Menguatkan Deep Learning melalui Pendidikan Kesetaraan dan Peran Keluarga

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Di era transformasi pendidikan saat ini, pendekatan deep learning atau pembelajaran mendalam menjadi sorotan utama. Berbeda dengan pembelajaran permukaan yang menekankan hafalan dan penyelesaian tugas secara mekanis.
Deep learning mendorong pemahaman yang bermakna, koneksi lintas konsep, dan penerapan pengetahuan dalam konteks nyata. Pendekatan ini sangat relevan dalam pendidikan nonformal dan informal, di mana proses belajar lebih fleksibel dan berbasis kebutuhan peserta didik.
Advertisement
Pendidikan nonformal mencakup kegiatan belajar terstruktur yang diselenggarakan di luar sistem persekolahan formal, namun tetap memiliki tujuan dan kurikulum tertentu. Salah satu bentuk utama pendidikan nonformal adalah pendidikan kesetaraan: Paket A (setara SD/MI), Paket B (setara SMP/MTs), dan Paket C (setara SMA/MA).
Pendidikan kesetaraan ini dirancang untuk menjangkau masyarakat yang tidak dapat mengakses pendidikan formal, namun tetap berhak memperoleh hak belajar yang berkualitas dan bermakna. Selain pendidikan kesetaraan, pendidikan nonformal juga mencakup kursus keterampilan, pelatihan kerja, taman bacaan masyarakat, hingga kegiatan belajar berbasis komunitas.
Dalam pendidikan kesetaraan, deep learning bisa diterapkan melalui pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman, proyek, dan refleksi kritis. Misalnya, dalam pembelajaran Paket B (setara SMP), fasilitator dapat mengajak peserta didik melakukan proyek riset kecil di lingkungan sekitar, seperti mengamati pola konsumsi energi rumah tangga atau perilaku ramah lingkungan.
Dari proyek tersebut, peserta diajak tidak hanya memahami materi IPA atau IPS, tetapi juga menerapkannya secara nyata, membangun kesadaran sosial, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
Untuk peserta Paket C (setara SMA), pembelajaran sejarah dapat didesain dalam bentuk tugas penelusuran sejarah lokal. Mereka bisa mewawancarai tokoh desa, menelusuri arsip keluarga, dan menyusun narasi sejarah dari sudut pandang masyarakat setempat.
Ini tidak hanya mengembangkan keterampilan menulis dan berpikir analitis, tetapi juga memperkuat identitas dan kepekaan sosial mereka. Pendekatan ini menumbuhkan pembelajaran yang tidak sekadar mengejar kelulusan, melainkan membentuk individu yang reflektif dan kontributif.
Sementara itu, dalam konteks pendidikan informal yang terjadi di rumah dan masyarakat, deep learning juga dapat diterapkan oleh orang tua melalui kegiatan sehari-hari yang bermakna.
Contohnya, mengajak anak berdiskusi setelah menonton film dokumenter, mempraktikkan perencanaan keuangan keluarga bersama remaja, atau melibatkan anak dalam pengambilan keputusan rumah tangga yang sederhana.
Dari aktivitas ini, anak belajar memaknai informasi, mengambil tanggung jawab, dan membangun keterampilan hidup yang mendalam dan berkelanjutan.
Teknologi juga menjadi penguat penting dalam penerapan deep learning. Dalam pendidikan nonformal dan informal, platform belajar digital seperti video interaktif, forum refleksi daring, dan aplikasi simulasi dapat memberikan ruang eksplorasi yang luas.
Namun, kunci keberhasilan tetap pada fasilitator atau orang tua yang mampu membimbing peserta untuk tidak sekadar menyelesaikan tugas, tetapi merefleksikan makna dari setiap proses belajar yang mereka jalani.
Pada akhirnya, deep learning dalam pendidikan nonformal dan informal bukan hanya tentang menyampaikan materi dengan cara baru, tetapi tentang menciptakan pengalaman belajar yang relevan, reflektif, dan membentuk cara berpikir yang berakar.
Dengan pendekatan ini, pendidikan kesetaraan dan pendidikan keluarga tidak lagi dipandang sebagai alternatif semata, melainkan sebagai ruang strategis untuk menumbuhkan pembelajar otonom yang siap menghadapi tantangan dunia nyata.
***
*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |