Kopi TIMES

Relasi Pemikiran Walter Fisher dan Media Sosial KDM

Selasa, 22 April 2025 - 17:21 | 12.75k
Agus Budiana, Jurnalis dan Pendiri Lembaga Studi Kajian Jurnalistik Media (LSKJ Media)
Agus Budiana, Jurnalis dan Pendiri Lembaga Studi Kajian Jurnalistik Media (LSKJ Media)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Pada hakikatnya manusia adalah mahluk pencerita, menceritakan tentang suatu kondisi. Cerita yang dibangun adalah mengenai gambaran hal-hal tertentu yang ada dalam kehidupan manusia. Isi cerita beragam bisa mengenai suatu tempat, kondisi seseorang, suatu kejadian artinya hal apapun yang melekat dengan kehidupan manusia yang akan diceritakan atau diceritakan kembali. 

Dasarnya biasanya kondisi-kondisi faktual yang melingkupi manusia melekat didalamnya tentang kesedihan, kebahagiaan, kegaulauan, yang menghinggapi titik terdekat hidup manusia.

Advertisement

Seorang ibu bercerita tentang niai-nilai kebaikan pada anaknya, seorang tetangga menceritakan mengenai kondisi lingkungan tempat tinggalnya bahkan ada juga yang menceritakan tentang persoalan-persoalan yang dihadapi manusia yang memantik rasa empati kesedihan. 

Cerita yang dibuat ada yang disampaikan secara langsung namun ada juga yang melalui perantara suatu media, terutama untuk menjangkau sasaran publik yang diceritakan dalam jumlah besar.

Adalah Walter Fisher seorang guru besar dalam Griffin (2011) menyatakan bahwa memberikan alasan melalui sebuah cerita lebih baik dibandingkan dengan menumpuk bukti atau membangun argumen yang kuat. 

Paradigma ini juga menggambarkan bahwa cerita yang disampaikan oleh komunikator memiliki urutan kejadian awal, tengah, dan akhir, serta mengajak komunikan untuk menafsirkan maknanya dan apa nilai-nilai dari cerita tersebut yang berguna bagi kehidupan mereka sendiri. Pemikiran Fisher ini dikenal dengan istilah paradigma naratif. 

Pemahaman pemikiran tersebut menegaskan pada kita bahwa, bercerita adalah sesuatu yang disampaikan pada pihak lain, agar dapat memaknai nilai-nilai yang diceritakan untuk kemudian apabila sesuai dengan preferensinya akan menjadi suatu keyakinan dalam memaknai hidup. 

Terkait dengan hal tersebut agar pesan cerita yang kita sampaikan dapat diterima oleh sejumlah orang dalam jumlah besar, tentunya kita membutuhkan media sebagai tempat saluran yang dapat menjangkau orang dalam jumlah banyak, sehingga pesan cerita yang kita sampaikan dalam waktu bersamaan dapat diterima oleh semua orang.

Pada tataran realitas hal menarik yang kita amati, adalah fenomena Kang Dedi Mulyadi (KDM) yang sering menggunggah seluruh kegiatannya melalui media sosial youtube, Instagram channel Lembur pakuan dan channel KDM yang dimilikinya pada publik. 

Sehingga publik tidak hanya di Jawa barat secara nasional bahkan internasional pasti mengetahuinya mengingat keberadaan KDM yang sedang menjadi perhatian publik sebagai gubernur Jabar dengan gebrakan-gebrakan kebijakannya.

Kita tahu bersama bagaimana seorang KDM selalu menceritakan kondisi-kondisi faktual yang berada dalam suatu wilayah tertentu ataupun pribadi seseorang yang mengalami suatu masalah. 

Ditambah dengan ketepatan penempatan audio musiknya dan tampilan visual yang ditampilkan, sehingga cerita-cerita faktual KDM serasa lengkap menyentuh logika, rasa dan tindakan publik.

Paradigma Naratif dan Media Sosial KDM

Konten-konten yang kerap kali disajikan oleh KDM tidak pernah jauh dari kisah-kisah nyata kehidupan masyarakat kecil baik kisah perjalanan, interaksi komunikasi maupun penyelesaian-penyelesaian persoalan masyarakat dipedesaan. 

Pendekatan yang dilakukan KDM melalui konten media sosialnya sangat menarik, sederhana dan lebih  mudah dipahami, terkadang membangun emosi bahkan tidak jarang publik yang melihat akan selalu bercucuran air mata melihatnya.

Dialog yang dilakukan KDM secara langsung dengan masyarakat disetiap jeda dialog, KDM selalu menceritakan kembali pada publik dengan menghadap langsung pada kamera hp yang digengamnya mengenai kondisi tersebut untuk mempertegas makna atas suatu kondisi yang ditemuinya. 

Secara teknis tentunya selain KDM yang memegang kamera hp, disekeliling KDM dibantu oleh staf-stafnya yang merekam audio visualnya secara langsung dilapangan.

Cerita-cerita yang dibangun oleh KDM selalu bersentuhan dengan nilai-nilai moral, kepedulian sosial dan pentingnya menjaga tradisi nilai-nilai kearifan lokal budaya. Hal ini sesuai dengan esensi pemikiran Fisher paradigma naratif bahwa cerita adalah, sarana untuk menyampaikan nilai dan keyakinan. 

Selain itu dalam channel tersebut, KDM berperan sebagai aktor utama yang memiliki ciri dan karakter yang kuat, tegas, bijaksana dan welas asih. Hal ini membangun citra sosok profilnya dan identitas channel Lembur Pakuan dan channel KDM, serta memperkuat pesan-pesan yang disampaikan.

Kekuatan menyampaikan cerita dalam suatu media sosial tentunya membangun keterlibatan,dan menciptakan dampak sosial. Hal ini sejalan dengan prinsip-prinsip paradigma naratif yang mengakui pentingnya cerita dalam komunikasi manusia.

***

*) Oleh : Agus Budiana, Jurnalis dan Pendiri Lembaga Studi Kajian Jurnalistik Media (LSKJ Media).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Ahmad Rizki Mubarok

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES