
TIMESINDONESIA, MALANG – Ramadhan bulan suci yang selalu dirindukan umat Islam yang beriman. Saat menyambut datangnya bulan Ramadhan, umat Islam banyak yang mengucapkan "Marhaban ya Ramadhan", yang artinya selamat datang bulan suci Ramadhan, orang-orang yang beriman tentu akan sangat gembira menyambut datangnya bulan Ramadhan karena berbagai keutamaan yang sangat besar itu. Jadi seharusnya atau sepatutnya orang-orang yang beriman atau orang-orang Islam itu bergembira untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan. Kenapa harus gembira menyambut Ramadhan? Pertama, bergembira dengan datangnya bulan suci Ramadhan, sebab Ramadhan datang untuk kita dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kita. Untuk itu Ramadhan harus disambut dengan penuh sukacita, bukan dengan penuh dukacita atau ketidak sukaan
Persiapan batiniah dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadhan adalah dengan menanamkan kegembiraan dalam hati, rasa dan pikiran. Sebab secara psikologis, perasaan dan pikiran gembira saat menyambut sesuatu akan menumbuhkan motif, dorongan dan perasaan kecintaan dalam melakukan sesuatu. Selanjutnya jika motif dan perasaan cinta sudah tumbuh saat melakukan sesuatu, maka pasti akan dapat mencapai perolehan hasil yang maksimal. Rasulullah Muhammad SAW telah mengingatkan dalam sebuah hadis kepada ummatnya untuk senantiasa menghadirkan perasaan dan pikiran gembira menyambut kedatangan bulan suci Ramadhan. Kegembiraan dan perasaan suka ria ini juga niscaya bakal diganjar dengan sebuah keistimewaan pula:
Advertisement
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Artinya: “Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.”
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Subhanallah walhamdu lillah, begitu mulia dan istimewa sekali muatan bulan Ramadhan, sehingga perasaan gembira, pikiran suka ria dalam menyambut kedatangannya pun, kita akan memperoleh ganjaran pahala kebahagiaan yang tiada terkira yakni dihindarkan dan dilindungi dari siksa api neraka. Rasulullah SAW juga telah menjelaskan banyak keistimewaan dan kemuliaan selama bulan Ramadhan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Nasa’I bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
أَتَاكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌ مُبَارَكٌ فَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فِيهِ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ وَتُغَلُّ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ، فِيهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
Artinya: “Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.”
Setiap datangnya ramadhan kita semua merasakan energy yang lebih untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui serangkaian kegiatan ibadah seperti Sholat, Tadarus, Zakat, Infaq dan Sedekah, Allah SWT menekankan bahwa ibadah Ramadhan memberikan kesempatan kita semua untuk senantiasa mengingat karunia Allah yang banyak diberikan kepada kita semua, sebagaimana tergambar Surah Al Jumuaah ayat 10 yang artinya "Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung". Ayat tersebut memberikan gambaran bahwa setelah menjanlakan ibadah manusia tetap dianjurkan untuk mencari akrunia Allah. Dalam Ramadhan menurutnya terdapat beberapa hal yang dapat membentuk karakter manusia yakni : pengendalian diri, kehidupan sederhana dan manajemen waktu.
Selain persiapan mental dengan perasaaan dan pikiran gembira, bungah dan penuh suka ria maka yang tidak kalah penting adalah pembekalan diri dengan giat untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tuntunan beragama dalam Islam sebagai upaya mengkalibrasi tingkat keimanan dan keyakinan yang mungkin sebelumnya tenggelam dalam hiruk pikuk perhiasan duniawi yang melalaikan. Hal ini bisa dilakukan dengan banyak aktif mengkaji atau mendengar kajian dalam gelaran majelis taklim atau media lainnya tentang tuntunan ibadah bulan Ramadhan. Ikhtiar demikian ini juga perlu dibangun guna menyatukan visi, misi dan tujuan pemahaman diri pribadi dan anggota keluarga khususnya dalam mewadahi kebajikan-kebajikan amal ibadah bulan Ramadhan agar tidak kecewa dan merugi disebabkan kehilangan start point dan peluang-peluang menarik dalam meningkatkan kuantitas kualitas ibadah sepanjang bulan Ramadhan. Semoga niat lahir batin yang kita ikhtiari dalam menyambut bulan suci Ramadhan dapat dimaksimalkan dayaguna dan pemanfaatannya dalam mencapai esensi maqashid syariah ibadah puasa Ramadhan yakni mencapai derajat muttaqin.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |