Kopi TIMES

Betulkah Tumbuhan Pagi Hari Sedang Bertasbih?

Selasa, 01 April 2025 - 19:19 | 44.74k
Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang
Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, PADANG – Beberapa hari ini netizen sempat dihebohkan dengan postingan di hari raya Idul Fitri bahwa daun bertasbih di pagi hari. Mereka membandingkan kondisi pergerakan daun sebelum dan sesudah salat Id. Betulkah daun-daun tersebit bertasbih? 

Fenomena di mana daun tampak tidak bergerak pada pagi hari merupakan sesuatu yang sering kita amati. Dalam perspektif ilmiah, kondisi ini dapat dijelaskan melalui kajian dinamika atmosfer. 

Advertisement

Sementara itu, dalam perspektif spiritual, khususnya dalam Islam, diyakini bahwa semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan, bertasbih kepada Sang Pencipta. Artikel ini akan membahas kedua perspektif tersebut dan apakah ada hubungan antara ketenangan daun di pagi hari dengan tasbih tumbuhan. 

Dalam ilmu meteorologi, dinamika atmosfer mempengaruhi pergerakan udara dan lingkungan sekitar. Pada malam hari, permukaan bumi kehilangan panas dengan cepat melalui radiasi, menyebabkan lapisan udara di dekat permukaan menjadi lebih dingin dibandingkan dengan lapisan udara di atasnya. 

Fenomena ini disebut inversi suhu, yang menciptakan kondisi atmosfer yang stabil dan menghambat pergerakan udara. Akibatnya, angin yang biasanya menjadi penyebab pergerakan daun pun melemah atau tidak ada sama sekali. 

Selain itu, saat matahari mulai terbit, pemanasan masih belum cukup kuat untuk menciptakan perbedaan tekanan udara yang signifikan. Angin darat dan angin laut yang biasanya terjadi akibat pemanasan matahari belum terbentuk dengan optimal. Oleh karena itu, tidak ada gaya eksternal yang cukup untuk menggerakkan daun.

Faktor lain yang berkontribusi adalah adanya embun yang menempel di permukaan daun. Di pagi hari, embun terbentuk akibat kondensasi uap air dari udara malam yang dingin. Embun ini menambah berat daun dan membuatnya lebih kaku, sehingga lebih sulit bergerak bahkan saat ada hembusan angin kecil.

Selain itu, struktur atmosfer pada pagi hari juga mendukung ketenangan udara. Pada malam hari hingga menjelang pagi, atmosfer berada dalam kondisi yang disebut lapisan batas planet (planetary boundary layer) yang lebih stabil. Stabilitas ini menyebabkan turbulensi udara menjadi minimal sehingga tidak ada banyak gerakan vertikal yang bisa menyebabkan daun bergerak. 

Hal ini berbeda dengan kondisi siang hari ketika pemanasan matahari menciptakan gerakan udara yang lebih dinamis, menghasilkan angin yang lebih kencang dan membuat daun lebih sering bergerak.

Dalam Islam, diyakini bahwa segala sesuatu di alam semesta bertasbih kepada Allah. Hal ini disebutkan dalam Surah Al-Isra' ayat 44: "Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada-Nya. 

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak memahami tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun." Berdasarkan ayat ini, tumbuhan juga memiliki bentuk tasbih yang tidak dapat dipahami oleh manusia. 

Beberapa orang menghubungkan ketenangan daun di pagi hari sebagai bentuk tasbih alami tumbuhan seolah-olah mereka berada dalam kondisi khusyuk dalam menyembah Sang Pencipta sebelum matahari mulai bersinar lebih kuat. 

Keheningan pagi yang alami menciptakan suasana yang mendukung bagi tumbuhan untuk melaksanakan tugasnya dalam ekosistem dengan lebih optimal. Selain berfungsi dalam siklus alam, momen pagi hari juga memberikan kesempatan bagi makhluk hidup lainnya untuk memulai hari dalam ketenangan sebelum aktivitas manusia dan hewan meningkat.

Dalam kajian spiritual, fenomena ini bisa dimaknai sebagai waktu ketika alam semesta dalam keadaan paling damai. Tumbuhan, dengan kemampuannya untuk berfotosintesis dan berperan dalam keseimbangan ekosistem, menjadi bagian dari mekanisme yang telah ditetapkan oleh Tuhan. 

Jika manusia memiliki cara sendiri dalam beribadah, maka tumbuhan juga memiliki caranya sendiri dalam menunjukkan kepatuhannya terhadap hukum alam yang telah ditetapkan. Sebagian besar waktu, tumbuhan diam, tetapi itu tidak berarti mereka tidak berkomunikasi atau tidak memiliki aktivitas tertentu. 

Bahkan dalam ilmu botani, telah ditemukan bahwa tumbuhan dapat merespons lingkungan sekitarnya melalui mekanisme biokimia yang kompleks, seperti gerakan tropisme dan perubahan pola pertumbuhan sesuai dengan kondisi lingkungan.

Secara ilmiah, tidak ada bukti langsung bahwa tumbuhan yang bertasbih akan cenderung tidak bergerak. Namun, jika dikaitkan dengan kondisi alam, keheningan dan keseimbangan di pagi hari dapat dianggap sebagai momen di mana tumbuhan ‘beribadah’ dalam ketenangan. 

Fenomena ini lebih merupakan tafsiran spiritual daripada penjelasan fisik. Namun, adanya hubungan antara pola gerak tumbuhan dengan ritme alam menunjukkan bahwa ada keteraturan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pada tumbuhan itu sendiri. 

Dari sudut pandang sains dan agama, ini mencerminkan keseimbangan yang telah diatur dalam alam semesta, di mana setiap makhluk hidup memiliki fungsi dan perannya masing-masing.

Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan juga memiliki ritme biologis yang dipengaruhi oleh cahaya dan siklus harian. Fenomena ini dikenal sebagai ritme sirkadian, yang mengatur aktivitas fisiologis tumbuhan, termasuk pembukaan dan penutupan stomata, pertumbuhan, serta respon terhadap cahaya. 

Pada pagi hari, sebagian besar tumbuhan masih berada dalam tahap transisi dari keadaan istirahat malam ke kondisi aktif di siang hari. Ini berarti aktivitas metabolisme mereka masih rendah, yang dapat menyebabkan pergerakan daun menjadi lebih sedikit dibandingkan dengan saat siang hari ketika fotosintesis sedang berlangsung secara maksimal.

Fenomena daun yang tidak bergerak di pagi hari dapat dijelaskan melalui dinamika atmosfer, seperti stabilitas udara, minimnya sirkulasi termal, dan embun yang melekat pada daun. Dalam perspektif spiritual, ketenangan ini dapat dikaitkan dengan keyakinan bahwa tumbuhan bertasbih kepada Sang Pencipta. 

Meski tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan hubungan langsung antara tasbih tumbuhan dan tidak bergeraknya daun, keheningan pagi tetap menjadi simbol harmoni antara alam dan Sang Pencipta. Dengan memahami kedua perspektif ini, kita dapat semakin mengapresiasi keindahan alam dan keteraturan yang terjadi di sekitar kita. 

Ketika manusia mempelajari lebih dalam tentang fenomena alam, kita dapat melihat bahwa ilmu pengetahuan dan spiritualitas dapat berjalan beriringan dalam memahami keajaiban ciptaan Tuhan. 

Pagi hari dengan ketenangannya bukan hanya sekadar fenomena fisik, tetapi juga bisa menjadi waktu untuk merenung tentang hubungan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.

***

*) Oleh : Dr. Nofi Yendri Sudiar, M.Si. Koordinator Penanganan Perubahan Iklim SDGs sekaligus Kepala Research Center for Climate Change (RCCC) Universitas Negeri Padang. 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES