Kopi TIMES

Reformasi Sistem Kemitraan Transportasi Online

Kamis, 13 Maret 2025 - 23:37 | 37.73k
Nelson Ferish - Freelance Journalist (TIMES Indonesia)
Nelson Ferish - Freelance Journalist (TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Sejak pertama kali diperkenalkan lebih dari satu dekade lalu, sistem kemitraan transportasi online terasa begitu revolusioner: driver ojek online bebas bekerja kapan saja, tanpa terikat aturan perusahaan. 

Dengan model tersebut, perusahaan ride-hailing atau penyedia layanan dapat beroperasi tanpa harus menggaji driver sebagai karyawan, sementara driver mendapatkan fleksibilitas dalam bekerja.

Advertisement

Stagnasi Model Kemitraan Reguler

Namun, perlahan model ini menunjukkan kelemahannya. Seiring berjalannya waktu, ilusi "kemerdekaan" itu mulai runtuh. Para ojol justru semakin dikontrol oleh algoritma perusahaan, tanpa adanya kejelasan jenjang karier. Belasan tahun berlalu, tetapi posisi driver tetap sama: tanpa kepastian pendapatan, tanpa perlindungan, dan tanpa masa depan yang jelas.

Skema kemitraan yang berlaku hampir tidak mengalami perubahan signifikan, reformasi layanan berjalan sangat lambat, bahkan dibandingkan industri lain yang telah beradaptasi dengan perubahan ekonomi dan regulasi. Perusahaan lebih memilih mempertahankan status quo karena skema ini menguntungkan mereka secara finansial.

Sekarang, sudah saatnya sistem ini direformasi. Skema kemitraan harus berkembang menjadi sistem yang lebih berkeadilan, di mana driver tidak lagi hanya dianggap sebagai alat produksi semata.

Rotasi Status Kemitraan

Untuk mengatasi ketimpangan ini, Skema Rotasi Mitra Premium bisa jadi salah satu solusi. Sistem ini menawarkan keseimbangan antara fleksibilitas dan kepastian penghasilan, sekaligus memberikan arah karier bagi driver dalam industri transportasi online.

Saat ini, tidak ada perbedaan antara driver baru dan lama dalam sistem ride-hailing. Driver yang sudah bertahun-tahun bekerja tetap bersaing dengan driver baru tanpa ada keuntungan pengalaman atau loyalitas. Hal ini menciptakan persaingan tidak sehat dan menurunkan motivasi jangka panjang.

Skema Mitra Premium memperkenalkan sistem jenjang karier berbasis seleksi dan rotasi sehingga driver memiliki peluang lebih besar untuk berkembang.

1. Mitra Reguler

Status ini terbuka bagi semua driver baru. Penghasilan harian bergantung pada jumlah dan hasil kerja selama onbid dalam 24 jam, seperti sistem ojol pada umumnya. Besaran pendapatan ditentukan oleh performa driver serta fleksibilitas jam kerja. Dengan sistem ini, penghasilan bisa tinggi atau bisa pula rendah tergantung kinerja driver dan jumlah order yang tersedia pada hari tersebut.

Setiap pertengahan tahun, aplikator membuka seleksi Mitra Premium dengan kuota terbatas dan kriteria performa tertentu. Mitra Reguler memiliki kebebasan untuk mendaftar atau tetap dalam status reguler.

2. Mitra Premium

Driver dijamin mendapatkan jumlah minimal order setiap hari. Namun, mereka tetap dapat mengambil order tambahan untuk meningkatkan penghasilan harian. Dengan skema ini, kekhawatiran mengenai minimnya order dalam satu hari, seperti yang dialami Mitra Reguler, dapat dihindari.

Driver juga bebas mengatur jam kerja seperti biasa meskipun ada target order harian. Jika dalam satu hari driver memilih offbid atau hanya onbid beberapa jam, sehingga tidak memenuhi kuota minimal order, maka kuota tersebut hangus tapi tanpa dikenakan penalti. Skema ini berlaku per hari.

Selain itu, driver juga mendapatkan tunjangan operasional berupa dana subsidi untuk perawatan kendaraan dan BBM secara berkala agar driver tidak terlalu terbebani biaya operasional. Termasuk insentif tahunan dan BPJS Ketenagakerjaan. Keseluruhan benefit tersebut akan dikuatkan melalui kontrak.

Setelah menyelesaikan kontrak 5 tahun masa kerja sebagai Mitra Premium, driver kembali ke kategori Mitra Reguler untuk periode tertentu. Durasinya berkisar antara 2-3 tahun. Ini mencegah dominasi driver lama dan memberi peluang bagi driver baru untuk naik ke kategori premium. Setelah cooling period berakhir, driver bisa kembali mendaftar untuk seleksi ulang ke Mitra Premium.

Transparansi Seleksi Mitra Premium

Untuk memastikan seleksi Mitra Premium yang adil tanpa mengorbankan data bisnis perusahaan, beberapa strategi dapat diterapkan.

Pertama, perusahaan menyediakan dashboard transparan di aplikasi driver yang menampilkan tren order zonasi tanpa menyebut angka pasti. Dashboard ini bisa mengategorikan wilayah ke dalam tingkat permintaan (tinggi, sedang, atau rendah) sehingga driver dapat memahami peluang mereka untuk menjadi Mitra Premium tanpa harus melihat data bisnis secara langsung.

Kedua, indikator kuota berdasarkan zonasi dapat digunakan untuk memberikan gambaran umum tanpa membuka angka spesifik. Misalnya, perusahaan cukup menginformasikan bahwa "Wilayah A memiliki permintaan tinggi, sehingga kuota Mitra Premium lebih banyak dibanding Wilayah B." Dengan cara ini, driver tetap bisa menilai peluang mereka tanpa harus mengetahui detail jumlah pesanan.

Ketiga, penyajian data dalam bentuk agregat dapat menjadi solusi untuk menjaga transparansi tanpa mengungkapkan rincian bisnis yang sensitif. Data yang disajikan cukup memberikan pemahaman tentang tren permintaan tanpa membocorkan informasi yang dapat memicu tuntutan atau persaingan tidak sehat.

Pendekatan ini memastikan keseimbangan antara transparansi dan perlindungan data bisnis, sekaligus meningkatkan kepercayaan driver terhadap sistem seleksi yang diterapkan.

Fondasi Legal

Implementasi skema Mitra Premium membutuhkan dasar hukum yang kuat agar statusnya jelas dan memberikan kepastian bagi kedua pihak. Untuk itu, fondasi legal kemitraan mutlak diperlukan, sebut saja dengan model Kemitraan Plus.

Beberapa regulasi yang dapat menjadi dasar antara lain UU Ketenagakerjaan, sejumlah aspek dalam UU ini dapat menjadi rujukan untuk memastikan hak atas jaminan sosial dan standar kerja layak bagi pekerja fleksibel.

Kemudian, PP 35/2021 yang dapat dijadikan acuan skema kontrak 5 tahun Mitra Premium dan masa cooling period 2-3 tahun sebelum seleksi ulang. Adapula PP Pengupahan sebagai dasar hukum sistem insentif dan jaminan penghasilan minimum bagi Mitra Premium.

Lalu, UU BPJS sebagai landasan driver mendapat perlindungan sosial tanpa harus bergantung pada perusahaan. Terakhir, Permenhub 12/2019 yang mengatur ojek online, termasuk soal tarif dan hubungan antara aplikator dengan driver.

Keseluruh regulasi tersebut harus disinkronkan demi mendukung upaya evolusi model kemitraan, dari sebelumnya Kemitraan Independen menjadi Kemitraan Plus, sebagai langkah maju dalam menciptakan ekosistem transportasi online yang lebih adil dan berkelanjutan untuk semua pihak.

Keuntungan Bagi Perusahaan

Dari sisi driver, kepastian penghasilan dan sejumlah benefit yang ditawarkan diharap mampu mengurangi keresahan terhadap sistem sebelumnya. Begitupun perusahaan, skema ini membantu aplikator meredam tekanan regulator yang meminta lebih banyak perlindungan pada mitra.

Dengan skema Mitra Premium yang lebih terstruktur, perusahaan memiliki posisi negosiasi lebih kuat dalam menghadapi regulasi. Pemerintah pun untung karena skema ini menawarkan solusi tengah dalam mengatur gig economy tanpa perlu menerapkan kebijakan ekstrem yang bisa berdampak negatif pada industri.

Perusahaan ride-hailing dapat menunjukkan bahwa mereka beradaptasi dengan tren regulasi ketenagakerjaan global, sehingga memberikan kepastian yang lebih besar bagi investor. Hal ini juga dapat meningkatkan valuasi perusahaan di pasar, karena risiko hukum dan operasional yang lebih rendah akan memperbaiki proyeksi keuangan mereka dalam jangka panjang.

Kepastian regulasi adalah faktor penting dalam menilai prospek jangka panjang suatu perusahaan. Model bisnis yang terlalu rentan terhadap perubahan kebijakan sering kali dianggap berisiko tinggi bagi investor, sehingga sulit menarik investasi besar.

Karir yang Menjanjikan

Pada akhirnya, reformasi ini bukan hanya tentang kesejahteraan driver, tetapi juga keberlanjutan industri. Dengan sistem yang lebih adil dan berjenjang, transportasi online bisa menjadi jalur karier yang menjanjikan, bukan sekadar pekerjaan tanpa masa depan.

Tentu, skema Mitra Premium ini masih konsep yang terbuka untuk kritik dan penyempurnaan. Namun, gagasan ini menawarkan titik awal bagi diskusi yang lebih konstruktif tentang masa depan para driver ojek online.

*) Oleh : Nelson Ferish - Freelance Journalist.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Sertakan riwayat hidup singkat beserta foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES