Kuliner

Mengintip Sentra Produksi Kue Tambang di Kalangsari Tasikmalaya

Selasa, 27 April 2021 - 10:55 | 205.50k
Belasan ibu mencetak kue tambang di Sentra Makanan Ringan Babakan Kalangsari, Kota Tasikmalaya. (FOTO: Harniwan Obech TIMES Indonesia)
Belasan ibu mencetak kue tambang di Sentra Makanan Ringan Babakan Kalangsari, Kota Tasikmalaya. (FOTO: Harniwan Obech TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, TASIKMALAYA – Belasan ibu setengah baya duduk berjejer menghadap masing-masing nampan tempat menampung kue tambang yang sebelumnya masih berbentuk adonan. Tangan-tangan terampil mereka dengan cepat membuat adonan membentuk sebuah lilitan yang menyerupai tambang.

Tungku besar dengan sumber api dari kayu bakar terletak di bagian pojok kiri belakang tempat produksi, embusan panasnya terasa hingga radius dua meter. Di ruangan seluas lapang badminton itu, terihat dua orang perempuan setengah baya hilir-mudik mengambil hasil cetakan adonan untuk dibawa bagian belakang ruangan.

Advertisement

Ketika berjalan ke ruang dapur yang posisinya berada di atas ruang produksi, mesti meniti beberapa anak tangga. Di sana mulai terasa hawa panas yang cukup terasa mencubit kulit wajah.

Kue-tambang-penganan.jpgKue tambang penganan yang kerap dijadikan pelengkap minum teh produksi Sentra Makanan Ringan Babakan Kalangsari, Kota Tasikmalaya (FOTO:Harniwan Obech TIMES Indonesia)

Seorang pekerja terlihat berkonsentrasi memasukkan kayu bakar ke lubang tungku raksasa yang berukuran 1,8 meter. Ia tak mempedulikan cucuran  keringat yang membasahi dahinya. Dia terus memasukan beberapa batang kayu bakar agar tungkunya terus menyala.

Itulah sebagian aktivitas para pekerja di pabrik makanan olahan kue tambang di Jalan Leuwi Anyar, Babakan Kalangsari, Kelurahan Kersamanah, Kecamatan Cipedes,  Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Kue tambang atau kue ulir-ulir merupakan penganan asal Kota Kudus, Jawa Tengah dibawa dan dikembangkan di Kota Tasikmalaya oleh seorang warga yang bernama H. Oding Turjaman yang lahir pada 1948.

H. Oding mendirikan pabrik kue tambang pada  tahun 1995 atau 26 tahun yang lalu. Didukung oleh para tetangganya hingga perusahaan berkembang. Bukan saja tetangga satu RT yang bekerja di pabriknya tetapi tetangga kampung pun turut menjadi karyawannya.

Anak laki-laki pemilik produsen kue tambang tersebut, Imron Bahromi (38) yang akrab disapa Romi mengungkapkan pabrik kue tambang ini merupakan perusahaan keluarga yang melibatkan tenaga kerja yang diambil dari tetangga satu RT dan RW.

Kue-tambang-penganan-2.jpg"Kalau dulu sebelum pandemi kami bisa menyerap tenaga kerja 100 orang lebih. Namun sekarang hanya 20 orang itu juga untuk di bagian pemasaran dan produksi," ungkapnya kepada TIMES Priangan Timur, Selasa (27/4/2021).

Romi menjelaskan, perkembangan pabrik makanan olahan kue tambang di Kampung Babakan Kalangsari maju pesat, sehingga bermunculan beberapa pabrik kue tambang yang menjadikan Babakan Kalangsari sebagai sentra industri makanan olahan kue tambang.

"Alhamdulilah respons masyarakat untuk membangun usaha bersama cukup antusias. Tinggal masalah peningkatan mutu dan pengolahan bahan baku lebih ditingkatkan dengan menggunakan teknologi agar semuanya tidak dilakukan manual," ungkapnya.

Sampai saat ini rata-rata pabriknya kuat berproduksi 300 kg per hari dan berharap bisa memaksimalkan produksinya seperti tahun-tahun sebelumnya dengan kapasitas produksi mencapai 450 kg per hari.

"Saya berharap mendapat perhatian dari pemerintah perihal peningkatan kualitas kemasan pabrik kue tambang di babakan kalangsari ini sehingga kualitas dan daya saingnya meningkat, serta berharap dapat memberikan bantuan alat produksi agar omset penjualan dapat dimaksimalkan," harapnya. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES