Kopi TIMES

Gerakan Ecopesantren, Sebuah Upaya Penyelamatan Bumi

Sabtu, 19 April 2025 - 19:30 | 28.83k
Prof. Dr. Ilfi Nur Diana, M.Si
Prof. Dr. Ilfi Nur Diana, M.Si
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Ecopesantren adalah sebuah istilah bagi pesantren yang ramah lingkungan. Program Ecopesantren ini merupakan sebuah strategi meningkatkan kualitas Pendidikan Islam dalam hal ini pesantren, sehingga menjadi pesantren yang hijau, mandiri dan ramah lingkungan. Program ecopesantren, tidak akan berjalan dengan baik jika tidak menjadi sebuah Gerakan, yang dilakukan secara massif. Gerakan ecopesantren akan berhasil jika terdapat kesadaran dan tindakan kolektif dari masyarakat bersama pemerintah, institusi pendidikan tinggi melalui hasil riset dan pengabdian masyarakat dari para dosennya, juga dunia industri. Karna pesantren tidak memiliki sumber daya manusia yang expert dalam bidang terkait, sehingga tidak dapat dijamin keberlanjutannya. Adapun tujuannya adalah adanya perubahan tata sosial baru yang lebih baik dalam penyelamatan bumi dan pelestarian lingkungan.

Mengapa pesantren? Karna pertama, pesantren merupakan institusi pendidikan Islam yang mana santrinya tinggal selama 24 jam di pesantren, dengan jumlah ribuan bahkan puluhan ribu santri, sehingga memerlukan banyak sumber daya, baik air, listrik, bahan bakar, bahan makanan, dan tentu saja menghasilkan sampah yang besar, baik sampah limbah maupun sampah manusia. Jika tidak ada energy alternatif, dan sampah tidak dikelola dengan baik, maka akan dapat menambah kerusakan di planet bumi ini, selain inefisiensi dalam penggunaan energy yang dibutuhkan pesantren. Kedua, Para santri yang mondok di pesantren juga berasal dari seluruh pelosok nusantara, baik kota maupun desa. Sehingga dapat dikatakan, memberdayakan pesantren sama halnya memberdayakan masyarakat seluruh Indonesia. Karna setelah lulus, para santri nantinya akan kembali ke daerah masing-masing, dengan sikap dan perilaku yang peduli pada persoalan lingkungan. 

Advertisement

Ketiga, pesantren memiliki pengaruh yang kuat di  Masyarakat. Keempat, jumlah pesantren dari tahun ke tahun terus bertambah. Pada tahun 2024, jumlah pesantren yang terdata di Kementerian Agama sebanyak 41.220 pesantren. ini menunjukkan bahwa pesantren semakin eksis dan menjadi sebuah alternatif  pendidikan berkualitas di era modern, dan makin dipercaya oleh masyarakat. Karna, pesantren tidak saja mengajarkan ilmu agama dan pengetahuan umum, tetapi juga membentuk sikap dan perilaku serta karakter yang sesuai dengan ajaran Islam. Islam melalui al-Quran maupun Hadits mengajarkan bagaimana beretika pada alam dan lingkungan. Dengan pendekatan teologi keislaman ini diharapkan akan lebih dapat menumbuhkan kesadaran bagi generasi santri mendatang.

Adapun tujuannya adalah pertama, mensinergikan antara ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan mengenai bumi, alam dan lingkungan, karna pendekatan agama menjadi salah satu strategi dalam menghadapi kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi di seluruh dunia. Kedua, meningkatkan kesadaran bahwa ajaran Islam menjadi pedoman yang sangat penting dalam berperilaku yang ramah lingkungan. Ketiga, membentuk sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan, sikap, perilaku, keterampilan, dan komitmen untuk ikut memecahkan masalah kerusakan alam, dan perubahan iklim. Keempat, menjadikan pondok pesantren sebagai pusat pembelajaran (central of excellence) yang berwawasan lingkungan bagi komunitas pesantren dan masyarakat sekitar. Kelima, meningkatkan aktivitas yang mempunyai nilai tambah baik nilai ekonomi, sosial, dan ekologi. 

Oleh sebab itu penting untuk membangun kesadaran dan kepedulian para santri terhadap lingkungan dan alam. Karna hal ini akan memberikan kontribusi besar dalam mencegah kerusakan bumi lebih jauh bahkan memperbaiki kerusakan yang sudah terjadi. Pendidikan lingkungan hidup tersebut merupakan Upaya menumbuhkan kesadaran  ramah terhadap bumi dan alam melalui program ecopesantren, sehingga keberlanjutan ekosistem alam ini tetap terjaga. Islam sebagai agama dapat memberikan kontribusi yang besar apabila umatnya memperhatikan teks dan konteks mengenai lingkungan. Oleh sebab itu ajaran islam sangat tepat jika menjadi landasan normative dari sebuah gerakan sosial dalam bidang lingkungan, khususnya bagi pesantren. 

Sebenarnya study keterkaitan agama dan ekologi bukanlah hal baru. Sejak lama agama mempunyai kepedulian terhadap kelestarian lingkungan, baik agama Yahudi, Kristen dan Buda. Begitupula Islam sangat memperhatikan persoalan ekologi. Terdapat banyak kajian tentang ekologi dalam Islam.

Seperti Hossen Nasr di era 1950an memperkenelkan konsep pelestarian lingkungan berdasarkan nilai-nilai Islam. Menurutnya, ada 2 pendekatan, yaitu pertama, konsep kosmologi tradisional yaitu manusia merupakan bagian dari alam, karenanya harus menciptakan kedamaian dan harmoni dengan alam. Kedua, menerapkan prinsip syariah yang menekankan kebolehan dan keharaman dalam berhubungan dengan alam (Nashr,1996).

Begitu juga Quddus (2012) membangun ecotheology Islam sebagai solusi krisis lingkungan. Menurutnya krisis lingkungan merupakan problem keagamaan sebagai dampak dari pemahaman agama yang kurang tepat tentang alam dan manusia, karna itu dibutuhkan tafsir ulang mengenai relasi manusia dengan alam. Menurutnya ada 3 prinsip pengelolaan lingkungan dalam perspektif Ecotheology. Pertama, prinsip tauhid bahwa alam semesta diciptakan sebagai petunjuk kekuasaannya. Kedua, prinsip Amanah sebagai khalifah yang bertugas memakmurkan bumi. Ketiga, pertanggungjawaban manusia di akhirat.

Dari beberapa konsep para ahli tersebut dapat dipahami bahwa teologi Islam mendorong manusia untuk berperilaku yang baik terhadap alam dan makhluk yang tinggal di dalamnya. Dalam ayat-ayat al-Qur’an dan hadis, didapati suatu ajaran yang sangat jelas untuk melindungi alam dan kehidupan yang ada di dalamnya, antara lain dijelaskan bahwa manusia tidak boleh hanya mementingkan kehidupan akhirat, tetapi juga kehidupan dunia, berperilaku baik pada sesama manusia dan alam (QS,al-Qasas:77). Jadi, ada 3 relasi yaitu relasi manusia dengan Tuhannya, dengan sesama manusia, dan dengan alam. Jika relasi dengan Alloh SWT baik maka akan termanivestasi pada sikap dan perilakunya yang baik pula kepada manusia dan alam. (*)

 

* Oleh Prof. Dr. Ilfi Nur Diana, M.Si

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES