Kopi TIMES

Dollar Menguat, Bagaimana Nasib Bank Syariah?

Selasa, 13 Mei 2025 - 16:16 | 5.26k
Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Kurs dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah kembali menunjukkan penguatan yang cukup signifikan. Bagi sebagian pihak, ini menjadi alarm waspada. Bagi sektor keuangan, terutama industri perbankan syariah, kondisi ini menyimpan tantangan sekaligus peluang yang harus dikelola secara bijak. 

Sebagai negara yang masih banyak bergantung pada barang impor dan transaksi dalam mata uang asing, pelemahan rupiah otomatis meningkatkan biaya impor. Efeknya, pelaku usaha mengurangi aktivitas perdagangan luar negeri, termasuk penggunaan fasilitas Letter of Credit (L/C) dari bank syariah.

Advertisement

Penurunan ini tentu memengaruhi fee-based income dan portofolio pembiayaan jangka pendek bank syariah. Penurunan penggunaan L/C ini tidak hanya berdampak pada pendapatan berbasis komisi, tetapi juga mempersempit ruang gerak bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan perdagangan yang berbasis syariah. 

Letter of Credit (L/C) Impor Syariah merupakan dokumen pernyataan dari bank yang menjamin pembayaran kepada eksportir atas permintaan importir, dengan syarat-syarat tertentu yang sesuai dengan ketentuan prinsip syariah.

Skema L/C impor syariah memiliki potensi besar dalam mendukung kegiatan ekspor-impor yang lebih beretika dan bebas riba, melalui akad-akad seperti wakalah, murabahah, atau musyarakah.

Selain itu, risiko nilai tukar menjadi sorotan utama. Meskipun bank syariah lebih konservatif dalam penyaluran pembiayaan valas, nasabah korporasi yang memiliki kewajiban dalam dolar bisa terdampak serius.

Jika pendapatannya dalam rupiah, maka setiap pelemahan kurs meningkatkan beban pembayaran. Ini berpotensi meningkatkan risiko pembiayaan bermasalah (non-performing financing), yang ujungnya bisa menggerus profitabilitas bank.

Namun bukan berarti kondisi ini sepenuhnya membawa kabar buruk. Di balik pelemahan rupiah, ada peluang besar yang dapat dimaksimalkan. Pertama, sektor ekspor nasional diuntungkan karena harga produk Indonesia menjadi lebih murah di pasar internasional.

Bank syariah dapat menangkap peluang ini dengan memperluas pembiayaan kepada pelaku ekspor, baik dalam bentuk pembiayaan modal kerja syariah maupun produk khusus ekspor.

Kedua, arus masuk valuta asing dari remitansi pekerja migran dan hasil ekspor yang dikonversi ke rupiah berpotensi memperkuat likuiditas valuta asing bank syariah. Situasi ini membuka ruang bagi bank syariah untuk menawarkan produk investasi syariah dalam bentuk mata uang asing kepada nasabah korporat maupun individu.

Dari sisi stabilitas, data OJK menunjukkan bahwa permodalan bank syariah masih kokoh dan mampu bertahan bahkan jika skenario ekstrem kurs menyentuh Rp16.000 per dolar AS. Hal ini mencerminkan kesiapan sistem keuangan syariah dalam menghadapi guncangan global, selama diiringi penguatan tata kelola dan manajemen risiko berbasis syariah.

Yang paling penting, momentum ini harus dimanfaatkan untuk mendorong bank syariah agar lebih fokus pada ekonomi riil. Dalam situasi global yang fluktuatif, bank syariah semestinya hadir sebagai mitra strategis UMKM, pelaku ekspor, dan sektor produktif lainnya, bukan sekadar pemain pelengkap dalam pasar keuangan.

Maka, menguatnya dolar bukan akhir dari segalanya. Justru ini saat yang tepat bagi industri perbankan syariah untuk membuktikan daya tahannya, melalui inovasi, kehati-hatian, dan keberpihakan terhadap pembangunan ekonomi umat.

***

**) Oleh: Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

**) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES