Kopi TIMES

Tipologi Kurikulum Pesantren Salaf-Modern Dalam Menjawab Tantangan Zaman

Senin, 02 Juni 2025 - 20:04 | 13.84k
Thoriq Al Anshori, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang, Wakil ketua Aswaja Center PWNU Jawa Timur.
Thoriq Al Anshori, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang, Wakil ketua Aswaja Center PWNU Jawa Timur.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, MALANG – Untuk menjawab tantangan zaman, pendidikan pesantren menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Kurikulum pesantren salaf dan modern, serta konvergensi keduanya, berfokus pada ilmu agama klasik; pesantren modern mengintegrasikan ilmu agama dengan pendidikan umum, dan pesantren konvergensi menyatukan keduanya.

Dalam hal ini, ada tiga kategori utama pesantren: pesantren salaf, pesantren modern, dan pesantren konvergensi (juga disebut semimodern atau salaf modern). Pesantren salaf menekankan pendidikan agama dengan metode tradisional, sementara pesantren modern berfokus pada pendidikan umum dan ilmu-ilmu modern. Pesantren konvergensi menggabungkan pendidikan agama tradisional dengan pendidikan modern.

Advertisement

Penting sekali untuk merespon perkembangan zaman dengan integrasi keilmuan atau kurikulum. Yaitu yang dimaksud disini adalah Perpaduan antara kurikulum agama Islam yang diajarkan di pesantren dengan kurikulum umum yang berlaku di sekolah atau madrasah dikenal sebagai integrasi kurikulum pesantren. Tujuan integrasi kurikulum adalah untuk menghasilkan lulusan pesantren yang memiliki pengetahuan dan kemampuan komprehensif, baik dalam bidang agama maupun ilmu pengetahuan umum.

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

Sejauh pengamatan penulis umumnya pesantren salaf, modern atau salaf modern menggunakan hidden curriculum dalam pembelajaran sehari-harinya. Kyai atau pengasuh pesantren selaku actor central dalam pesantren memiliki peran utama dalam penentuan kurikulum ini sendiri. Tak bisa dipungkiri banyak sekali tokoh-tokoh nasional yang lahir dari pesantren yang menggunakan kurikulum ini. Meski tidak bisa dipungkiri pula tokoh-tokoh tersebut juga terdidik di sekolah-sekolah formal namun mereka lebih membanggakan al mamater pesantrennya sebut saja Gus Dur, Gus Mus, dan lain sebagainya.

Rahasia kesuksesan pesantren kenapa hingga sekarang masih banyak diminati oleh masyarakat luas tak jauh dari apa yang pernah disampaikan oleh Pengasuh PP. Gontor Ponorogo KH. Abdullah Syukri Zarkasyi;

المادة مهمة ولكن الطريقة اهم من المادة

الطريقة مهمة ولكن المدرس اهم من الطريقة

المدرس مهم ولكن روح المدرس اهم من المدرس

Materi Pembelajaran merupakan sesuatu yang penting, namun metode pembelajaran jauh lebih penting dari materi pembelajaran. Jadi, sebagus apa pun materi, akan tetapi jika metode pembelajaran yang digunakan kurang baik, maka hasilnya pasti akan kurang maksimal. Metode pembelajaran merupakan sesuatu yang penting, namun guru jauh lebih penting dari metode pembelajaran. Sehingga, sebagus apa pun metode pembelajaran, namun apabila guru yang sedang mengajar tersebut tidak mampu mengajar dengan metode yang ideal, maka hasilnya pun sama, tidak akan maksimal. Lalu satu ungkapan yang patut ditulis dengan tinta emas;

"Guru adalah sesuatu yang penting, tetapi jiwa guru jauh lebih penting _dari seorang guru itu sendiri."

Oleh karena hidden curriculum menjadi komponen penting dalam kelestarian pesantren dan ia tak akan bisa lepas dari mujahadah atau jerih payah sang kyai yang berfungsi sebagai murabbi ruh sang pendidik jiwa maka factor eksternal yang berupa keberkahan dari Allah melalui upaya mujahadah lahir batin dari murabbi ruh ini sangat penting. Satu hal yang sulit dicerna oleh akal namun ia nyata. Karena seorang pengajar tersebut telah ditempa oleh gurunya, gurunya ditempa oleh gurunya dan terus bersambung pada baginda Nabi Muhammad SAW. Yang pastinya mata rantai sanad keilmuan ini bukan sembarang mata rantai yang tidak ada gunanya. Sebagaimana ungkapan Ibnul Mubarok dalam muqaddimah Sahih Muslim :

الإسناد من الدين، لولا الإسناد لقال من شاء على ما شاء

Sanad adalah bagian dari agama, tanpanya orang pasti akan berbicara semaunya sesuai kemauannya sendiri

Lalu dalam konteks pembahasan yang sama Ibnu Sirin menyatakan;

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

Ilmu ini adalah bagian dari agama, maka lihatlah dari mana kalian mengambilnya

Mengajar dengan jiwa agaknya tak berlebihan jika disematkan bagi seorang murabi ruh yang benar benar tirakat lahir batin dalam mendidik para murid atau santrinya. Ruhul mudarris atau jiwa seorang pengajar inilah yang menjadi kunci kesuksesan dalam perkembangan kurikulum pesantren khususnya salafi modern.

Perpaduan antara kurikulum salaf modern yang mix antara pembelajaran klasik dan kekinian dengan ruhul mudarris yang telah dijelaskan menjadi komponen yang sangat epic dalam membangun generasi muda yang berilmu, beramal dan serba bisa. Pesantren salaf modern biasanya berisikan pembelajaran klasik berbasis kitab kuning serta sekolah formal yang terpadu dan asrama bilingual yang melengkapi kebutuhan masyarakat pada umumnya.

Seiring dengan perkembangan zaman banyak sekali alumni dari pesantren salaf modern ini yang bermanfaat dan memiliki pengaruh di mana-mana karena dibekali dengan keilmuan beranega ragam saat di pesantren.

Sebut saja seolah berasrama atau sekolah bertaraf internasional swasta yang memiliki uang pangkal dan bulanan fantastis, rata-rata berusha mengadopsi salaf modern ini karena dianggap paling lengkap dan paling bisa menjawab kebutuhan masyarakat. 

INFORMASI SEPUTAR UNISMA DAPAT MENGUNJUNGI www.unisma.ac.id

*) Penulis: Thoriq Al Anshori, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang, Wakil ketua Aswaja Center PWNU Jawa Timur.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Dhina Chahyanti
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES