International Women's Day: Refleksi Perjuangan Perempuan

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Hari Perempuan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 8 Maret telah berlalu, tetapi gaungnya masih terus terasa. Momen ini bukan sekadar perayaan, melainkan juga refleksi mendalam tentang perjalanan panjang perjuangan kesetaraan gender, pencapaian yang telah diraih, dan tantangan yang masih harus dihadapi.
Setiap tahun, Hari Perempuan Sedunia mengingatkan kita bahwa meskipun banyak kemajuan telah dicapai, masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan inklusif bagi semua gender.
Advertisement
Kilas Balik Perjuangan Perempuan
Sejarah Hari Perempuan Sedunia bermula dari gerakan buruh perempuan di awal abad ke-20 yang memperjuangkan hak-hak dasar seperti kondisi kerja yang layak, upah yang setara, serta hak memilih dalam sistem demokrasi.
Seiring berjalannya waktu, perjuangan ini berkembang menjadi isu yang lebih luas, mencakup hak atas pendidikan, kesehatan, perlindungan dari kekerasan, serta partisipasi yang setara dalam dunia politik dan ekonomi.
Di berbagai negara, kemajuan dalam kesetaraan gender sudah mulai terlihat. Banyak perempuan kini menduduki posisi kepemimpinan, baik di sektor bisnis, politik, maupun bidang akademik.
Kebijakan-kebijakan yang mendukung pemberdayaan perempuan juga mulai diterapkan di berbagai belahan dunia. Namun, meskipun ada perkembangan positif, tantangan masih tetap ada.
Refleksi atas Pencapaian
Dalam beberapa dekade terakhir, perempuan telah membuat langkah signifikan di berbagai bidang. Di dunia politik, kita melihat semakin banyak perempuan yang memegang posisi kepemimpinan, mulai dari kepala negara hingga anggota parlemen.
Di bidang ekonomi, perempuan semakin berperan aktif sebagai pengusaha, pemimpin perusahaan, dan tenaga profesional. Di ranah pendidikan, akses perempuan terhadap pendidikan tinggi telah meningkat secara dramatis, membuka peluang yang lebih luas untuk pengembangan diri dan karier.
Selain itu, kesadaran tentang isu-isu seperti kekerasan berbasis gender, pelecehan seksual, dan diskriminasi di tempat kerja telah meningkat. Gerakan seperti #MeToo dan #TimesUp telah membawa perubahan signifikan dalam cara masyarakat memandang dan menangani masalah-masalah ini. Perempuan kini lebih berani bersuara, menuntut keadilan, dan menolak untuk diam di tengah ketidakadilan.
Namun, di balik pencapaian-pencapaian ini, masih ada banyak tantangan yang harus diatasi. Kemajuan yang telah diraih tidak boleh membuat kita lengah, karena perjuangan untuk kesetaraan gender masih jauh dari selesai.
Realitas yang Masih Dihadapi
Meskipun kemajuan telah dicapai, ketidaksetaraan gender masih menjadi masalah global. Di banyak negara, perempuan masih menghadapi diskriminasi dalam hal upah, akses terhadap pendidikan, dan peluang kerja.
Kesenjangan upah antara laki-laki dan perempuan masih menjadi masalah serius, di mana perempuan seringkali dibayar lebih rendah untuk pekerjaan yang sama. Selain itu, perempuan masih menghadapi hambatan struktural dan budaya yang membatasi partisipasi mereka di bidang-bidang tertentu, seperti sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM).
Kekerasan berbasis gender juga masih menjadi masalah besar. Menurut data PBB, satu dari tiga perempuan di dunia pernah mengalami kekerasan fisik atau seksual dalam hidup mereka.
Di beberapa negara, praktik-praktik seperti pernikahan anak, mutilasi alat kelamin perempuan, dan perdagangan manusia masih marak terjadi. Perempuan juga sering menjadi korban dalam konflik bersenjata, di mana kekerasan seksual digunakan sebagai senjata perang.
Kurangnya Representasi dalam Pengambilan Keputusan. Meskipun ada peningkatan jumlah perempuan dalam politik dan kepemimpinan, jumlahnya masih jauh dari seimbang.
Dalam banyak negara, pengambilan keputusan masih didominasi oleh laki-laki, yang sering kali membuat kebijakan kurang mempertimbangkan kebutuhan dan perspektif perempuan.
Harapan ke Depan
Melihat tantangan yang masih ada, penting bagi kita untuk tidak hanya merayakan pencapaian, tetapi juga merenungkan langkah-langkah konkret yang dapat diambil untuk menciptakan masa depan yang lebih adil. Berikut adalah beberapa harapan dan rekomendasi untuk perjalanan ke depan:
Pertama, Meningkatkan Kesadaran dan Pendidikan Gender. Penting untuk terus mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya kesetaraan gender. Pendidikan gender harus mulai ditanamkan sejak dini agar anak-anak tumbuh dengan pemahaman bahwa laki-laki dan perempuan memiliki hak serta kesempatan yang sama.
Kedua, Mendorong Kebijakan yang Lebih Inklusif. Pemerintah dan lembaga internasional harus terus memperjuangkan kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti kebijakan cuti melahirkan yang adil, perlindungan terhadap pekerja perempuan, serta penghapusan diskriminasi di tempat kerja.
Ketiga, Menghapus Stigma dan Norma Sosial yang Membatasi Perempuan. Perempuan sering kali menghadapi stigma dan norma sosial yang membatasi mereka untuk berkembang.
Masyarakat perlu mengubah cara pandang terhadap peran perempuan, dengan mengakui bahwa mereka memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki dalam berbagai bidang.
Keempat, Memperkuat Solidaritas Antar perempuan. Gerakan perempuan tidak boleh berhenti pada satu generasi saja. Penting bagi perempuan untuk saling mendukung, berbagi pengalaman, dan mendorong satu sama lain agar bisa mencapai posisi yang lebih baik dalam masyarakat.
Kelima, Mendorong Partisipasi Perempuan dalam Kepemimpinan. Perempuan harus lebih banyak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, baik di pemerintahan, dunia usaha, maupun organisasi lainnya. Representasi yang lebih besar akan memastikan bahwa kebijakan yang dibuat lebih inklusif dan berpihak pada kesetaraan gender.
Hari Perempuan Sedunia bukan sekadar perayaan, tetapi juga momen refleksi atas perjuangan yang telah ditempuh dan tantangan yang masih harus dihadapi. Meskipun sudah ada kemajuan dalam berbagai aspek, kesetaraan gender masih jauh dari kata sempurna.
Untuk itu, kita semua, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki tanggung jawab untuk terus mendorong perubahan menuju dunia yang lebih adil dan setara.
Dengan kesadaran, pendidikan, kebijakan yang lebih baik, serta dukungan kolektif, kita dapat membangun masa depan di mana perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam meraih impian mereka tanpa hambatan diskriminatif.
Refleksi pasca Hari Perempuan Sedunia ini harus menjadi pijakan untuk bergerak lebih maju demi keadilan yang sejati bagi perempuan di seluruh dunia.
***
*) Oleh : Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |