Keterkaitan Akhlak dan Ibadah kepada Allah

TIMESINDONESIA, MALANG – Ibadah merupakan rangkaian ritual yang dilakukan manusia sebagai bentuk upaya pengabdian atau kepatuhan kepada Sang Pencipta. Dalam Islam, ibadah tidak hanya menentu pada hubungan manusia dengan Allah semata, melainkan juga terdapat hubungan antara manusia dengan manusia lainnya serta antara manusia dengan alam (Razak, 1993).
Dalam Islam terdapat dua pembagian ibadah, diantaranya ibadah mahdlah dan ghairu mahdhah. Pertama, Ibadah mahdlah, yaitu ibadah yang berhubungan dengan pelaksanaan syariat Islam yang terkandung dalam rukun Islam. Diantara ibadah mahdhah antara lain sholat, zakat, puasa, dan haji. Kedua, ibadah ghairu mahdhah merupakam ibadah yang dilakukan umat Islam dalam kaitannya antar sesama manusia dan lingkungannya. Ibadah ghairu mahdhah disebut juga dengan ibadah muamalah (Nata, 2002).
Advertisement
Akhlak merupakan peran yang sangat penting dalam kehidupan manusia dibandingkan dengan kecerdasan, diantaranya akhlak menjadi standar nilai bagi suatu bangsa dan menjadi tolok ukur nilai pribadi bagi seseorang (Nasharuddin, 2007). Pandangan Islam mengenai akhlak itu sangat penting untuk mewujudkan kedamaian dan keselamatan manusia di dunia dan akhirat.
Hal itu menjadi alasan Nabi Muhammad SAW diutus untuk memperbaiki akhlak manusia sehingga tercipta ketentraman. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Ahzab ayat 21 yang berbunyi:"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah". (QS. Al-Ahzab: 21).
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
Ayat tersebut memberikan penjelasan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan hidup yang baik bagi orang-orang yang beriman. Bagi orang yang sempat bertemu langsung dengan Rasulullah SAW, maka akan dapat meneladani suri tauladan Rasulullah secara langsung.
Sedangkan, bagi orang yang tidak hidup pada masa Rasulullah SAW, dapat meneladani suri tauladan Rasulullah SAW dengan cara mempelajari, memahami, dan mengikuti berbagai petunjuk yang termuat dalam sunnah atau Hadis beliau (Ismail, 2007).
Beribadah kepada Allah SWT merupakan indikasi iman kepada yang ghaib, walaupun orang yang beribadah tidak melihatnya dan juga merupakan indikasi ketaatan kepada perintah walaupun tidak diketahui rahasianya. Allah SWT Maha Kaya dari seluruh manusia dan makhluknya. Bila manusia beribadat kepada sesuatu berarti mereka menyembah yang lebih pantas dari diri mereka dan mencari kebaikan yang bersifat rohani atau jasmani, individu atau masyarakat, dunia dan akhirat.
Namun manusia kadang-kadang tidak mengetahui hikmah yang didatangkan Allah SWT kepadanya. Kualitas iman yang dimiliki oleh seseorang mempengaruhi terhadap sikapnya dalam beribadah. Semakin tinggi kualitas keimanan seseorang semakin tinggi pula ketaatanya, sebaliknya keimanan yang rendah berimplikasi kepada sikap atau ketaatan beribadah yang tidak maksimal. Itu semua juga berpengaruh terhadap akhlak mereka.
Hubungan antara ibadah, iman dan akhlak sangat erat dan antara satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Ibadah merupakan amal saleh, sedangkan amal saleh merupakan implementasi dari iman kepada Allah SWT. Sementara itu akhlak merupakan hasil dari semua itu. Al-Qur’an banyak menyebutkan orang-orang yang beriman berbarengan dengan orang-orang beramal saleh, misalnya antara lain dalam QS. Al-Ashr 1-3:
“Demi masa, sesungguhnya manusia dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang beriman tetapi tidak mengerjakan amal saleh belum dapat disebut sebagai seorang mukmin yang sempurna. Demikian juga sebaliknya, karena amal saleh termasuk di dalamnya ibadah khusus, merupakan implementasi dari iman itu sendiri. Akhlak serta ibadah kepada Allah merupakan sesuatu yang sangat erat kaitannya, dengan orang yang melakukan kebaikan kepada orang lain dan sesama makhluk dengan diniatkan karena Allah SWT itu terhitung sebagai Ibadah kepada Allah SWT.
Akhlak kepada Allah dilakukan dengan cara memuji-Nya, yakni dengan menjadikan Allah sebagai satu-satunya yang menguasai dirinya. Oleh karena itu, manusia sebagai hamba Allah mempunyai cara-cara yang tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Hal yang terpuji bisa dilakukan kepada Allah SWT sebagai bentuk akhlak hamba seperti bertakwa kepada Allah SWT, ikhlas, ridha atas apa yang sudah terjadi pada diri manusia, syukur atas nikmat yang Allah berikan dan sudah dinikmati oleh mansia, serta sabar dan selalu berbaik sangka kepada Allah SWT. ***
INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id
*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rochmat Shobirin |