
TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Warga Bantul asal kota Yogyakarta bernama Ary Kusnanto sukses membuka warung Angkringan Leiden secara online dan saat ini tengah bekerja di salah satu restoran Belanda. Hal ini Ary lakukan demi mendampingi sang istri yang sedang menempuh pendidikan S3 Sarjana Teknologi Pertanian di Universitas Leiden Belanda.
Ary mulai mengelola Angkringan Leiden sejak tahun 2018. Angkringan ini untuk membantu para diaspora Indonesia di Belanda dengan tujuan mengobati kerinduannya akan masakan Tanah Air. Berbeda dengan kebanyakan warga Indonesia di Belanda, Ary beserta putrinya, Cielo Aisha Sidar (9 tahun) tinggal di Belanda untuk mendampingi istri/ibunya yang mendapatkan beasiswa studi S3 di Universitas Leiden. Istrinya, Andika Sidar merupakan seorang dosen Fakultas Teknologi Pangan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Advertisement
Sejak memutuskan mendampingi istrinya ke Belanda, Ary menjual warungnya di Yogyakarta kepada temannya. Sesampainya di Belanda, Ary langsung mencari pekerjaan. Pekerjaan pertamanya adalah karyawan restoran bernama “Redjeki” tepatnya di kota Delft. Bahkan, Ia pun juga bekerja di Toko Ibu Tjilik, Leiden.
Ary Membuka Angkringan Leiden Berbekal Kemampuan Memasak
Hobi atau lebih tepatnya kemampuan Ary dalam memasak membuatnya memperoleh banyak pesanan masakan dari mahasiswa Indonesia yang tinggal di Leiden. Kemudian bersama dua temannya, ia menginisiasi untuk membuka Angkringan Leiden. Selain itu juga, bermaksud untuk mewadahi dan menjembatani kerinduan para mahasiswa Indonesia yang tinggal di Leiden terhadap masakan Indonesia.
“Saya sangat berterima kasih kepada ibu saya yang waktu itu sedikit memaksa saya untuk membantu memasak untuk membantu ibu jualan di warung. Ternyata sampai sekarang kemampuan masak saya bisa menjadi berkah buat saya,” kata Ary, mengutip kabarbelanda.com, Kamis (23/3/2023).
Meski di tengah kesibukannya bekerja di dua restoran dan mengelola grup Angkringan Leiden, pria yang mempunyai hobi main bola ini tetap menyediakan diri untuk melakukan kegiatan sosial. Ia secara rutin ikut mendukung kegiatan Yayasan Java Village di acara Wereldfair di Leiden. Pihaknya aktif memasak dan berjualan di acara Wereldfair ini. Seluruh keuntungan dari penjualannya dia sumbangkan untuk Yayasan Java Village.
Selain itu, pengalaman yang paling diingatnya adalah ketika turut mendampingi Chef Eduard Roesdi saat menjamu tamu-tamu dari Indonesia dan Belanda di tram kota Rotterdam pada 25 November 2022 dalam acara Bussiness Matching Kementerian Pertanian & Alumni Institut Pertanian Bogor dengan pengusaha-pengusaha di Belanda.
Awal Terbentuknya Angkringan Leiden di Belanda
Ary Kusnanto beserta dua rekannya yakni Latifah dan Shanti mendirikan Angkringan Leiden pada tahun 2018 di kota Leiden Belanda. Meski berasal dari Yogyakarta, angkringan ini menunya tak melulu masakan jawa saja melainkan juga menyediakan makanan khas Nusantara.
"Beberapa menu yang ditawarkan ada ayam geprek, bakso, gudeg, nasi padang, lumpia semarang, pecel lele, bakmi goreng, nasi kuning komplit, soto, nasi liwet dan juga gado-gado," kata Ary.
Berbeda dengan angkringan pada umumnya, Angkringan Leiden ini tidak ada bentuk fisiknya. Gagasan Angkringan ini merupakan sebuah grup WhatsApp (WA) yang dibuat oleh Ary Kusnanto bersama Latifah dan Shanti dan mereka bertiga merupakan warga Indonesia yang bermukim di Leiden.
Ide pembuatan grup ini berawal dengan permintaan atau order beberapa mahasiswa untuk menu makan malam yang harganya terjangkau. Jumlah produksinya tidak menentu setiap harinya, sehingga sering tampak tidak efisien baik secara waktu waktu maupun biaya produksi.
Akhirnya pada tahun 2018, mereka bertiga membuka grup WhatsApp Angkringan Leiden untuk memudahkan koordinasi mulai dari pemesanan hingga pengiriman. Adapun nama Angkringan ini mendapatkan ide dari seorang warga Indonesia di Delft yang juga membuat grup “Warteg Delft”. Karena Ary berasal dari Yogyakarta, maka nama Angkringan ini menjadi pilihan yang paling pas.
Pada awal pendiriannya, grup WA ini hanya beranggota sekitar 20 orang. Saat ini anggotanya sudah mencapai 276 orang. Mayoritas anggota adalah mahasiswa Indonesia. Selain itu juga ada mahasiswa dari Italia, China, Singapura, Malaysia dan juga masyarakat umum yang tinggal di kota Leiden dan sekitarnya.
Para mahasiswa Indonesia yang bermukim di Leiden dan juga para diaspora Indonesia di Negeri Kincir Angin itu bisa mengobati rasa kangen pulang ke Indonesia dengan menikmati menu Angkringan Leiden.
"Nama Angkringan Leiden ini selalu diperkenalkan kepada para mahasiswa baru di Leiden melalui PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia), sehingga semakin hari semakin banyak anggotany," jelas pria berusia 35 tahun tersebut.
Bagaimana Sistem Order dan Pengirimannya?
Di tahun pertama, Ary bersama Latifah dan Shanti membuka Purchasing Order (PO) setiap hari. Mereka secara bergantian memasak dan menyiapkan pesanannya. Namun seiring berjalannya waktu dan kesibukan masing-masing, saat ini Angkringan Leiden hanya membuka PO dan menerima pesanan 1 kali dalam seminggu.
Di hari Minggunya, Ary membuka PO untuk hari Senin. Dia akan membatasi pesanan sesuai dengan kemampuan tenaga, waktu dan bahan baku. Rata-rata pesanan yang diterima mencapai 50 hingga 60 porsi. Kemudian, area pengiriman juga dibatasi maksimal 3 kilometer dari rumah Ary, kecuali si pemesan bersedia mengambil sendiri.
Salah satu hal yang menarik dari Angringan Leiden ini yaitu adanya sistem pengiriman yang melibatkan PPI Leiden. Di awal pembentukan Angkringan Leiden ini, pengiriman pesanan dilakukan oleh beberapa mahasiswa Indonesia yang terhimpun dalam PPI. Untuk 1 porsi diberikan jasa senilai €0,75. Sebanyak 25% dari uang jasa itu untuk kas PPI dan 75%-nya untuk si pengirim.
"Saat ini kerja sama dengan PPI sudah tidak dilakukan karena kesibukan para mahasiswa dalam menghadapi ujian. Selain itu beberapa mahasiswa sudah kembali ke Tanah Air. Untuk saat ini pengiriman dilakukan oleh perorangan. Jadi saya memfasilitasinya dengan sepeda listrik," ujar pemilik Angkringan Leiden ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Rizal Dani |