Kopi TIMES

Hilangnya Resapan Hijau, Datangnya Banjir: Pelajaran dari Islam

Senin, 10 Maret 2025 - 16:55 | 43.42k
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Di awal bulan Ramadan tahun 2025, beberapa daerah di Indonesia kembali dilanda banjir. Fenomena ini bukanlah hal baru, namun tetap menjadi perhatian serius karena dampaknya yang merugikan masyarakat, terutama di tengah bulan suci yang seharusnya diisi dengan ibadah dan ketenangan.

Banjir yang terjadi di awal puasa ini tidak hanya mengganggu aktivitas ibadah, tetapi juga menimbulkan kerugian material dan psikologis bagi warga yang terdampak.

Advertisement

Salah satu penyebab utama banjir ini adalah hilangnya ruang resapan hijau akibat maraknya pembangunan tempat wisata dan perumahan. Fenomena ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan mematuhi ajaran Islam yang melarang perusakan lingkungan.

Banjir yang melanda beberapa daerah di awal Ramadan 2025 ini terjadi akibat intensitas hujan yang tinggi diikuti oleh ketidakmampuan tanah menyerap air dengan baik. Hilangnya ruang resapan hijau, seperti hutan, lahan terbuka, dan daerah aliran sungai, menjadi faktor utama yang memperparah kondisi ini.

Pembangunan tempat wisata dan perumahan yang masif tanpa mempertimbangkan aspek lingkungan telah mengubah fungsi lahan yang seharusnya menjadi penyerap air. Akibatnya, air hujan tidak dapat meresap dengan baik ke dalam tanah dan langsung mengalir ke permukaan, menyebabkan banjir di berbagai wilayah.

Pembangunan yang tidak ramah lingkungan ini sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang. Tempat wisata dan perumahan yang dibangun di daerah resapan air atau bahkan di bantaran sungai telah mengurangi kemampuan alam untuk menyerap air.

Selain itu, pembangunan ini sering kali disertai dengan penebangan pohon dan pengurukan lahan basah, yang semakin memperparah kondisi lingkungan. Padahal, ruang resapan hijau memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah bencana banjir.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Dalam Islam, menjaga lingkungan adalah bagian dari tanggung jawab manusia sebagai khalifah di muka bumi. Allah SWT telah menciptakan alam dengan seimbang dan memerintahkan manusia untuk memeliharanya, bukan merusaknya. Firman Allah dalam Surah Ar-Rum ayat 41 menyatakan, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." Ayat ini mengingatkan kita bahwa kerusakan lingkungan, termasuk banjir, adalah akibat dari ulah manusia sendiri.

Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban untuk menjaga alam dan mencegah kerusakan yang dapat menimbulkan bencana.

Rasulullah SAW juga memberikan contoh nyata dalam menjaga lingkungan. Beliau melarang pencemaran air, penebangan pohon secara sembarangan, dan perusakan habitat hewan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah seorang muslim menanam pohon atau menanam tanaman, lalu burung memakannya atau manusia atau hewan, melainkan itu menjadi sedekah baginya." (HR. Bukhari). Hadits ini menunjukkan betapa pentingnya menanam dan menjaga tumbuhan sebagai bagian dari menjaga keseimbangan alam. Sayangnya, praktik pembangunan yang tidak ramah lingkungan justru bertolak belakang dengan ajaran ini.

Selain itu, Islam juga mengajarkan konsep mizan (keseimbangan) dalam segala hal, termasuk dalam memanfaatkan sumber daya alam. Allah SWT menciptakan alam dengan keseimbangan yang sempurna, dan manusia dilarang untuk mengganggu keseimbangan tersebut. Firman Allah dalam Surah Al-Qamar ayat 49 menyatakan, "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran." Artinya, segala sesuatu di alam ini memiliki ukuran dan aturan yang harus dijaga. Ketika manusia melanggar aturan tersebut dengan merusak lingkungan, maka bencana seperti banjir adalah konsekuensi yang harus ditanggung.

Banjir di awal bulan puasa tahun 2025 ini seharusnya menjadi refleksi bagi kita semua. Sebagai umat Islam, kita tidak hanya memiliki tanggung jawab untuk beribadah, tetapi juga untuk menjaga alam sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Pembangunan tempat wisata dan perumahan yang tidak ramah lingkungan harus dihentikan. Sebaliknya, kita perlu mengedepankan pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan aspek lingkungan. Misalnya, dengan memperbanyak ruang terbuka hijau, mengembalikan fungsi daerah resapan air, dan menghindari pembangunan di bantaran sungai.

Selain itu, pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk menciptakan kebijakan yang pro-lingkungan. Misalnya, dengan memberikan insentif bagi pengembang yang menerapkan konsep ramah lingkungan atau memberikan sanksi tegas bagi yang melanggar aturan. Masyarakat juga perlu diedukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan dan dampak buruk dari perusakan alam. Dengan demikian, kita dapat mencegah bencana banjir di masa depan dan menciptakan lingkungan yang lebih baik untuk generasi mendatang.

Banjir di awal bulan puasa tahun 2025 ini adalah peringatan dari Allah SWT agar kita lebih peduli terhadap lingkungan. Sebagai umat Islam, kita harus mengambil pelajaran dari fenomena ini dan segera bertindak untuk memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Dengan menjaga alam, kita tidak hanya mencegah bencana, tetapi juga menjalankan perintah Allah SWT dan meneladani ajaran Rasulullah SAW. Semoga kita dapat menjadi khalifah yang bertanggung jawab dan menjaga bumi ini dengan sebaik-baiknya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Muhammad Nafis S.H., M.H, Dosen Program Studi Hukum Keluarga Islam, Fakultas Agama Islam (FAI), Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES