut dipersalahkan, tidak kompeten, bahkan tidak layak dihormati. Selanjutnya, martabat guru semakin tergerus seiring dengan opini warganet yang tidak berbasis data dan fakta.

Citra negatif guru yang tersebar diberbagai media sosial bukan hanya berdampak negatif pada individu guru yang bersangkutan, tetapi juga memberikan dampak negatif bagi dunia pendidikan secara keseluruhan.

Pertama, rasa percaya diri guru dalam mengajar menjadi berkurang karena adanya kekhawatiran kritik pedas akan tindakannya dalam pembelajaran.

Kedua, hubungan yang renggang antara guru dan siswa karena hilangnya rasa hormat dan kepercayaan pada para guru.

Ketiga, Pola pendidikan menjadi melemah karena adanya ketakukan dalam bertindak memberikan pendidikan kepada para siswa.

Keempat, profesi guru semakin tidak dihargai karena adanya narasi dan opini negatif yang dibentuk oleh warganet.

Lebih parahnya lagi, pelemahan martabat guru akan berimbas pada moralitas siswa. Jika citra negatif ini terus dibangun tanpa adanya upaya penghormatan kepada guru, para siswa akan kehilangan panutan dan etika dalam berinteraksi dengan orang yang lebih tua.

Hal ini akan berdampak buruk pada generasi mendatang karena kurang menghargai ilmu dan sosok yang mengajarkannya.

Kritik adalah hal yang wajar dalam setiap lini kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. Namun, kritik yang tidak konstruktif justru dapat menghalangi guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik.  

Untuk membangun citra positif dan maratabat guru dapat dilakukan melalui beberapa langkah, antara lain:

Pertama, Perliandungan hukum terhadap guru. Pemerintah perlu menegakkan regulasi dalam hal perlindungan guru. Mekanisme hukum yang jelas akan memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru dalam menjalankan tugasnya.

Kedua, Pelatihan menejemen media sosial untuk guru. Perkembangan dunia digital tidak dapat dihindari, sehingga perlu adanya pemahaman guru dalam bermedia sosial sehingga tidak ada kesan guru yang berjoget-joget dan berpakaian tidak mendidik dipamerkan di media sosial. Menejemen media sosial yang baik akan meningkatan citra positif guru.

Ketiga, Kampanye penghormatan guru. Kampanye penghormatan guru untuk mengembalikan penghormatan pada profesi guru.

Merekonstruksi martabat guru bukanlah hal yang mudah, tetapi hal ini penting bagi kelangsungan pendidikan dimasa yang akan datang. 

Kita semua memiliki peran dalam memastikan bahwa guru tetap menjadi figur yang dihormati, bukan hanya karena profesinya, tetapi juga karena dedikasi dan perjuangan mereka dalam mencerdaskan bangsa. (*)

***

*) Oleh : Dony Purnomo, Guru Geografi SMAN 1 Purwantoro.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES