
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Perayaan Waisak di Indonesia bukan hanya momen spiritual keagamaan bagi umat Buddha, tetapi juga menjadi titik balik bagi roda ekonomi daerah, terutama sektor pariwisata dan UMKM. Momen ini mendatangkan gelombang wisatawan yang datang untuk merayakan dan menikmati kekayaan budaya Indonesia, yang pada gilirannya memberi dampak besar pada perekonomian lokal.
Candi Borobudur, sebagai destinasi utama, jelas menjadi pusat perhatian, namun pengaruh positif ini juga menyentuh daerah-daerah lainnya, termasuk Jawa Timur.
Advertisement
Sebagai anggota Dewan Pakar Himpunan Pengusaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia (HIPMIKIMDO) Provinsi Jawa Timur, saya tidak hanya mengamati, tetapi juga menganalisis bagaimana sektor pariwisata yang terhubung dengan perayaan besar keagamaan seperti Waisak dapat berperan besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama bagi UMKM lokal.
Berdasarkan pengalaman di Jawa Timur, saya menyadari bahwa peningkatan jumlah wisatawan selama perayaan ini dapat memberikan dorongan signifikan pada sektor UMKM, yang berperan sebagai salah satu pilar utama ekonomi daerah.
Misalnya, di Jawa Timur, kota-kota wisata seperti Malang, Batu, dan Jember mengalami lonjakan signifikan dalam hal kunjungan wisatawan pada periode momentum Waisak. Berdasarkan data dari Antara news, menjelang perayaan Waisak tahun 2025, Stasiun Malang mencatatkan sebanyak 7.743 penumpang, dengan sebagian besar tujuan mereka adalah kawasan wisata di Malang dan Batu.
Peningkatan jumlah penumpang ini mencerminkan lonjakan besar dalam kunjungan wisatawan yang berimbas langsung pada sektor pariwisata dan UMKM lokal. Selain itu, di Jember, yang juga menjadi bagian dari jalur wisata Jawa Timur, jumlah penumpang kereta api mengalami peningkatan signifikan saat libur panjang Waisak.
Pada periode yang sama, jumlah penumpang Kereta Api di Jember tercatat meningkat tajam, menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap destinasi wisata di Jawa Timur.
Data ini mengkonfirmasi adanya dampak ekonomi yang nyata dari peningkatan kunjungan wisatawan selama perayaan Waisak. Lonjakan penumpang kereta api ini tidak hanya mengindikasikan meningkatnya minat terhadap wisata, tetapi juga memberikan dampak besar pada UMKM lokal.
Seperti yang terlihat di kawasan wisata, UMKM yang bergerak di sektor kuliner, kerajinan tangan, serta penyediaan jasa akomodasi dan transportasi menikmati peningkatan penjualan dan pendapatan. UMKM yang menawarkan produk lokal seperti makanan khas, oleh-oleh, dan suvenir kerajinan tangan, merasakan manfaat langsung dari meningkatnya jumlah wisatawan yang datang.
Namun, dampak positif ini tidak hanya terlihat di Jawa Timur. Momen perayaan besar seperti Hari Raya Waisak dapat dioptimalkan di seluruh Indonesia. Setiap daerah memiliki potensi untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap ekonomi lokal melalui strategi yang tepat.
Bali, Yogyakarta, Sumatera Barat, hingga daerah-daerah lainnya, dengan kekayaan budaya dan alamnya, memiliki potensi untuk merasakan dampak serupa jika sektor pariwisata dan UMKM dikelola dengan baik.
Membangun sinergi antara sektor pariwisata dan UMKM secara nasional menjadi sangat penting. Salah satu gagasan besar yang perlu diperkenalkan adalah pengembangan Calendar of Local Economic Momentum.
Kalender ini dapat mencatat momen-momen besar keagamaan dan budaya yang dapat dijadikan momentum untuk mendorong pertumbuhan sektor pariwisata dan UMKM di setiap daerah.
Dengan memanfaatkan momen perayaan keagamaan sebagai peluang untuk memperkenalkan produk lokal dan mempromosikan wisata, kita dapat menciptakan ekosistem pariwisata yang mendukung keberlanjutan ekonomi daerah dan nasional.
Selain itu, pengelolaan sektor pariwisata yang melibatkan berbagai pihak sangat diperlukan agar dampaknya dapat dirasakan secara berkelanjutan. Prinsip vision alignment dalam strategic management menjadi hal yang krusial, yaitu penyelarasan visi antara pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem pariwisata yang tidak hanya menguntungkan sektor pariwisata, tetapi juga memberdayakan UMKM dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat.
Di tingkat nasional, sektor pariwisata dan UMKM berpotensi menjadi agenda strategis dalam pembangunan ekonomi yang berbasis pada kekayaan budaya dan keberagaman Indonesia. Dengan pengelolaan yang baik akan membawa dampak yang luas, baik untuk daerah-daerah tujuan wisata utama seperti Borobudur, Bali, dan Yogyakarta, maupun untuk daerah-daerah lain yang memiliki potensi serupa.
Momentum Waisak dan perayaan besar lainnya bukan sekadar merayakan tradisi dan ritual, tetapi juga kesempatan strategis untuk membangkitkan ekonomi lokal melalui sinergi pariwisata dan UMKM. Dengan pengelolaan yang terstruktur, kolaborasi semua pemangku kepentingan, serta pemanfaatan potensi lokal secara optimal.
Kita bisa menjadikan momen ini sebagai katalisator kebangkitan ekonomi berbasis budaya. Mari bersama menjadikan kekayaan tradisi kita sebagai daya ungkit ekonomi yang berkelanjutan, memperkuat UMKM, dan memajukan pariwisata nasional.
***
*) Oleh : Heri Cahyo Bagus Setiawan, Dosen Pengajar MSDM di FEB Universitas Negeri Surabaya & Direktur Utama PT Riset Manajemen Indonesia.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |