Kopi TIMES

Menata Ulang Strategi Riset dan Inovasi Indonesia dalam Semangat Pancasila

Selasa, 03 Juni 2025 - 08:54 | 32.45k
Lukmanul Hakim Zaini, Ass. Direktur bidang Strategi Pengembangan Riset dan Inovasi IPB University.
Lukmanul Hakim Zaini, Ass. Direktur bidang Strategi Pengembangan Riset dan Inovasi IPB University.
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks, mulai dari krisis iklim hingga disrupsi teknologi, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan keunggulan komparatif semata. Kita harus beralih ke keunggulan kompetitif yang bersumber dari pengetahuan, teknologi, dan inovasi. Di sinilah pentingnya menata ulang strategi riset dan inovasi nasional secara lebih sistemik, terarah, dan berkelanjutan—sejalan dengan semangat Pancasila sebagai dasar negara yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan gotong royong.

Peringatan Hari Lahir Pancasila setiap 1 Juni menjadi momen reflektif untuk menegaskan kembali peran strategis riset dan inovasi dalam membangun bangsa. Pancasila bukan hanya dasar ideologis, tetapi juga landasan moral dan etis untuk membentuk ekosistem ilmu pengetahuan yang berkeadilan dan berpihak pada kemajuan kolektif.

Advertisement

Selama ini, riset dan inovasi di Indonesia masih menghadapi sejumlah persoalan mendasar: alokasi anggaran yang minim dan tidak konsisten, lemahnya sinergi antar-lembaga riset, rendahnya keterlibatan sektor industri, fasilitas riset yang kurang memadai, serta belum kuatnya ekosistem inovasi yang mendukung transformasi hasil riset menjadi produk nyata yang berdampak.

Reformasi kelembagaan melalui pembentukan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) merupakan langkah besar, namun belum cukup. Strategi pengembangan riset harus dilandasi oleh visi jangka panjang yang terintegrasi dengan kebutuhan pembangunan nasional dan tren global. Artinya, riset tidak boleh berdiri sendiri sebagai aktivitas akademik belaka, melainkan harus menjadi bagian integral dari agenda pembangunan.

Setidaknya ada 6 pokok penataan sebagi pilar strategis yang perlu diperkuat. Pertama, pentingnya riset dasar. Indonesia perlu menegaskan kembali pentingnya riset dasar sebagai fondasi utama bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi jangka panjang. Riset dasar harus diberikan tempat yang layak dalam kebijakan dan alokasi anggaran, karena dari sinilah lahir terobosan-terobosan besar yang kerap tidak langsung terlihat manfaatnya, namun menentukan masa depan bangsa.

Kedua, pendanaan riset yang berkelanjutan. Keberlanjutan pendanaan riset perlu didorong dengan komitmen politik yang kuat. Semangat Presiden Prabowo untuk alokasi dana riset sebesar 1% dari PDB harus dijadikan prioritas nasional. Namun, proporsi anggaran riset pemerintah terhadap PDB pada tahun 2024 ditaksir sebesar 0.3%. Pendanaan ini harus diarahkan secara seimbang antara riset dasar, riset terapan, dan pengembangan inovasi yang dapat dikomersialisasikan.

Ketiga, penghargaan terhadap Peneliti. Penghargaan terhadap peneliti perlu ditingkatkan, baik dari sisi insentif, pengakuan, maupun jenjang karier yang jelas dan adil. Tanpa penghargaan yang layak, kita akan kesulitan mempertahankan dan menarik talenta terbaik untuk terlibat dalam ekosistem riset nasional.

Keempat, fasilitas riset yang memadai. Pembangunan dan modernisasi fasilitas riset harus menjadi agenda utama. Laboratorium yang lengkap, akses terhadap peralatan mutakhir, serta infrastruktur digital untuk mendukung kolaborasi riset harus diprioritaskan. Misalnya, pengembangan klaster inovasi berbasis potensi lokal, seperti di bidang pertanian, energi dan material terbarukan, atau teknologi kesehatan, harus didukung dengan fasilitas yang memadai.

Kelima, membangun budaya riset dan inovasi. Membangun budaya riset dan inovasi tidak bisa dilakukan secara instan. Perlu usaha berkelanjutan untuk membentuk ekosistem yang sehat—yang mendukung kolaborasi lintas sektor, keterbukaan terhadap ide-ide baru, serta penghargaan terhadap kegagalan sebagai bagian dari proses inovasi. Riset dan inovasi harus dijadikan bagian dari budaya kerja dan pola pikir bangsa. Inilah perwujudan nilai gotong royong dan keadilan sosial yang terkandung dalam sila-sila Pancasila.

Keenam, inovasi yang luas dan berdampak. Inovasi harus dimaknai secara luas, mencakup tidak hanya produk teknologi, tetapi juga inovasi sosial, kebijakan, dan tata kelola. Inovasi yang menjawab kebutuhan nyata masyarakat akan jauh lebih berdampak daripada sekadar pencapaian teknis.

Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara berbasis inovasi. Namun, potensi itu tidak akan terwujud tanpa kemauan politik yang konsisten, strategi yang cerdas, dan penghargaan yang tulus terhadap ilmu pengetahuan dan para pelakunya. Menata ulang strategi riset dan inovasi bukan sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendesak untuk memastikan masa depan Indonesia yang berdaya saing dan berkelanjutan, sekaligus mencerminkan nilai-nilai luhur Pancasila dalam pembangunan bangsa.

***

*) Oleh: Lukmanul Hakim Zaini, Ass. Direktur bidang Strategi Pengembangan Riset dan Inovasi IPB University.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Hainorrahman
Publisher : Rochmat Shobirin

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES