Anwar Ibrahim dan Kerjasama Hankam Indonesia-Malaysia

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Presiden RI Prabowo Subianto melakukan kunjungan ke Malaysia pada Januari 2025. Dalam kunjungan kenegaraan tersebut Prabowo melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim di Kuala Lumpur.
Pertemuan kedua pemimpin negara tersebut menyepakati berbagai kerjasama strategis. Kerjasama ekonomi, energi bahkan pertahanan berhasil disepakati. Dengan tantangan geopolitik, Indonesia dan Malaysia sepertinya selalu serius memperkuat komunikasi dan ordonansi untuk mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang damai dan Stabil.
Advertisement
Jika bergeser kebelakang, tahun 2022 semasa Prabowo Subianto menjadi Menteri Pertahanan, Indonesia dan Malaysia menandatangani Nota Kesepahaman Pertahanan. Ketika itu Menteri Pertahanan Malaysia Dato Seri Hishamuddin Bin Tun Hussein mengakui kemajuan kerjasama antar kedua negara yang terus berkembang. Operasi intelijen, hingga operasi darat, laut dan udara hingga kepolisian menjadi catatan sejarah antar kedua negara serumpun ini.
Tidak hanya itu, tahun yang sama, Indonesia dan Malaysia menyepakati melakukan kerjasama pengembangan usaha industri pertahanan di tingkat negara dan kawasan. Sehingga membuka peluang produk Pindad di Malaysia. Hubungan Indonesia dan Malaysia semakin mesra dan harmonis diantaranya dengan kegiatan General Border Committee Malaysia -Indonesia (GBC Malindo).
Bulan April 2025, tepatnya tanggal 16, Panglima Angkatan Tentera Malaysia yaitu Jenderal Datuk Mohd Nizam bin Jaffar melakukan kunjungan ke Indonesia. Pertemuan dengan sejumlah pejabat militer Indonesia juga digelar. Menteri Pertahanan Indonesia yaitu Sjafrie Sjamsoeddin juga melakukan pertemuan dengan Jenderal Datuk Mohd Nizam bin Jaffar.
Serumpun Meski Kadang Tak Rukun
Hubugan Indonesia dan Malaysia sebagai negara tetangga dan serumpun melalui banyak kisah. Diantaranya sengketa perbatasan yang telah terjadi semenjak 1969. Sengketa Pulau Sipadan dan Ligitan membuat hangat hubungan kedua negara. Tahun 2002, Mahkamah Internasional memutuskan kedua pulau tersebut menjadi milik Malaysia.
Tidak hanya Pulau Sipadan dan Ligitan, Perairan Ambalat pernah menjadi sengketa antara Indonesia dan Malaysia.Perdebatan da negara tersebut dimulai semenjak dekade 1960-an dimana blok tersebut kaya akan minyak dan memiliki luas 15 ribu kilometer persegi membentang di Selat Makassar atau dikenal dengan Laut Sulawesi.Pada tahun 2015, jet tempur Malaysia diberitakan menerobos kawasan RI di Blok Ambalat.
Tidak hanya itu, namun penanganan berkaitan dengan TKI menjadi polemik dan perbincangan hangat hubungan kedua negara. Kesamaan budaya antara Indonesia dan Malaysia menjadi ujian tersendiri bagi kedua negara. Lagu daerah, tarian serta alat musik tertentu pernah menjadi perdebatan. Saling klaim kedua negara menjadi catatan sejarah menarik kedua belah pihak.
Namun perjalanan dan pasang surut hubungan Indonesia dan Malaysia menjadi penyemangat keduanya untuk terus membangun komunikasi dan koordinasi, diberbagai bidang termasuk bidang pertahanan dan keamanan.
Banyak kisah yang telah dilalui oleh kedua negara membentuk pendewasaan untuk saling membangun kerja sama melalui langkah-langkah konkret untuk terwujudnya stabilitas keamanan kawasan di Asia Tenggara
Permasalahan seperti peredaran narkotika, dan Tindak Pidana Perdagangan Orang juga menjadi tambahan pekerjaan rumah yang harus menjadi perhatian oleh kedua negara. Hubungan militer Indonesia dan Malaysia juga telah terbangun, misalnya diantaranya tahun 2023 Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Indonesia Marsekal TNI Fadjar Prasetyo menerima penghargaan bergengsi yaitu Darjah Panglima Gagah Angkatan Tentera (PGAT).
Tahun 2024 lalu, TNI AD dan Tentera Dara Malaysia juga melalukan latihan bersama. Lama Kekar Malindo- 47/AB /2024 berhasil diikuti oleh Tentara kedua negara selama sepekan.
Agenda tahunan kedua negara tersebut menjadi penanda kedua negara serumpun ini menyadari pentingnya saling kerja sama dan memberi dukungan demi keamanan kawasan. Semoga, semakin mesra dan harmonis selalu hubungan Indonesia dan Malaysia.
***
*) Oleh : Iqbal Suliansyah, Koordinator Maarif Network dan Alumnus Pemantapan Nilai-nilai Kebangsaan Angkatan I Lemhannas Tahun 2022.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |