
TIMESINDONESIA, TANGERANG – Pembangunan desa hari ini menuntut pendekatan yang lebih dari sekadar infrastruktur. Perubahan cara pandang, peningkatan kapasitas masyarakat, serta penguatan peran kelompok rentan—terutama perempuan—harus menjadi bagian tak terpisahkan.
Program Koperasi Merah Putih yang kini didorong oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi di bawah kepemimpinan Menteri Yandri Susanto, menjadi salah satu contoh nyata pembangunan yang mengarah pada hal tersebut.
Advertisement
Melalui program ini, koperasi dibentuk di desa-desa sebagai wadah penguatan ekonomi berbasis komunitas. Yang menarik, koperasi ini tidak hanya ditujukan untuk transaksi usaha, tetapi juga menjadi ruang pemberdayaan sosial—tempat warga, termasuk perempuan, bisa belajar, terlibat, dan menentukan arah pembangunan di lingkungannya.
Koperasi sebagai Wadah Kemandirian
Koperasi Merah Putih hadir dengan semangat memandirikan desa melalui sistem ekonomi lokal yang dikelola sendiri oleh warga. Di dalam koperasi, warga bisa menyusun usaha bersama, mengelola simpan-pinjam, atau menjalankan unit produksi sesuai potensi lokal.
Yang membuat program ini relevan dengan kondisi desa-desa seperti di Kabupaten Tangerang, adalah kesesuaiannya dengan semangat gotong royong. Banyak kelompok masyarakat—terutama ibu-ibu—yang selama ini mengelola usaha kecil, namun belum memiliki akses kelembagaan formal seperti koperasi. Dengan adanya dukungan dari pemerintah melalui program ini, mereka bisa mendapatkan struktur yang lebih jelas untuk berkembang.
Perempuan Bukan Lagi Pelengkap
Salah satu keunggulan dari program Koperasi Merah Putih adalah perhatiannya terhadap pengarusutamaan gender. Kementerian yang terlibat dalam program ini telah mendorong agar perempuan tidak hanya menjadi anggota, tetapi juga dilibatkan dalam kepengurusan koperasi.
Ini adalah langkah strategis. Selama ini, perempuan desa seringkali memiliki peran besar dalam ekonomi keluarga, namun jarang diikutsertakan dalam pengambilan keputusan kelembagaan. Dengan membuka ruang partisipasi aktif dalam koperasi, perempuan tidak lagi menjadi pelengkap, tetapi menjadi penggerak.
Kita tidak perlu jauh-jauh untuk melihat potensinya. Di banyak desa di Banten, termasuk di wilayah Kabupaten Tangerang, banyak kelompok perempuan yang mengelola usaha kuliner, kerajinan, hingga pertanian rumahan.
Sayangnya, usaha-usaha ini kerap berjalan sendiri-sendiri tanpa wadah bersama. Koperasi bisa menjadi jembatan antara potensi yang ada dengan akses pasar, pelatihan, hingga penguatan daya tawar.
Kepemimpinan yang Membumi
Program Koperasi Merah Putih menjadi bukti bahwa Menteri Yandri Susanto memahami pentingnya pendekatan pembangunan yang membumi dan menyentuh langsung masyarakat. Beliau tidak hanya mendorong angka, tetapi juga memperhatikan isi dan arah dari koperasi itu sendiri. Bahwa koperasi tidak hanya kuat secara ekonomi, tetapi juga adil secara sosial.
Ini mencerminkan kepemimpinan yang tidak sekadar membuat kebijakan dari pusat, tetapi mampu membaca kebutuhan desa secara langsung. Komitmen seperti inilah yang dibutuhkan untuk membangun desa dengan pendekatan yang lebih holistik.
Menuju Desa yang Setara dan Berdaya
Koperasi Merah Putih adalah upaya kolektif untuk menjadikan desa sebagai pusat pertumbuhan dan pemberdayaan. Ia menjadi ruang untuk menata ulang relasi sosial di tingkat lokal, termasuk membuka lebih banyak kesempatan bagi perempuan untuk memimpin dan mengelola.
Sebagai bagian dari masyarakat desa dan pegiat gender, saya melihat program ini memiliki potensi besar. Dengan catatan: implementasinya harus terus dikawal agar tetap pada semangat inklusi dan pemberdayaan. Tidak sekadar menjadi formalitas, tetapi benar-benar menjadi milik masyarakat.
Dan atas inisiatif ini, patut kiranya kita memberikan apresiasi kepada Menteri Yandri Susanto yang telah menunjukkan arah pembangunan desa yang tidak hanya kuat, tetapi juga setara.
***
*) Oleh : Raden Siska Marini, Pegiat Gender dan Pembangunan Perdesaan Kabupaten Tangerang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
__________
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Sholihin Nur |