Gethuk Take Kini Naik Kelas, Jadi Menu Hotel Berbintang

TIMESINDONESIA, KARANGANYAR – Jenis olahan pangan Gethuk Take cukup dikenal di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Siapa sangka buah tangan berbahan singkong jalak towo itu kini jadi favorit snack acara dan idola wisatawan.
Mengawali usaha kuliner gethuk pada pertengahan 2016, Edy Blangkon hanya bermodal tekad dan alat seadanya. Resep produk gethuk yang merupakan warisan dari nenek buyutnya ditekuni bersama sang istri, Tri Suharsi. Dari yang semula dikerjakan oleh keluarga, usaha gethuk olahannya sekarang mampu mempekerjakan puluhan karyawan.
Advertisement
Edy mengisahkan, ketika awal menjual produk gethuknya, ia menitipkan ke sebuah toko di depan Puskesmas Tawangmangu. Sang istri yang seorang pengajar juga memasarkan kepada sesama guru. Lama kelamaan, gethuk buatannya makin dikenal. Pesanan untuk acara dan pertemuan semakin banyak.
"Terus terang gethuk saya dikenal karena mulut ke mulut. Atau kalau istilah Jawa gethok tular. Dari pembelian perseorangan hingga jumlah banyak untuk acara terus mengalir," terang pria yang pernah membuka usaha warnet ini.
Bapak dua putra ini mengenang, awal usaha produknya dibungkus plastik. Kemudian untuk merek ditulis dengan spidol permanen agar tidak luntur. Setelah mengikuti berbagai pelatihan, baru perlahan dikemas dengan packaging yang lebih bagus dan menarik.
"Awalnya saya juga pesimis apakah gethuk seperti ini laku dijual Rp 10.000. Tapi setelah satu dua pembeli memberikan testimoni bahwa gethuk saya enak. Maka saya pun jadi optimis," ujarnya.
Edy yang pernah bekerja menjadi TKI di Jepang ini tak malas mengikuti berbagai pameran dan acara-acara yang menjadi pusat keramaian. Hampir setiap event ia datangi untuk membuka stand memasarkan produknya. Bahkan ia tunggui sendiri ketika ada pameran atau bazar produk UMKM.
Kini gethuk versi frozen miliknya juga dikirim ke wilayah Jabodetabek dan Jawa Timur. Kedua wilayah ini belakangan meningkat permintaannya. Setidaknya dalam sepekan sekali, gethuk frozen dikirim ke dua wilayah itu. Dia bersyukur produk olahan pangan buatannya mampu diterima pelanggan di luar kota.
"Alhamdulillah Gethuk Take juga diminati masyarakat di Jabodetabek dan Jatim. Bahkan belakangan ini untuk Jatim meningkat tajam," ungkap Edy sembari menyebut bahwa dalam sehari bisa menghabiskan singkong 4-5 kuintal.
Rumah produksi Gethuk Take di Jalan Pringgosari Tawangmangu Kabupaten Karanganyar kini banyak didatangi pembeli. Rombongan wisata dari berbagai kota kerap mampir ke tokonya yang dominan warna cat kuning.
"Varian produk yang paling laris adalah gethuk original. Baru lainnya rasa nangka, durian, coklat dan ada pula yang mix empat rasa. Bahkan sekarang sudah masuk di beberapa hotel berbintang dan restoran di Solo raya," ucap pria bernama asli Edy Susanto itu.
Khusus untuk kalangan anak dan remaja, Edy sudah menyiapkan varian gethuk. Yakni dengan menambah topping. Mulai dari topping keju, coklat keju, coklat kacang, dan isi coklat. Empat varian topping ini banyak disukai anak dan remaja.
"Gethuk itu terkesan hanya cocok untuk orang dewasa atau tua. Nah bagaimana gethuk ini bisa diterima kalangan anak dan remaja," ucap pria yang kerap mengenakan blangkon itu.
Varian terbaru yang dihasilkan adalah cothot atau gemblong. Ini juga dengan varian isi. Mulai dari rasa gula merah, gula putih, durian, coklat, blueberry hingga nanas. Selain itu masih ada pisang pasir dan pisang crispy.
Adapun pisang pasir berbahan pisang rojo. Produk ini juga jadi best seller Gethuk Take. Edy mengaku pernah mendapat pesanan sampai lebih dari 4.000 biji. Belum lama ini juga menerima pesanan 2.500 biji. Kebanyakan untuk snack acara. Kalau pisang crispy berbahan pisang bawen atau pisang kepok.
"Setiap enam bulan kami launching produk baru. Tujuannya agar pelanggan tidak jenuh. Selalu ada pilihan-pilihan yang menarik buat pelanggan," tegasnya.
Untuk bahan baku singkong, Edy menerapkan sistem kemitraan dengan petani. Sebab jika harus membudidayakan sendiri dirinya jelas tidak mampu. Kemitraan melibatkan petani di wilayah Tawangmangu. Kebetulan jenis singkong jalak towo, menurut Edy, cocok dengan wilayah pegunungan.
"Yang paling berkesan sekarang ini, bahwa ada kearifan lokal terhadap produk-produk UMKM. Tentu ini sangat membanggakan. Produk lokal bisa tampil di acara-acara penting berlevel nasional. Terhadap Gethuk Take, saya sudah disarankan oleh beberapa relasi untuk mulai masuk pasar ekspor," kata Edy. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |