
TIMESINDONESIA, BANYUWANGI – Isu sosial kontemporer di Indonesia, seperti radikalisasi, kekerasan, dan ketimpangan sosial. Menjadi tantangan utama yang mempengaruhi kualitas pendidikan dan pembentukan karakter bangsa.
Masyarakat Indonesia saat ini, meskipun lebih terbuka terhadap perkembangan teknologi, masih menghadapi masalah sosial seperti kemiskinan, diskriminasi, dan ketidakadilan. Hal ini mempengaruhi pendidikan yang diterima oleh generasi muda.
Advertisement
Salah satu dampak dari masalah sosial ini adalah kecenderungan pembentukan karakter yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang diharapkan dalam masyarakat yang majemuk dan beragam. Oleh karena itu, penting untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dengan pendidikan agama Islam, yang diharapkan mampu memberikan panduan moral yang kuat kepada generasi muda dalam menghadapi berbagai tantangan sosial.
Dalam konteks ini, pendidikan Islam tidak hanya mengajarkan aspek keagamaan, tetapi juga membentuk karakter yang sesuai dengan nilai-nilai keadilan, toleransi, dan persaudaraan yang relevan dengan isu sosial di Indonesia.
Sebagai sebuah negara dengan masyarakat yang majemuk, integrasi pendidikan Islam dengan pendidikan karakter dapat menjadi solusi untuk menanggulangi masalah sosial tersebut.
Dalam literatur pendidikan, banyak penelitian yang menunjukkan pentingnya integrasi pendidikan karakter dalam kurikulum. Salah satu konsep utama yang diangkat adalah bahwa pendidikan karakter harus menjadi bagian dari setiap pelajaran, termasuk pendidikan agama Islam.
Penelitian menunjukkan bahwa pendidikan karakter yang berbasis agama tidak hanya membentuk moral siswa tetapi juga memberikan pemahaman tentang pentingnya nilai-nilai luhur dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa literatur juga mencatat bahwa pendidikan agama Islam memiliki potensi besar untuk mengajarkan karakter yang kokoh, terutama dalam mengembangkan sifat-sifat seperti kejujuran, kerja keras, dan kedisiplinan.
Integrasi pendidikan karakter dengan pendidikan Islam memungkinkan siswa untuk belajar secara menyeluruh mengenai hubungan antara agama, moral, dan etika. Selain itu, hal ini juga mengurangi kesenjangan dalam nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dengan nilai-nilai yang diterima di masyarakat.
Literatur tentang pendidikan karakter juga menunjukkan bahwa pendidikan agama yang baik dapat mencegah perilaku negatif seperti kekerasan dan intoleransi, serta mendorong sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan. Ini menjadi sangat relevan dalam masyarakat Indonesia yang penuh dengan keragaman budaya dan agama.
Terdapat berbagai teori pendidikan yang mendukung pentingnya integrasi pendidikan agama Islam dengan pendidikan karakter, seperti teori konstruktivisme dan teori pendidikan nilai. Teori konstruktivisme, yang dikembangkan oleh Jean Piaget dan Lev Vygotsky, menekankan bahwa pengetahuan dibangun melalui interaksi sosial dan pengalaman.
Dalam konteks pendidikan Islam dan karakter, ini berarti bahwa siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan agama, tetapi juga mengaplikasikan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sosial mereka.
Teori pendidikan nilai, yang diusung oleh beberapa pakar pendidikan, menyatakan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk membentuk kepribadian yang baik dan berakhlak mulia. Pendidikan Islam memiliki dasar yang kuat dalam mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kasih sayang, yang menjadi landasan untuk pembentukan karakter yang positif.
Selain itu, teori pendidikan karakter yang dikembangkan oleh Thomas Lickona menekankan pentingnya tiga komponen dalam pendidikan karakter: pengajaran nilai, penguatan perilaku baik, dan penanaman kebiasaan. Dalam hal ini, pendidikan Islam memiliki kekuatan untuk mengajarkan nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial yang dapat memperkuat karakter siswa.
Dalam konteks Indonesia, beberapa undang-undang mendukung integrasi pendidikan Islam dengan pendidikan karakter. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pendidikan harus mencakup aspek moral dan karakter siswa.
Pasal 3 undang-undang tersebut menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, sehat, terampil, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selain itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengintegrasikan pendidikan karakter dalam kurikulum, baik itu di sekolah umum maupun madrasah. Kebijakan ini selaras dengan kebijakan penguatan pendidikan agama yang mencakup pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan juga menekankan pentingnya pengembangan karakter melalui pembelajaran yang berbasis nilai-nilai agama dan budaya.
Meskipun demikian, implementasi yang merata di seluruh Indonesia masih menjadi tantangan, terutama di daerah-daerah yang kurang memiliki sumber daya atau akses ke pendidikan yang memadai. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk terus memonitor dan memastikan kebijakan ini dapat diimplementasikan secara efektif.
Di lapangan, implementasi pendidikan Islam yang terintegrasi dengan pendidikan karakter menghadapi beberapa tantangan. Sebagai contoh, di beberapa daerah, madrasah dan sekolah umum yang mengajarkan agama Islam masih menghadapi kendala terkait kurangnya pelatihan untuk guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam pembelajaran agama.
Banyak pengajaran yang masih berfokus pada hafalan materi agama tanpa penekanan yang cukup pada pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Beberapa sekolah Islam di Indonesia sudah mulai mengembangkan program pendidikan karakter berbasis agama. Program ini tidak hanya mengajarkan materi agama tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai moral, etika, dan sosial yang diajarkan dalam ajaran Islam, seperti kejujuran, kesederhanaan, dan kepedulian terhadap sesama.
Misalnya, sekolah-sekolah di beberapa kota besar mulai mengadopsi pendekatan yang menggabungkan pembelajaran akademis dengan kegiatan-kegiatan sosial seperti bakti sosial, pelatihan kepemimpinan, dan pengembangan diri melalui forum diskusi dan dialog interaktif. Namun, tantangan terbesar tetap pada ketimpangan kualitas pendidikan di berbagai daerah.
Di beberapa wilayah, seperti daerah terpencil atau daerah dengan tingkat kemiskinan yang tinggi, akses terhadap pendidikan yang berkualitas masih terbatas. Ini menyebabkan pendidikan karakter dan agama yang seharusnya diperoleh siswa menjadi tidak merata.
Selain itu, penting untuk memanfaatkan teknologi dalam implementasi pendidikan Islam dan karakter. Platform digital, aplikasi pendidikan, dan media sosial dapat menjadi sarana untuk menyebarkan nilai-nilai positif yang terkandung dalam pendidikan agama dan karakter.
Namun, penggunaan teknologi juga memerlukan pengawasan untuk memastikan bahwa konten yang disajikan sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan dalam pendidikan Islam.
Di luar negeri, berbagai negara Muslim telah menerapkan pendekatan pendidikan yang mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam dengan pendidikan karakter dengan cara yang inovatif. Di Turki, misalnya, banyak sekolah yang menggunakan model pendidikan berbasis nilai yang mengajarkan agama sekaligus membentuk karakter melalui aktivitas sosial dan kegiatan komunitas.
Program ini sering melibatkan siswa dalam proyek-proyek sosial yang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, persatuan, dan kepedulian terhadap sesama.
Di Malaysia, pendidikan agama Islam telah diintegrasikan dengan pendidikan karakter dalam kurikulum sekolah. Selain mengajarkan aspek agama, siswa juga diberikan pemahaman tentang etika sosial dan pentingnya bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat.
Pendidikan karakter di Malaysia juga melibatkan kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pembentukan karakter, seperti kegiatan kepemimpinan dan kerelawanan.
Di negara-negara seperti Uni Emirat Arab, pendidikan karakter yang berbasis agama juga mendapatkan perhatian serius. Sekolah-sekolah di sana tidak hanya fokus pada pembelajaran akademis, tetapi juga pada pengembangan karakter siswa melalui nilai-nilai Islam yang terkandung dalam kehidupan sehari-hari. Program ini membantu siswa untuk memahami peran mereka dalam masyarakat dan bagaimana mereka dapat memberikan kontribusi positif.
Integrasi pendidikan Islam dengan pendidikan karakter dalam kerangka standar nasional merupakan langkah yang sangat penting dalam menghadapi isu sosial kontemporer di Indonesia.
Dengan menghadapi tantangan sosial seperti radikalisasi, intoleransi, dan ketidakadilan sosial, pendidikan karakter berbasis agama Islam dapat memberikan solusi yang efektif dalam membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
Meskipun di lapangan terdapat berbagai tantangan terkait infrastruktur dan kualitas sumber daya, potensi pendidikan Islam untuk mengintegrasikan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari sangat besar.
Pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat perlu bekerja sama untuk memastikan bahwa pendidikan karakter dapat diimplementasikan secara merata dan efektif di seluruh Indonesia.
Dengan mengambil pelajaran dari pengalaman negara-negara lain yang telah berhasil mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis agama, Indonesia memiliki potensi untuk menciptakan generasi yang tidak hanya unggul dalam bidang akademis tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan berbudi pekerti luhur. (*)
***
*) Oleh : Mukzitun Husnah, Mahasiswi Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |