Kopi TIMES

Menyembuhkan Luka Sosial melalui Keterampilan Sosial

Minggu, 02 Maret 2025 - 20:07 | 58.73k
Hadi Suyono, Direktur Center for Community Empowerment Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Hadi Suyono, Direktur Center for Community Empowerment Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sebut saja namanya AAP, berusia 17 tahun. Dirinya berasal dari keluarga miskin. Berdasarkan tahapan perkembangan psikologis. Seharusnya AAP sedang belajar pada jenjang pendidikan formal untuk menyiapkan masa depan gemilang.

Secara ekonomi, berdasarkan pertimbangan usianya termasuk remaja, mestinya pemenuhan kebutuhan diri masih menjadi kewajiban orang tua.

Advertisement

Namun apa daya, AAP tidak mengalami idealita pengalaman hidup sesuai dengan jenjang usianya. AAP menanggung beban kehidupan melebihi dari kapasitasnya sebagai remaja. Dia dipaksa keadaan, mencukupi kebutuhan pokok keluarga.

Dia harus mencari sumber rezeki untuk menopang keberlangsungan hidup adik-adik, gara-gara ibu telah tiada dan ayah pergi tak tahu rimbanya. Kondisi keluarga seperti ini, membuat AAP berjuang sendiri mencari penghasilan.

Barangkali karena kurangnya keterampilan, menjadi hambatan bagi AAP memperoleh pekerjaan layak. Beragam peluang kesempatan mendapatkan pekerjaan tak bisa diraih, lantaran secara kompetensi tak memadai. Maklum AAP mengalami putus sekolah.

Dalam situasi sama sekali tak ada pekerjaan, berdampak pada ketiadaan pemasukan, di sisi lain, setiap hari harus ada uang untuk membeli kebutuhan dasar, yaitu makan. Keadaan dilema yang memaksa ini, bisa saja mendorong AAP mencari jalan pintas, melakukan pelanggaran hukum.

AAP melakukan perilaku kriminal, disebabkan oleh rasionalitas sudah dibelenggu oleh keinginan cepat mendapatkan uang, agar adik-adiknya bisa makan. Dia sudah tak mampu berpikir jernih, tindakan negatif yang dijalani, bakal berdampak pada tuntutan pengadilan.

Realitas memilukan perjalanan hidup AAP, bermuara aksi mencuri 4 tandan pisang seharga 250 ribu rupiah. Naas menimpa AAP, aktivitas mengambil 4 tandan pisang bukan kebun milik sendiri, diketahui pemiliknya. Yang punya kebun  bersama warga mencokok AAP.

Sebagai akibat dari mencuri 4 tandan pisang. Ternyata ada sangsi sosial yang dijatuhkan warga. AAP diminta telanjang dada memanggul sebagian pisang yang dicurinya.

Dirinya lantas diarak keliling kampung dan diserahkan ke balai desa dengan berjalan kaki sejauh kurang lebih 5 kilo meter. Di tengah perjalanan ini, dia disoraki oleh warga.

Punishment  yang dijatuhkan oleh warga, ternyata diunggah di media sosial. Peristiwa main hakim sendiri secara massal beredar luas di media sosial menjadi viral. Secara umum netizen menyayangkan tindakan warga menimpakan hukuman pada AAP melalui cara tak bijaksana.

Mengacu pada hukuman yang berlaku, kasus pencurian AAP jelas tak bisa dibenarkan, namun pemberian hukuman dengan mempermalukan di hadapan khalayak, merupakan tindakan yang tidak memenuhi kaidah pembelajaran bagi AAP yang tergolong belia, supaya pada masa yang akan datang, tidak melakukan perbuatannya lagi.

Hukuman yang diberikan pada AAP dengan memberi sangsi sosial bisa jadi tidak menimbulkan efek jera, namun justru menyebabkan trauma yang mendalam bagi korban. Dalam rentang waktu tertentu, setelah peristiwa sangsi sosial bisa menyebabkan problem psikologis, yaitu kecemasan menghadapi orang lain.

Merasa tak disukai oleh banyak orang, keterasingan akibat penolakan warga, dan ketakberdayaan menghadapi lingkungan. Problem psikologis seperti ini, dapat menganggu kesehatan mental bagi korban.

Tindakan rame-rame melempar sangsi sosial pada AAP, menimbulkan luka sosial menganga pada komunitas. Yang menjadi penanda luka sosial pada suatu komunitas telah terjadi.

Bisa berangkat dari pemikiran reflektif pada kasus APP. Terutama tiadanya kesadaran dari sekian banyak warga untuk mengingatkan sangsi sosial tersebut, merupakan tindakan kurang bijaksana.

Selanjutnya luka sosial berkembang dicirikan oleh tidak ada warga melakukan proses penyadaran bagi APP, tanpa harus menghinanya di depan publik.

Seperti warga memberikan saran menyentuh tentang mengambil barang orang bukan miliknya, merupakan tindakan melanggar hukum. Saran yang mampu mengetuk pintu hati ini, membuat APP sadar tidak akan mengulangi perbuatan kriminal lagi.

Luka sosial yang lain ditandai oleh ketiadaan pemikiran mengenai masalah yang dialami oleh APP, sesungguhnya menjadi bagian dari tanggung jawab sosial warga.

Misalnya, sesama anggota masyarakat yang memiliki kekerabatan kental mendorong kehendak, kemiskinan yang menjerat AAP, seharusnya dientaskan bersama-sama oleh warga. Karena sejatinya AAP merupakan bagian anggota keluarga besar dari komunitas.

Ketika AAP merasakan penderitaan psikologis maupun ekonomi, anggota masyarakat lain di dalam komunitas juga ikut merasakan, sehingga terusik hatinya untuk membantu. Dengan begitu, kalau semangat gotong royong tumbuh di komunitas, warga tak akan tega menghina warga lain yang melakukan penyimpangan, tetapi berupaya mengembalikan ke jalan yang benar.

Gagasan dan implementasi, anggota komunitas memberi kontribusi positif menyelesaikan problem memerlukan keterampilan sosial. Dalam buku saya yang pernah saya tulis, keterampilan sosial merupakan bagian pokok dari kecerdasan sosial (Suyono, 2007).

Seseorang mempunyai keterampilan sosial menumbuhkan kecerdasan sosial untuk bertindak secara arif, saat menghadapi beragam problem yang terjadi di lingkungannya. Keterampilan sosial menentukan kualitas dari kecerdasan sosial, karena di dalam keterampilan sosial mengandung unsur situational awareness yaitu kesadaran situasional mengantarkan kemampuan memahami lingkungan secara bijak.

Presence berupa memperlakukan orang secara tepat karena kecapakan menjalankan penilaian terhadap keberadaan orang lain, authenticity mengedepan perilaku etik berpedoman pada nilai kejujuran, dan empathy ditunjukkan kesediaan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain sehingga kehidupannya memberi kemanfaatan bagi orang lain tersebut.

Seseorang yang mempunyai keterampilan sosial juga ditandai oleh kompetensi di dalam dirinya bersedia menerima eksistensi orang lain dari segala kelebihan dan kekurangannya. Kompetensi dari keterampilan sosial lain ditunjukkan oleh kesediaan memperhatikan dunia yang lebih luas.

Individu yang memiliki keterampilan sosial baik, tidak hanya memikirkan ego pribadi, tetapi memikirkan peristiwa sosial yang berada di lingkungannya. Hasil dari olah pikir terhadap peristiwa sosial, menjadi pondasi melakukan perbuatan memperbaiki kondisi lingkungan.

Hati nurani sosial juga merupakan bagian penting untuk mendukung tingginya kompetensi ketrampilan sosial. Seseorang yang tumbuh hati nurani sosial peka terhadap problematika yang terjadi di sekitar. Hati nuraninya terusik dan tidak akan tinggal diam, saat ada kebijakan yang dapat menimbulkan kesengsaaraan bagi individu lain.

Maka pada suatu komunitas yang warganya memiliki keterampilan sosial memadai tidak akan melakukan aturan sangsi sosial yang memberikan dampak negatif bagi korban. Sebaliknnya keterampilan sosial yang ada pada warga dapat berkontribusi mengatasi masalah untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran seluruh warga.

Pemahaman itu menstimulasi gagasan, pentingnya melakukan pemberdayaan menumbuhkan keterampilan sosial bagi warga. Manfaatnya adalah warga mempunyai kebijaksanaan menemukan jalan keluar atas problem yang dihadapi kaum marjinal.

Jalan keluar memecahkan masalah warga terpinggirkan berpondasi pada wisdom, menghasilkan solusi yang pelaksanaanya mengacu demi kebaikan bersama seluruh anggota komunitas. (*)

***

*) Oleh : Hadi Suyono, Direktur Center for Community Empowerment Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES