Kuliner

Kopi Cokot di Blitar, Lestarikan Budaya Bayar Seikhlasnya

Senin, 26 Oktober 2020 - 17:44 | 227.82k
Agus Efendi, pemilik Warung Kopi Komplong menunjukkan cara untuk menikmati Kopi Cokot, Senin, (26/10/2020). (Foto: Sholeh/ TIMES Indonesia)
Agus Efendi, pemilik Warung Kopi Komplong menunjukkan cara untuk menikmati Kopi Cokot, Senin, (26/10/2020). (Foto: Sholeh/ TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, BLITAR – Kebanyakan kafe yang ada saat ini lebih mengedepankan konsep mewah dan modern. Namun tidak bagi Agus Efendi, pemilik Warung Kopi Komplong di rest area Gunung Betet Kecamatan Sutojayan Kabupaten Blitar. Ia lebih memilih konsep tradisional yakni Kopi Cokot.

Kopi Cokot sendiri adalah kopi pahit yang disajikan dengan gula Jawa. Untuk menikmatinya, pelanggan menggigit gula sedikit demi sedikit dan diikuti dengan menyeruput kopi pahit panas. 

Advertisement

"Kopi Cokot atau lebih dikenal dengan Kopi Gulo Jowo. Ini adalah cara menikmati kopi zaman dahulu khas Jawa Timur. Sayang sekali, sekarang ini mulai hilang tergerus  tren kafe modern," ujarnya, Senin, (26/10/2020).

Menurut Pemuda berumur 25 tahun itu, ia ingin mengenalkan dan melestarikan budaya dan nilai ketimuran kepada pelanggan melalui kopi cokot. Sehingga, dikatakannya, warung kopi miliknya bukan sekadar usaha mencari keuntungan semata.

"Dengan mencokot (mengigit) gula sendiri, penikmat kopi bisa mengatur kadar manisnya. Sehingga bagi mereka yang memiliki masalah dengan kadar gula, bisa amanlah," jelas Agus.

Kopi Komplong berada di bawah rindangnya pepohonan Gunung Betet. Pemandangan alam yang asri dan semilir angin menambah nikmatnya sensasi menyeruput kopi cokot. Sehingga tak heran, banyak penikmat kopi yang betah berlama lama di Kopi Komplong.

"Menikmati kopi secara tradisional ini harus kita lestarikan. Karena ini warisan para pendahulu kita," kata Agus.

Agus tidak mematok harga untuk Kopi Cokot miliknya. Ia hanya menyediakan kaleng di setiap meja, pelanggan bisa memasukan uang seikhlasnya. Dari situlah ia menamakan warung kopinya dengan Kopi Komplong atau kaleng bekas biskuit.

"Saya ndak memasang harga untuk Kopi Cokot, tapi pelanggan dipersilakan bayar seiklhasnya di komplong," urainya. (*)

Ekoran-Edisi-Selasa-27-Oktoberr-2020-Cokot-Kopinya-Bayar-Seikhlasnya.jpg

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Rizal Dani

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES