
TIMESINDONESIA, MALANG – Hijrah dari Mekah ke Madinah bukan sebenarnya berpinda dan menghindarkan diri dari tekanan dan ancaman Quraisy dan penduduk Mekah yang menghendaki perubahan terhadap ajaran nenek moyang mereka, tetapi juga mengandung maksud untuk mengatur potensi dan menyusun kekuatan dalam menghadapi tantangan lebih lanjut sehingga akhirnya nanti terbentuk masyarakat baru yang di dalamnya bersinar kembali mutiara tauhid warisan Ibrahim yang akan disempurnakan oleh Muhammad SAW melalui wahyu Allah.
Wahyu secara beruntun turun selama periode Madinah. Kebijakan Nabi Muhammad SAW dalam mengajarkan al-Quran adalah menganjurkan pengikutnya untuk menghafal dan menuliskan ayat al-Quran sebagaimana yang telah diajarkan. Beliau sering mengadakan ulangan-ulangan dalam pembacaan al-Quran, yaitu dalam shalat, dalam pidato-pidato, pelajaran-pelajaran dan lain-lain kesempatan. Penulis penulis al-Quran yang telah diperintahkan untuk menulis setiap ayat yang diturunkanpun tetap melaksanakan tugasnya dengan baik. Di antara mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan, Ubay bin Ka'ab, Zaid bin Sabit dan Muawiyah. 21 Dengan demikian kegiatan yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW bersama umat Islam pada waktu itu, dalam rangka pendidikan sosial politik, selalu berada dalam bimbingan dan petunjuk langsung dari Allah yang disebut wahyu.
Advertisement
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
1) Pembentukan dan pembinaan masyarakat baru, menuju satu kesatuan politik
Masjid itulah pusat kegiatan Nabi Muhammad SAW bersama kaum muslimin, untuk secara bersama-sama membina masyarakat baru, masyarakat yang disinari oleh tauhid dan mencerminkan persatuan dan kesatuan umat. Di masjid itulah beliau melakukan musyawarah mengenai berbagai urusan, mendirikan shalat berjamaah, membaca al-Quran baik dalam mengulangi ayat-ayat baru yang diturunkan. Dengan demikian, masjid merupakan tempat pendidikan dan pengajaran pada masa itu.
Pembinaan kesatuan dan persoalan sosial yang menimbulkan solidaritas sosial yang semakin tinggi dibarengi dengan pembinaan ke arah satu kesatuan politik sekaligus. Nabi Muhammad SAW berusaha membawa umatnya ke dalam suatu kehidupan yang mandiri, yang tidak menyandarkan diri kepada kekuatan dari luar. Mereka berusaha mengatur diri sendiri, sehingga merupakan kekuatan politik yang diakui dan hidup bersama masyarakat sekitarnya, tanpa ada campur tangan dari luar Dalam rangka pembinaan kesatuan politik tersebut pertama-tama Nabi Muhammad SAW membuat perjanjian kerjasama dengan kaum Yahudi di Madinah. Perjanjian tersebut sekaligus berarti bahwa masyarakat baru yang dibentuknya telah mendapatkan dan pihak Yahudi yang memang sudah lama merupakan suatu kekuatan politik yang berpengaruh di Madinah.
2) Pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan
Materi pendidikan sosial dan kewarganegaraan Islam pada masa itu adalah pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam konstitusi Madinah, yang dalam prakteknya diperinci lebih lanjut dan disempurnakan dengan ayat-ayat yang turun selama periode Madinah. Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik telah memberikan contoh dan teladan yang nyata dalam kehidupan sehari-hari, di samping penjelasan-penjelasan dan instruksi-instruksi pada umatnya dalam melaksanakan berbagai kegiatan baik perorangan, kelompok maupun secara keseluruhan.
Anak adalah bagian dari kehidupan keluarga yang merupakan hasil dari hubungan cinta kasih yang murni antara suami-istri menurut ketentuan Allah. Ia merupakan amanat dari Allah kepada orang tuanya untuk dipelihara, dididik dan diajar agar menjadi manusia yang saleh. Anak itu adalah keturunan, dan merupakan generasi penerus, yang akan menerima warisan nilai dan budaya dari generasi sebelumnya, yang akan mengembangkan warisan-warisan tersebut menjadi lebih berdaya guna. Demikian pula dalam Islam, anak atau keturunan adalah merupakan pewaris ajaran Islam yang dikembangkan oleh Nabi Muhammad SAW dan generasi muslimlah yang akan melanjutkan misi menyampaikan Islam ke seluruh penjuru alam.
Pendidikan yang dilaksanakan oleh Nabi Muhammad SAW dilakukan secara bertahap. Ia memulai dengan keluarga dekatnya, yang pada mulanya secara sembunyi-sembunyi. Kemudian la memulai dengan seruannya kepada sahabat karib yang telah lama bergaul dengannya. Dan secara berangsur-angsur ajakannya tersebut disampaikan secara lebih meluas, tetapi masih terbatas di kalangan keluarga dekat dan suku Quraisy saja. Mereka secara langsung diajar dan dididik oleh Nabi menjadi muslim yang siap menerima dan melaksanakan petunjuk serta perintah Allah yang akan turun kemudian.
Dan keadaan demikian itu berlangsung sampai lebih dari 3 tahun sampai akhirnya turun petunjuk dan perintah dari Allah agar Nabi memberikan pendidikan dan seruannya secara terbuka. Pokok-pokok pendidikan di Mekah adalah pendidikan keagamaan, pendidikan aqliyah dan ilmiah, pendidikan akhlak, budi pekerti, dan pendidikan jasmani (kesehatan). Sementara pokok pendidikan di Madinah adalah pembentukan dan pembinaan masyarakat baru menuju satu kesatuan politik, pendidikan sosial politik dan kewarganegaraan yang memperkuat pendidikan Islami.
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |