Kopi TIMES

Memilih Influencer yang Kredibel

Jumat, 07 Maret 2025 - 15:39 | 44.55k
Frida Kusumastuti, Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Frida Kusumastuti, Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Influencer adalah individu yang memiliki banyak pengikut di platform media sosial, dan opini mereka dapat mendorong perilaku konsumen dan membentuk wacana publik. Sejak dahulu kala sudah terdapat adanya ‘influencer’ yang lebih dikenal sebagai Opinion Leader.

Individu yang memiliki pengikut dan menjadi rujukan pendapat bagi para pengikutnya. Bentuk mereka telah berevolusi di berbagai era media-dari media cetak hingga elektronik dan akhirnya ke media digital.

Advertisement

Influencer di era media cetak adalah pemuka masyarakat baik yang formal seperti seorang pemimpin pemerintahan dan organisasi maupun non formal (seperti kiai, pendeta, guru, tokoh lokal), para kolumnis, dan seorang pakar yang kata-katanya menghiasi surat kabar, majalah, dan jurnal.

Sementara itu, di era media elektronik para influencer berevolusi menjadi pembawa acara radio, pembawa acara televisi, pembaca berita, dan tokoh televisi termasuk para selebriti yang dapat menjangkau khalayak lebih luas dan hampir seketika.

Lalu, dengan hadirnya internet dan media sosial, konsep pengaruh telah mengalami transformasi radikal. Influencer digital tidak terbatas pada lembaga media tradisional dan mainstream, melainkan mereka muncul dari blog, YouTube, Instagram, TikTok, dan platform lainnya yang disebut influencer media sosial.

Kekuatan dan Kelemahan

Bentuk-bentuk influencer sesuai perkembangan media memiliki kelemahan dan kekuatan tersendiri. Elihu Katz dan Paul Lazarsfeld (1955) pernah mengatakan bahwa tokoh berpengaruh di media cetak, seperti jurnalis dan pakar terkenal dianggap sangat kredibel karena pendidikan dan pelatihan mereka yang ketat.  

Pendapat mereka sering kali didukung oleh penelitian yang ekstensif dan reputasi yang telah lama terbentuk. Pendapat influencer di era media cetak ini biasanya juga mendapatkan pengawasan redaksi dari publisher terkemuka dan dimuat di media cetak seperti buku, koran dan majalah.

Biasanya dalam bentuk berita, artikel dan tajuk rencana yang terperinci dan diteliti dengan baik. Kedalaman pesan mereka, memberi pembaca pemahaman menyeluruh tentang berbagai isu, yang memungkinkan para influencer untuk membentuk opini pada publik yang cukup informasi (McCombs & Shaw, 1972).  

Sayangnya, pesan-pesan influencer di era media cetak tentu saja sangat terbatas jangkauannya, tersebar cukup lambat, dan hampir tidak ada interaksi dengan para khalayaknya.

Adapun influencer di era media elektronik seperti radio dan televisi menjadi revolusioner di kala itu karena dapat menjangkau khalayak lebih luas dengan waktu cepat dan serentak. Tokoh berpengaruh seperti pembawa berita dan pembawa acara talkshow memiliki pengaruh besar terhadap opini publik (McCombs & Shaw, 1972).

Sifat audio-visual media elektronik memungkinkan para influencer untuk terhubung dengan audiens pada tingkat emosional. Tokoh-tokoh yang karismatik dapat menyampaikan semangat, empati, dan kredibilitas secara lebih efektif melalui nada bicara, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh.  

Sayang sekali semakin kesini, perkembangan media elektronik yang mulai tidak sehat mencemari program-program penting menjadi acara remeh temeh yang diisi oleh sebagian besar selebriti. Influencer di media elektronik terkadang tampak sebagai perpanjangan kepentingan politik atau komersial, yang berpotensi mengorbankan objektivitas mereka.

Hadirnya internet dan media sosial, konsep pengaruh telah mengalami transformasi radikal. Media digital memungkinkan komunikasi dua arah. Para influencer berinteraksi langsung dengan audiens melalui komentar, obrolan langsung, dan posting media sosial, yang menumbuhkan rasa kebersamaan dan kedekatan (Freberg dkk., 2011).

Selain itu, penyebarannya cepat dengan jangkauan sangat luas atau hampir tak terbatas, pengaruh influencer media sosial ini begitu dahsyat. Sayangnya, influencer media sosial tidak selalu tunduk pada verifikasi detil dan hampir tidak ada pengawasan editorial yang ketat, sehingga terkadang dapat mengakibatkan penyebaran informasi yang salah atau opini yang bias.

Influencer media sosial ada juga yang bergantung pada sponsor dan iklan untuk mendapatkan penghasilan. Hal ini dapat membahayakan objektivitas mereka. Batasan antara opini yang tulus dan promosi berbayar menjadi kabur (Kaplan & Haenlein, 2010).

Kredibilitas Influencer  

Ekosistem ekonomi digital memunculkan influencer dari berbagai latar belakang. Tua muda usia, para pakar dan ilmuwan, para pesohor dari kalangan pejabat maupun selebiriti, bahkan orang-orang yang dulunya tidak dikenali luas, kini bisa menjadi influencer karena memiliki strategi konten dan manajemen akun media sosial yang cerdik.

Konten menarik, sensasional, dan berdaya viral mampu meningkatkan  jumlah followers hingga jutaan, semakin memperkuat pengaruh influencer terhadap pembicaraan isu-isu di masyarakat dan terhadap perilaku pengikutnya. Adanya monetasi tidak bisa diabaikan termasuk sebagai faktor daya tarik bagi setiap orang untuk menjadi influencer dengan berbagai cara.

Bahkan tanpa pertimbangan etika. Oleh karena itu penting bagi masyarakat umum untuk membedakan influencer mana yang dapat dipercaya dan mana yang mungkin hanya mengikuti tren atau mempromosikan narasi yang bias.

Sangat penting untuk melihat lebih jauh dari sekadar popularitas sebelum masyarakat terpengaruh pada pesan influencer.

Pertama, periksa latar belakang atau biografi influencer yang meliputi pengalaman pekerjaan, perjalanan studi, pelatihan yang pernah diikuti, penghargaan yang mendukung keahliannya.

Apakah influencer memiliki pengalaman yang sesuai dengan bidangnya. Misalnya, influencer kesehatan idealnya harus memiliki pelatihan medis, sertifikasi, atau pengalaman dalam perawatan kesehatan.

Kedua, cek kualitas kontennya yang meliputi akurasi konten. Apakah berdasarkan sumber rujukan yang kredibel, misalnya pendapat ahli, hasil riset.  

Pastikan klaim influencer didukung oleh data dari sumber yang kredibel, atau sejalan dengan rekomendasi dari lembaga yang relevan. Bila perlu periksa apakah postingan mereka didukung oleh pemeriksa fakta independen.    

Ketiga, perhatikan apakah pesan-pesannya konsisten? Konsistensi menunjukkan kehandalan influencer. Jika tiba-tiba ada perubahan pesan, biasanya mengindikasikan adanya “pesan sponshor.” Transparansi diperlukan apakah kontennya berdasarkan suara pribadi ataukah karena adanya kemitraan.

Influencer yang kredibel mengungkapkan dengan jelas setiap kemitraan atau sponsorship berbayar. Transparansi dalam periklanan membantu membangun keaslian dan kepercayaan (Kaplan & Haenlein, 2010).

Keempat, perhatikan hubungan atau interaksi influencer dengan para pengikutnya melalui komentar, sesi tanya jawab, dan diskusi yang bermakna.

Komunikasi dua arah ini menunjukkan bahwa mereka menghargai audiens mereka dan bersedia menjelaskan posisi mereka. Komentar dan diskusi yang positif dan bijaksana sering kali menunjukkan kredibilitas.

Kelima, pertimbangkan apakah tokoh atau organisasi terkemuka mendukung atau bekerja sama dengan influencer. Misalnya, influencer politik yang didukung oleh jurnalis atau analis yang disegani kemungkinan besar lebih kredibel.

Influencer lingkungan yang didukung oleh organisasi lingkungan, influencer Kesehatan yang didukung oleh organisasi kesehatan, dst. menunjukkan kredibilitasnya karena mendapat pengakuan dari pihak yang relevan.

Mengevaluasi kredibilitas influencer secara kritis melalui pemeriksaan latar belakang keahliannya, transparansi suaranya, konsistensi kontennya, dan keterlibatannya dengan para pengikutnya melalui respon, diskusi, dan pandangan-pandangan yang bijaksana menjadi kepentingan kita para netizen.

***

*) Oleh : Frida Kusumastuti, Dosen Ilmu Komunikasi, Universitas Muhammadiyah Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id


______
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES