Dinamika Kebebasan Pers dalam Program Meet Nite Live Metro TV

TIMESINDONESIA, MALANG – Program Meet Nite Live hampir langsung menjadi angin segar dalam lanskap berita Indonesia dengan gaya satir cerdas yang menghibur generasi muda. Saya berpendapat inovasi ini membuktikan bahwa jurnalisme tidak harus kaku untuk tetap menyampaikan fakta akurat.
Dengan menggabungkan wawancara langsung, liputan lapangan, dan komedian satire, kontennya jadi lebih mudah dicerna oleh penonton digital.
Advertisement
Peluncuran program tersebut menggantikan Midnight Live menunjukkan Metro TV berani bereksperimen demi relevansi. Host Valentinus Resa yang tampil energik, percaya diri, dan berani menembus batas konvensional pembawa berita. Saya yakin, keberanian presenter semacam ini membuka ruang diskusi yang lebih luas.
Namun, dibalik keberanin tersebut, kontroversi somasi oleh Ormas Perisai Kebenaran Nasional menegaskan betapa satire bisa memicu reaksi keras dari sebagian pihak. Namun, menurut saya, somasi semacam ini justru menunjukkan kekhawatiran berlebihan terhadap kebebasan berekspresi dalam pers.
Kritik perlu dipandang sebagai pemacu untuk memperbaiki standar editorial, bukan ancaman hukum. Alih-alih mengekang, hukum pers sebaiknya melindungi eksperimen gaya jurnalisme baru.
Respons publik terhadap Meet Nite Live sangat positif, terutama dari kalangan Gen Z yang mengunggah klip satire ke media sosial dengan tagar #MeetNiteLiveMetroTV.
Menurut survei internal Metro TV, penonton muda menyukai kombinasi informasi dan hiburan yang seimbang. Hal ini membuktikan bahwa inovasi format dapat meningkatkan engagement audiens.
Secara global, tren berita satir telah dibuktikan efektif oleh The Daily Show atau Last Week Tonight dalam menyampaikan kritik sosial dengan lelucon taja. Meet Nite Live memiliki potensi mengadopsi praktik terbaik tersebut sambil menyesuaikan konteks lokal.
Akhirnya, Meet Nite Live membuktikan bahwa keberanian bereksperimen dengan format satir tidak melanggar esensi jurnalistik, melainkan memperluas ruang diskusi publik dengan gaya segar.
Saya optimis, selama etika dijaga dan mekanisme pengaduan ditegakkan, program ini dapat bertahan sebagai primadona berita malam. Semoga Metro TV terus berinovasi tanpa mengorbankan kredibilitas dan tanggung jawab sosial. (*)
***
*) Oleh : Muhammad Dzunnurain, Mahasiswa Universitas Islam Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |