
TIMESINDONESIA, MALANG – Organisasi Kesukuan Etnis Melayu dan Pakpak dalam Kampanye Politik pada Pemilu Legislatif dan Presiden Tahun 2024.
Kota Medan dapat diibaratkan sebagai sebuah miniatur Indonesia dari sisi eanekaragaman budaya masyarakatnya. Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, Kota ini memiliki wilayah seluas 265,1 km2, dengan jumlah penduduk sekitar 2.539.829 jiwa berdasarkan data Badan Pusat Statistik Tahun 2024. Penduduk Kota Medan tersebar di 21 kecamatan, 151 kelurahan dan 2001 lingkungan.
Advertisement
Masyarakat Kota Medan saat ini tidak dapat di kategori kan sebagai masyarakat yang berasal dari satu suku mayoritas yang mendiaminya. Saat ini di Kota Medan terdapat sekitar 22 suku bangsa, baik suku yang berasal asli dari Sumatera Utara, maupun suku bangsa yang berasal dari luar Sumatera Utara dan juga beberapa yang berasal dari luar Indonesia.
Di Provinsi Sumatera Utara sendiri, setidaknya terdapat delapan suku bangsa yang menyebar di 33 Kabupaten/Kota. Masyarakat suku Melayu di Sumatera Utara banyak tersebar di sekitaran pantai timur Sumatera Utara, dari Kabupaten Langkat hingga Kabupaten Asahan. Sementara masyarakat suku Batak Toba, berasal dari kabupaten yang berada di sekitaran Danau Toba, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara, Toba, Humbang Hasudutan dan Samosir.
Untuk masyarakat suku Simalungun, suku ini berasal dari Kabupaten Simalungun dan Kota Pematangsiantar. Sedangkan masyarakat suku Karo berasal dari Kabupaten Karo. Masyarakat suku Pakpak di Sumatera Utara berasal dari Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi. Masyarakat yang memiliki suku Nias, merupakan masyarakat yang berasal dari Kabupaten/Kota yang berada di kepulauan Nias. Sedangkan masyarakat yang memiliki suku Angkola, berasal dari Kabupaten Tapanuli Selatan. Sementara itu, masyarakat yang memiliki suku Mandailing berasal dari Kabupaten Mandailing Natal.
Dengan keanekaragaman suku asli di provinsi Sumatera Utara, di tambah dengan penduduk pendatang yang memiliki latar belakang kesukuan dan budaya yang berbeda, menjadikan interaksi yang terbangun sehari-hari di Kota Medan juga di warnai dengan penggunaan bahasa daerah. Oleh karena itu, sebagai sebuah kota yang majemuk, keharusan memahami karakter dan budaya masyarakat sangat diperlukan dalam melakukan proses interaksi dan sosialisasi sehari-hari pada masyarakat Kota Medan.
Aktivitas dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kondisi kegiatan formal maupun non formal, kelaziman dalam memberikan kalimat sapaan, tidak dapat dihindarkan dengan sendirinya. Kata sapaan “HORAS” (ungkapan doa kiranya kita semua dalam keadaan selamat dan sejahtera) oleh suku Toba, Simalungun, Angkola dan Mandailing. Kata “NJUAH-NJUAH” (ungkapan semoga kita sehat dan Tuhan memberkati) oleh suku Pakpak. Kata “MEJUAH-JUAH” (semoga kita mujur, selamat dan sejahtera) oleh suku Karo. Kata “YA’AHOWU” (terberkati) oleh suku Nias dan Kata “AHOI” oleh suku Melayu. Kata pembuka yang lazim disampaikan adalah seperti Assalammu’alaikum Wr Wb, Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Horas, Njuah-Njuah, Mejuah-juah, Ya’ahowu, Ahoi.
Kajian penelitian Komunikasi Politik Berbasis Budaya Lokal (Studi Kasus Pada Organisasi Kesukuan Etnis Melayu Dan Pakpak Dalam Kampanye Politik Pada Pemilu Legislatif Dan Presiden Tahun 2024) yang dilakukan oleh Akhyar Anshori salah seorang mahasiswa program doktoral Sosiologi pada Universitas Muhammadiyah Malang, merupakan sebuah hasil kajian riset yang membahas tentang bagaimana komunikasi politik berbasis budaya lokal melalui pesan politik dan konstruksi sosial yang dilakukan oleh pengurus organisasi kesukuan Etnis Melayu dan Pakpak dalam peristiwa kampanye politik pada pemilu Tahun 2024. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Konstruksi Realitas Sosial dari Peter L Berger dan Thomas Luckmann untuk melihat faktor eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi organsasi MABIN dan HIMPAK pada kampanye pemilu Legislatif dan Presiden Tahun 2024.
Temuan penelitian menjelaskan bahwa MABIN dan HIMPAK memainkan peran yang sangat penting dalam memperkuat partisipasi politik masyarakat melalui pendekatan yang lebih kontekstual dan terhubung dengan kehidupan sehari- hari. Kedua organisasi ini menggabungkan nilai-nilai budaya lokal mereka dengan proses politik untuk membantu masyarakat memahami politik dengan cara yang lebih alami dan sesuai dengan identitas budaya yang telah lama mereka anut. Bagi MABIN, memandang pemilu 2024 lebih pada mengedepankan politik yang inklusif, tidak terjebak dalam politik sektoral atau identitas sempit, melainkan lebih fokus pada agenda kebangsaan yang mengusung persatuan dan kebersamaan.
Sementara bagi HIMPAK, melakukan integrasi kearifan lokal dalam proses politik untuk mendorong partisipasi politik yang lebih sadar budaya. Sehingga melihat politik bukan hanya sebatas pada kerangka pragmatis, tetapi dalam kerangka yang lebih berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan moral yang mereka pegang teguh. Aktivitas organisasi MABIN dan HIMPAK dalam peristiwa kampanye politik pada pemilu tahun 2024 tidak hanya memadukan nilai-nilai tradisional dengan dinamika sosial- politik modern, tetapi juga menjembatani kesenjangan antara politik dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini membantu menciptakan partisipasi politik yang lebih aktif, memperkuat persatuan nasional, dan menjaga agar identitas budaya Indonesia tetap terjaga dalam era globalisasi.
adalah seperti Assalammu’alaikum Wr Wb, Selamat Pagi/Siang/Sore/Malam, Horas, Njuah-Njuah, Mejuah-juah, Ya’ahowu, Ahoi.
Kajian penelitian Komunikasi Politik Berbasis Budaya Lokal (Studi Kasus Pada Organisasi Kesukuan Etnis Melayu Dan Pakpak Dalam Kampanye Politik Pada Pemilu Legislatif Dan Presiden Tahun 2024) yang dilakukan oleh Akhyar Anshori salah seorang mahasiswa program doktoral Sosiologi pada Universitas Muhammadiyah Malang, merupakan sebuah hasil kajian riset yang membahas tentang bagaimana komunikasi politik berbasis budaya lokal melalui pesan politik dan konstruksi sosial yang dilakukan oleh pengurus organisasi kesukuan Etnis Melayu dan Pakpak dalam peristiwa kampanye politik pada pemilu Tahun 2024. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Konstruksi Realitas Sosial dari Peter L Berger dan Thomas Luckmann untuk melihat faktor eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi organsasi MABIN dan HIMPAK pada kampanye pemilu Legislatif dan Presiden Tahun 2024.
Temuan penelitian menjelaskan bahwa MABIN dan HIMPAK memainkan peran yang sangat penting dalam memperkuat partisipasi politik masyarakat melalui pendekatan yang lebih kontekstual dan terhubung dengan kehidupan sehari- hari. Kedua organisasi ini menggabungkan nilai-nilai budaya lokal mereka dengan proses politik untuk membantu masyarakat memahami politik dengan cara yang lebih alami dan sesuai dengan identitas budaya yang telah lama mereka anut. Bagi MABIN, memandang pemilu 2024 lebih pada mengedepankan politik yang inklusif, tidak terjebak dalam politik sektoral atau identitas sempit, melainkan lebih fokus pada agenda kebangsaan yang mengusung persatuan dan kebersamaan.
Sementara bagi HIMPAK, melakukan integrasi kearifan lokal dalam proses politik untuk mendorong partisipasi politik yang lebih sadar budaya. Sehingga melihat politik bukan hanya sebatas pada kerangka pragmatis, tetapi dalam kerangka yang lebih berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan moral yang mereka pegang teguh. Aktivitas organisasi MABIN dan HIMPAK dalam peristiwa kampanye politik pada pemilu tahun 2024 tidak hanya memadukan nilai-nilai tradisional dengan dinamika sosial- politik modern, tetapi juga menjembatani kesenjangan antara politik dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini membantu menciptakan partisipasi politik yang lebih aktif, memperkuat persatuan nasional, dan menjaga agar identitas budaya Indonesia tetap terjaga dalam era globalisasi.
***
*) Oleh: Akhyar Anshori, Mahasiswa Program Doktor Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Hainorrahman |
Publisher | : Rochmat Shobirin |