Kopi TIMES

Kesempatan Meraih Pahala Banyak dengan Umur yang Pendek

Senin, 26 Mei 2025 - 18:33 | 15.06k
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Allah SWT menghendaki dan menakdirkan kita sebagai umat Nabi Muhammad saw., diberi umur kisaran 70-80 tahun, jarang sekali ada yang sampai umur 90-100 tahun.

Berbeda dengan umat terdahulu yang diberi umur kisaran 1000 tahun. Nabi Nuh, misalnya, di dalam surah al-'Ankabut ayat 14 disebutkan umurnya sekitar 1000 tahun.

Advertisement

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ، فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ )

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. Maka mereka ditimpa banjir besar, dan mereka adalah orang-orang yang zalim"

Umat yang mempunyai umur panjang, tentu mempunyai kesem-patan lebih banyak untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. Namun, bagaimana kita sebagai umat Islam dengan umur yang pendek bisa mendapat pahala sebanyak umat terdahulu, bahkan tidak kalah dengan umat terdahulu yang umurnya lebih panjang?

Persoalannya, terkadang, dengan umur pendek itu pun kita masih belum melaksanakan ibadah dengan maksimal, bahkan baru mau melaksanakan ibadah ketika sudah berumur 50 tahun.

Artinya, jika kita mulai ibadah di umur 40 tahun, berarti hanya punya waktu 20 tahun untuk mengejar kebaikan pahala.

Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang tentu memberi kesem-patan kepada kita yang punya niat baik untuk menumpuk pahala sebanyak-banyaknya.

Sebagian di antaranya, Allah memberikan kesem-patan pada kita lewat salat jamaah. Andai ada waktu 20 atau 10 tahun dan kita terus menerus jamaah setiap waktu.

10 tahun berjamaah secara terus sama dengan orang salat tidak berjamaah selama 270 tahun. Mengapa demikian, kaum muslimin rahimakumullah? Sebab, sekali salat berjamaah nilainya sama dengan 27 kali lipat daripada salat tidak berjamaah. Kalau sehari kita berjamaah terus, sama dengan 27 hari kita salat tidak berjamaah dan kalau setahun kita berjamaah terus sama dengan 27 tahun tidak berjamaah.

Bagi kita yang baru saja diberi insyaf oleh Allah Swt., boleh jadi umur kita pendek, apalagi baru saja kita bertaubat. Namun, dengan memanfaatkan kesempatan salat jamaah, kita akan mendapat kelipatan pahala sebanyak-banyaknya.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Kedua, kaum muslimin rahimakumullah, seringlah bersilaturahmi, kalau di kampung ada acara selawatan dan kita tengah senggang, ikut-lah. Kalau di kampung ada majelis khataman Al-Qur'an dan kita tengah senggang, ikutlah. Kalau di kampung ada majelis taklim dan kita tengah senggang, ikutlah.

Dengan demikian, karena sering ikut silaturahmi, maka ada ribuan orang yang mengenal dan akrab dengan kita. Sehingga saat kita mati akan ada banyak orang yang melawat, mendoakan, dan menyalati mayit kita.

Orang meninggal yang hanya disalati satu atau dua orang tentu berbeda dengan orang mati yang menyalati ribuan orang. Sebab, mayit yang dibacakan al-Fatihah oleh ribuan orang sama halnya dengan kita membaca itu sendiri ribuan kali. Hal ini merupakan kesempatan emas bagi kita untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya, lewat doa, orang-orang yang akrab dengan kita karena kita sering bersilaturahmi (habluminannas).

Dalam konsep habluminannas, berinteraksi dengan baik dengan masyarakat adalah ajaran Al-Qur'an. Salah satu keutamaannya adalah ketika kita mati akan ada banyak yang menyalatkan dan mendoakan kita. Bagi masyarakat NU akan ada banyak orang yang tahlil untuk kita. Kemudian, barangkali Anda punya rezeki melimpah, perbanyaklah amal jariah.

Misalnya, beramal untuk pembangunan masjid atau TPQ serta untuk guru-guru mengaji yang perlu perhatian dan bantuan dari kita. Dengan demikian, siapa tahu, musala yang kita bangun, madrasah yang kita bangun, siswa dan guru yang kita bantu, ternyata bermanfaat dan bertahan sampai ratusan tahun.

Selama madrasah itu belum rusak, selagi ilmu itu masih diamalkan, selagi masjid yang kita ikut mendanai itu bisa bertahan selama ribuan tahun, maka selama itu pula kita akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.

Terakhir, untuk keluarga dan anak-anak, didiklah mereka sebaik-baiknya supaya menjadi anak yang saleh. Barangkali ibadah salat, puasa, atau zikir kita tidak diterima Allah. Kalau kita punya anak yang saleh dan salehah, mereka akan sering mendoakan kita, sering mengirim al-Fatihah kepada kita, sering ziarah ke makam kita, sering berdoa:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا.

Lewat doa anak-anak yang saleh-salehah itulah, akhirnya kita bisa mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya.

Itulah beberapa kesempatan yang perlu kita ambil dan perlu kita lakukan, menyiasati umur pendek sementara kita ingin mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Dr. Kukuh Santoso, M.Pd, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Islam Malang (UNISMA).

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES