Kopi TIMES

61 Tahun IMM: Transformasi Kepemimpinan Intelektual Agamawan-Negarawan

Jumat, 14 Maret 2025 - 19:29 | 8.71k
Asyraf Al Faruqi Tuhulele, Sekretaris Bidang Organisasi DPD IMM DKI Jakarta.
Asyraf Al Faruqi Tuhulele, Sekretaris Bidang Organisasi DPD IMM DKI Jakarta.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) telah menapaki perjalanan panjang dalam membangun generasi intelektual yang bernafaskan nilai-nilai Islam. Sejak didirikan pada 14 Maret 1964, IMM telah menjadi wadah bagi mahasiswa Muslim dalam mengembangkan pemikiran kritis, membangun gerakan sosial, dan mengokohkan identitas kebangsaan.

Dalam perjalanannya yang kini telah mencapai 61 tahun, IMM mengalami transformasi yang signifikan, terutama dalam mencetak kader yang tidak hanya menjadi intelektual agamawan, tetapi juga intelektual negarawan.

Advertisement

Perubahan zaman menuntut IMM untuk terus berkembang dan beradaptasi dengan dinamika sosial-politik. Dari sekadar gerakan mahasiswa berbasis keagamaan, IMM telah menjelma menjadi kekuatan yang turut serta dalam percaturan politik dan kebijakan publik.

Transformasi ini semakin menegaskan bahwa kader-kader IMM memiliki peran strategis dalam membangun bangsa melalui pendekatan intelektual yang berorientasi pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan.

Perjalanan Historis: Dari Intelektual Agamawan ke Intelektual Negarawan

IMM didirikan sebagai respon atas kebutuhan mahasiswa Muhammadiyah untuk memiliki wadah yang khusus dalam mengembangkan intelektualitas berbasis Islam.

Pada awal berdirinya, IMM lebih banyak berfokus pada pengembangan intelektual Islam dan kaderisasi dakwah di lingkungan kampus. Kader IMM dikenal sebagai intelektual agamawan yang aktif dalam studi keislaman, kajian tafsir, dan gerakan sosial berbasis dakwah.

Namun, seiring perkembangan zaman, peran IMM tidak hanya terbatas dalam ranah keagamaan. IMM mulai mengambil peran dalam gerakan sosial-politik yang lebih luas, baik dalam bentuk advokasi kebijakan, partisipasi dalam organisasi kepemudaan, maupun keterlibatan dalam institusi negara.

Hal ini menunjukkan pergeseran dari intelektual agamawan yang fokus pada kajian keislaman menuju intelektual negarawan yang berperan aktif dalam mengawal kebijakan publik dan pembangunan nasional.

Fakta ini tercermin dalam karakter kepemimpinan kader IMM di tingkat nasional, khususnya para mantan Ketua Umum tiga periode terakhir yang memperoleh kepercayaan untuk mengemban peran strategis sebagai Komisaris di Badan Usaha Milik Negara (BUMN) setelah menyelesaikan masa jabatannya. Sebagai contoh, Ali Muthohirin ditunjuk sebagai Komisaris Independen PT.

Adhi Persada Beton dan saat ini menjabat sebagai Wakil Wali Kota Malang periode 2025-2030, Najih Prastiyo dipercaya sebagai Komisaris Utama PT. Angkasa Pura Hotel, serta Abdul Musawir Yahya yang berperan sebagai Komisaris Independen di Pertamina Geothermal Energy.

Landasan Pemikiran: Sintesis Islam dan Kebangsaan

Transformasi IMM dalam mencetak intelektual negarawan tidak lepas dari sintesis pemikiran antara Islam dan kebangsaan. Dalam berbagai forum dan kajian akademik, IMM terus mengembangkan pemikiran yang mengharmoniskan antara nilai-nilai Islam dan kepentingan kebangsaan.

Salah satu prinsip yang menjadi pegangan IMM adalah konsep Islam Berkemajuan yang diusung oleh Muhammadiyah, yang menekankan pentingnya Islam sebagai kekuatan yang progresif dalam membangun peradaban modern.

Intelektual negarawan yang lahir dari rahim IMM memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga keseimbangan antara nilai keislaman dan kepentingan nasional.

Mereka diharapkan tidak hanya memiliki kompetensi dalam bidang keilmuan, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan dan kemampuan dalam mengelola dinamika politik serta kebijakan publik.

Tantangan dan Peluang dalam Transformasi Kepemimpinan

Dalam menjalankan transformasi ini, IMM menghadapi berbagai tantangan yang tidak ringan. Beberapa di antaranya adalah:

Pertama, Polarisasi Politik: Keterlibatan kader IMM dalam politik sering kali menimbulkan perdebatan terkait independensi organisasi. IMM harus tetap menjaga keseimbangan agar tidak terseret dalam kepentingan politik praktis yang dapat menggerus idealisme gerakan.

Kedua, Dinamika Sosial dan Teknologi: Perkembangan teknologi digital membawa tantangan baru dalam pola kaderisasi dan gerakan IMM. Generasi muda saat ini lebih banyak berinteraksi melalui media digital, sehingga IMM perlu mengadaptasi strategi kaderisasi yang lebih relevan dengan zaman.

Ketiga, Krisis Kepemimpinan Nasional: Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kepemimpinan yang mempengaruhi stabilitas nasional. Kader IMM yang bertransformasi menjadi intelektual negarawan memiliki tugas berat untuk menjadi pemimpin yang visioner, berintegritas, dan mampu membawa perubahan positif bagi bangsa.

Di sisi lain, ada banyak peluang yang dapat dimanfaatkan IMM dalam proses transformasi ini, antara lain:

Pertama, Peran Strategis dalam Kebijakan Publik: Dengan semakin banyaknya kader IMM yang terjun di berbagai sektor pemerintahan dan kebijakan publik, IMM memiliki kesempatan untuk turut serta dalam menentukan arah pembangunan nasional.

Kedua, Pemanfaatan Teknologi Digital: IMM dapat menggunakan media digital untuk memperluas jangkauan gerakan, membangun jaringan kader yang lebih luas, serta melakukan advokasi kebijakan secara lebih efektif.

Ketiga, Kemitraan dengan Berbagai Pihak: IMM dapat memperkuat kolaborasi dengan berbagai lembaga, baik dalam negeri maupun internasional, guna meningkatkan kapasitas intelektual dan kepemimpinan kadernya.

Kontribusi Kader IMM dalam Ranah Publik

Sebagai organisasi mahasiswa yang berlandaskan Islam dan kebangsaan, IMM telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam ranah publik. Kader IMM aktif dalam berbagai bidang, mulai dari akademisi, birokrasi, hingga sektor swasta yang berorientasi pada pengembangan masyarakat.

Dalam bidang advokasi kebijakan, IMM sering terlibat dalam diskusi kebijakan publik baik di tingkat lokal maupun nasional, memberikan masukan yang berbasis pada kajian akademik dan nilai-nilai Islam Berkemajuan.

Di ranah sosial, IMM turut serta dalam berbagai gerakan kemanusiaan seperti aksi kemanusiaan saat bencana, advokasi terhadap hak-hak rakyat kecil, serta penguatan masyarakat sipil melalui kegiatan sosial berbasis komunitas.

IMM juga berperan dalam meningkatkan literasi politik mahasiswa dengan mengadakan diskusi, seminar, dan kajian yang membahas isu-isu kebangsaan, demokrasi, serta hak asasi manusia.

Dalam sektor pemerintahan, banyak kader IMM yang mengabdikan diri sebagai aparatur negara, baik sebagai akademisi, tenaga profesional, maupun pejabat publik yang menjalankan fungsi pemerintahan dengan mengedepankan prinsip integritas dan profesionalisme.

Kader IMM yang telah menduduki berbagai posisi strategis menunjukkan bahwa IMM bukan hanya mencetak individu yang unggul secara akademik, tetapi juga memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat dalam mengelola negara.

Dengan berbagai peran ini, IMM tidak hanya menjadi organisasi mahasiswa yang bergerak di ranah akademik, tetapi juga turut berkontribusi nyata dalam proses pembangunan bangsa.

Ke depan, tantangan yang dihadapi IMM akan semakin kompleks, sehingga dibutuhkan inovasi dan strategi baru agar peran IMM dalam membangun bangsa semakin signifikan dan berkelanjutan.

Selama 61 tahun perjalanannya, IMM telah mengalami transformasi yang signifikan dari gerakan mahasiswa berbasis keagamaan menjadi gerakan intelektual yang berorientasi pada kepemimpinan nasional.

IMM telah membuktikan bahwa kader-kadernya tidak hanya berperan sebagai intelektual agamawan yang memahami Islam secara mendalam, tetapi juga sebagai intelektual negarawan yang siap membangun bangsa.

Tantangan yang dihadapi IMM dalam proses transformasi ini tidaklah mudah, namun dengan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai Islam Berkemajuan, IMM dapat terus melahirkan pemimpin-pemimpin yang berintegritas, visioner, dan memiliki kepedulian terhadap nasib umat dan bangsa.

IMM harus terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, memperkuat kaderisasi berbasis intelektualitas dan kepemimpinan, serta menjaga idealisme gerakan agar tetap menjadi kekuatan perubahan yang bermakna bagi Indonesia.

Dengan demikian, IMM tetap relevan dalam membangun bangsa, mencetak pemimpin masa depan, dan menjadi bagian dari solusi atas berbagai permasalahan nasional.

Transformasi dari intelektual agamawan menuju intelektual negarawan bukanlah sekadar perubahan paradigma, tetapi sebuah keniscayaan yang harus terus diperjuangkan demi kemajuan umat dan bangsa.

***

*) Oleh : Asyraf Al Faruqi Tuhulele, Sekretaris Bidang Organisasi DPD IMM DKI Jakarta.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id


_____
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES