Kopi TIMES

Langkah Kecil Amal Besar di Jalan Profesi

Sabtu, 26 April 2025 - 09:16 | 15.14k
Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya & Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia
Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya & Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Syawal perlahan menepi. Bulan yang menjadi perpanjangan dari suasana spiritual Ramadan ini segera berganti, meninggalkan jejak-jejak kehangatan silaturahmi, gema takbir yang masih terngiang samar, serta semangat pembaruan diri yang belum sepenuhnya padam. 

Tapi kini, pertanyaan penting mengetuk kesadaran kita: setelah Ramadan dan Syawal, apakah langkah-langkah kebaikan ini akan terus berlanjut?

Advertisement

Akhir Syawal bukanlah titik henti, melainkan seharusnya menjadi sebuah simpul reflektif. Ia hadir bukan hanya sebagai penutup ritual, tetapi sebagai cermin yang jujur: sejauh mana kita mampu menjaga nafas kebaikan dalam kehidupan nyata, termasuk dalam ruang yang paling konsisten kita huni, yakni: dunia profesi.

Semangat istiqomah (keteguhan untuk tetap berada dalam jalan kebaikan) merupakan warisan batin yang datang dengan bulan penuh berkah ini. Namun, istiqomah bukanlah sekadar keberlanjutan tindakan semata. 

Ia adalah kesinambungan yang mengalir, sebuah perjalanan hidup yang penuh makna dan konsistensi; baik dalam ibadah pribadi maupun dalam tanggung jawab sosial yang kita jalani setiap hari melalui profesi kita.

Ibn Arabi, seorang filsuf besar Muslim, pernah mengatakan, “Setiap amal adalah pantulan dari niat terdalam manusia dan relasi keberadaannya dengan Tuhan.” Kata-kata ini menggugah kita untuk menyadari bahwa, dalam setiap langkah kita; baik di luar ibadah ritual maupun dalam pekerjaan professional, tersimpan peluang untuk melangkah dalam kebaikan. 

Profesi bukanlah sekadar cara untuk mencari nafkah, melainkan ladang amal yang tidak terhingga jika kita mengarahkan niat dengan tulus untuk memberikan manfaat bukan hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Begitu pun dengan perspektif sosiolog Anthony Giddens tentang reflexive project of the self; membangun identitas diri melalui tindakan berkelanjutan yang dipertimbangkan dengan penuh kesadaran. 

Dalam konteks ini, amal dalam profesi kita adalah hasil dari refleksi dan kesadaran diri terhadap nilai-nilai yang kita bawa dalam setiap tindakan kita. Setiap pekerjaan, dari yang paling sederhana hingga yang paling rumit, bisa menjadi wadah untuk mengekspresikan nilai spiritual kita.

Keberlanjutan amal memperoleh makna yang lebih dalam ketika kita memahaminya dalam bingkai keberlanjutan yang holistik. Dalam pendekatan three pillars of sustainability, keberlanjutan tidak semata-mata berkaitan dengan lingkungan, tetapi juga mencakup dimensi sosial dan ekonomi yang saling terkait. 

Maka, amal dalam profesi kita (kebaikan yang dijalankan dengan konsistensi dan kesadaran) dapat dilihat sebagai bagian dari upaya membangun keseimbangan antara tanggung jawab pribadi, etika sosial, dan keberlanjutan profesional.

Setiap tindakan baik yang kita lakukan hari ini, sesungguhnya bukan hanya untuk menjawab kebutuhan saat ini, tetapi juga membentuk ekosistem kerja yang sehat dan berdaya tahan di masa depan. 

Amal yang demikian tidak berhenti pada diri sendiri, melainkan menjalar sebagai energi positif; menyentuh kolega, klien, dan masyarakat. Ia menjadi kontribusi nyata dalam menciptakan dunia kerja yang lebih adil, manusiawi, dan berkelanjutan.

Menghidupkan amal di meja kerja atau di setiap aktivitas kita bukanlah perkara mudah. Kita tidak perlu mencari kebaikan yang spektakuler atau besar. Justru, amal yang sesungguhnya terletak pada hal-hal kecil yang konsisten, yang tampaknya sederhana tetapi memiliki dampak besar bagi sesama. 

Seorang guru menanamkan nilai bukan hanya lewat ucapan, tetapi melalui keteladanan. Setiap huruf yang dia ajarkan bisa menjadi doa yang terus mengalir, membentuk nalar-nalar cerdas yang kelak menerangi zaman. Seorang penyiar menyampaikan suara yang bukan sekadar informasi, tetapi harapan; ia membangun jembatan emosi antara ruang pribadi pendengar dan dunia luas. 

Seorang dokter menyentuh bukan hanya tubuh, tetapi juga jiwa; menghadirkan harapan hidup dalam setiap tindakan medis yang dilakukan dengan tulus. Seorang polisi menjaga ketertiban bukan hanya di jalan raya, melainkan juga dalam ranah moral, memastikan keadilan tetap hidup tanpa disertai kekerasan maupun korupsi.

Demikian pula halnya dengan peneliti dan dosen: mereka tidak sekadar menyalurkan ilmu, tetapi mengabdikan diri melalui riset dan pembelajaran yang memberi makna bagi kehidupan. Amal mereka tidak berhenti pada ruang kelas, tetapi menjelma dalam pemikiran yang menghadirkan solusi konkret bagi berbagai persoalan masyarakat.

Ketika kita kembali ke meja kerja kita, ke rapat-rapat yang menunggu, ke tugas-tugas yang belum selesai, kita harus mengingat bahwa setiap langkah yang kita ambil adalah bagian dari amal yang lebih besar. Setiap perbuatan yang dilakukan dengan penuh integritas dan kesungguhan, meski kecil, adalah batu bata yang membangun dunia yang lebih baik. 

Keberlanjutan amal ini, yang kita bawa bersama setelah Ramadan dan Syawal, adalah kunci untuk menjaga komitmen kita dalam pengabdian kita, terhadap profesi kita, terhadap sesama, dan terhadap kehidupan.

Akhir Syawal ini mengingatkan kita bahwa perjalanan kita tidak hanya berakhir dengan hari raya, tetapi berlanjut ke setiap hari yang penuh makna. Mari kita terus melangkah dengan penuh kesadaran, menjaga nilai-nilai yang kita bawa dalam profesi kita, serta berusaha terus berbuat yang terbaik. 

Karena dalam langkah-langkah kecil itulah amal besar dibangun. Seperti sabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya amal itu bergantung pada niat, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan." (HR. Bukhari & Muslim). Niat yang tulus dalam setiap langkah kita, sekecil apapun, akan membawa kita pada amal yang besar dan bermakna.

***

*) Oleh : Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya & Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES