Kuliner

Fun Cooking Unusa Ajak Ibu Berkreasi Membuat Bekal Sarat Gizi

Jumat, 25 Januari 2019 - 18:33 | 51.40k
Keseruan ibu dan anak di TK Khadijah Surabaya saat mengikuti fun cooking yang digelar oleh mahasiswa Prodi Gizi Unusa, Kamis (24/1/2019). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Keseruan ibu dan anak di TK Khadijah Surabaya saat mengikuti fun cooking yang digelar oleh mahasiswa Prodi Gizi Unusa, Kamis (24/1/2019). (FOTO: Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, SURABAYA – Memperingati Hari Gizi dan Makanan Nasional, mahasiswa Program Studi (Prodi) Gizi, Fakultas Kesehatan (FKes) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya atau Unusa, menggelar fun cooking dan mewarnai guna memahami pentingnya gizi seimbang di TK Khadijah, Surabaya, Kamis (24/1/2019).

Mereka mendatangi dan mengajak siswa Taman Kanak-kanak (TK) beserta orang tua untuk memahami tentang pentingnya gizi seimbang melalui kreasi menu sehat dalam sekotak bekal sekolah.

Advertisement

TIMES-Indonesia-Fun-Cooking-Unusa-2.jpg

Seperti sayur brokoli, rollade tahu, nasi, semur daging, dan wortel.

Sinta, seorang ibu muda bercerita, sesekali ia membuat bekal kreasi seperti nasi bento bagi putranya, Wajendra.

“Sesekali berkreasi dan sesekali bikin bento, kalau hari ini kami buat kreasi Panda Semur Rollade,” terangnya sambil mengajari sang anak memakai sarung tangan dari plastik sebelum memindahkan bahan-bahan yang telah disediakan mahasiswa Prodi Gizi Unusa.

Melalui kegiatan ini, diharapkan anak dan orang tua memahami tentang pentingnya gizi bagi buah hati.

“Makanan dan minuman dengan kandungan gizi dalam keadaan alami berperan penting bagi tumbuh kembang anak. Gizi seimbang dibutuhkan tubuh dan dapat diserap dengan baik oleh sistem pencernaan,” kata Nisa Hidayah, Ketua Himpunan Mahasiswa Gizi Unusa dalam fun cooking bertema ‘Keluarga Sadar Gizi, Indonesia Sehat dan Produktif’ dan Selogan ‘Gizi Seimbang, Prestasi Gemilang’ ini.

TIMES-Indonesia-Fun-Cooking-Unusa-3.jpg

Selain menggelar fun cooking dan mewarnai, para mahasiswa juga melakukan kegiatan pengukuran antropometri, yakni pengukuran berat dan tinggi badan anak, untuk mengetahui tumbuh kembang anak ideal.

Para mahasiswa berharap melalui pengenalan akan bahan makanan dan bagaimana cara memasak yang benar pada orang tua serta mewarnai jenis makanan sehat untuk anak-anak, kesadaran terhadap pentingnya gizi seimbang dapat tersampaikan dengan baik.

Ketua Program Studi Gizi Unusa, Rizki Nurmalya Kardina, S.Gz., M.Kes., yang mendampingi para mahasiswanya mengungkapkan, setiap orang tua pasti mendambakan buah hatinya tumbuh sehat dan cerdas hingga kelak ia dewasa.

Untuk mencapai target tersebut, tentu para orang tua membutuhkan dan menerapkan strategi tepat. Salah satunya pemenuhan gizi seimbang sejak dini.

“Masa pertumbuhan anak membutuhkan berbagai jenis zat gizi yang terdiri dari makronutrein dan mikronutrien. Makronutrien mencakup karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan makronutrein mencakup berbagai vitamin dan mineral di berbagai jenis pangan. Berbagai jenis zat gizi ini perlu dicerna dan diserap sengan sempurna oleh saluran pencernaan," kata dosen mata Kuliah Kesehatan dan Gizi Anak.

Dijelaskannya, gizi seimbang juga bisa meningkatkan daya tahan tubuh si kecil. Sebab, gizi seimbang bisa dapat terserap dengan sempurna dan mudah dicerna oleh saluran pencernaan anak.

“Dulu kita mengenalnya dengan gerakan empat sehat lima sempurna, sekarang diubah menjadi gizi seimbang. Gizi seimbang karena mudah dicerna, proses penyerapan juga berlangsung dengan lebih baik sehingga seluruh zat gizi yang masuk diserap seluruhnya,” katanya.

Karena itu, ia menambahkan, ada baiknya para orang tua mulai mencermati makanan dan minuman untuk si kecil dan pilihlah yang mengandung gizi dalam keadaan alami.

“Untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak secara menyeluruh dapat dilihat mulai dari penampilan umum (berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik, fungsional, emosi dan kognisi anak. Berdasarkan pengukuran antropometri, maka anak yang sehat, bertambah umur, bertambah berat dan tinggi dikaitkan dengan kecukupan asupan makronutrien, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium dan seng,” katanya.

Selain itu, pesan Rizki Nurmalya, orang tua harus mengetahui fase pertumbuhan anaknya sedini mungkin. Karena, kondisi kesehatan yang dialami anak berpengaruh terhadap pertumbuhannya. Pada usia 0-6 tahun anak mengalami pertumbuhan cepat. Usia 6-2 tahun pertumbuhannya datar. Sementara pada usia 12-18 tahun anak mengalami pertumbuhan cepat.

“Pada usia 0-6 tahun pertumbuhan otak anak mencapai 95 persen. Di atas usia 6 tahun, perkembangan otaknya hanya lima persen. Karena itu, usia 0-6 tahun merupakan fase penting bagi anak atau windows of opportunity. Pada masa ini nutrisi dan eksperimen orang tua sangat dibutuhkan,” kata Ketua Program Studi Gizi Unusa ini sambil mendampingi para mahasiswanya dalam kegiatan fun cooking memperingati Hari Gizi dan Makanan Nasional. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Lucky Setyo Hendrawan
Sumber : TIMES Surabaya

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES