TIMESINDONESIA, JAKARTA – Dumpling merupakan sajian khas warga Asia Timur, mulai dari China, Jepang juga Korea termasuk Taiwan.
Makanan ini tak hanya menjadi makanan sehari-hari, namun juga menjadi makanan wajib saat persembahan pada leluhur atau upacara agama dan tradisional besar lainnya.
Advertisement
Dumpling sendiri merupakan makanan sehat, karena berisi sumber protein hewani seperti daging sapi, ikan, kepiting juga babi. Demikian juga proses pembuatannya yang dikukus, jadi makin sehat kan.
Terkenal sebagai makanan dari Asia Timur, namun dari mana sih sebenarnya asal dumpling?
Dikutip dari berbagai sumber, dumpling kali pertama dikenalkan pada masa Dinasti Han di China sekira tahun 206 SM - 220 SM. Bukti sejarah ditemukan oleh seorang arkeolog asal China. Dikutip dari World of Buzz jejak itu ditemukan di Provinsi Henan, China. Saat ditemukan dumpling yang berjumlah sekitar 40 biji itu terdapat dalam kotak kayu. Fosil dumpling tersebut terbungkus daun oak manis dengan isian nasi dan millet. Millet merupakan sejenis serelia dengan bulir yang berukuran kecil.
Para peneliti meyakini, saat itu dumpling disebut dengan Jiaozi, makanan sederhana yang mudah dibuat dan awet saat disimpan. Makanan ini juga cocok dibawa dalam perjalanan jauh.
Jiaozi terbuat dari tepung terigu yang diisi dengan sereal dan daging. Dicampurkan sereal supaya bisa kenyang lebih lama. Ada juga jiaozi yang menggunakan sayur dan rempah untuk menambah rasa.
Catatan sejarah Sam Kok menyebut jiaozi berarti bulan sabit. Ya. jiaozi memang bentuknya menyerupai bulan sabit. Hal ini karena makanan itu dibuat untuk mengobati radang dingin di daun telinga. Saat itu, seorang Tabib bernama Zhang Zhong Jing sedang melakukan perjalanan di musim dingin.
Di tengah perjalanan ia melihat banyak orang yang kedinginan dan kelaparan. Sang Tabib pun menolong dengan membuat makanan yang terbuat dari daging kambing dan rempah.
Makanan itu dibentuk mirip dengan daun telinga, karena fungsinya memang untuk mengobati radang dingin daun telinga. Tabib Zhang Zhing Jing juga memberikan kuah kaldu sebagai penghangat tubuh.
Kemudian pada masa Dinasti Tang (618-907) jiaozi atau dumpling ditetapkan sebagai makanan wajib saat perayaan Imlek. Sejak itulah dumpling semakin beragam bentuk dan isiannya. Sebab pada pembuat ingin mempersembahkan makanan terbaik baik dari sisi bentuk juga rasa sebagai wujud syukur.
Bentuk dari dumpling yang beragam itu juga merupakan simbol kebahagiaan, keberuntungan dan kesatuan keluarga.
Seiring dengan perdagangan dan penjajahan, dumpling kemudian menyebar ke Asia Timur, mencakup Jepang, Korea, Taiwan. Di negara itu dumpling dibuat sesuai dengan tradisi masing-masing negara.
Indonesia salah satu negara yang juga memiliki makanan dumpling hasil akulturasi budaya dengan China. Dumpling khas Indonesia bernama siomay. Konsep siomay sama dengan dumpling dari China, daging ikan yang digiling kemudian dibungkus dengan kulit pangsit dan dikukus. Bedanya, siomay menambahkan ragam sayuran seperti kol, pare dan kentang dalam sajiannya. Selain itu bumbu kacang yang dipakai untuk toppingnya.
Dumpling kini menjadi salah satu kuliner China yang sudah mendunia. Beberapa jenis dumpling sangat populer diberbagai negara. Seperti har gao, xiao long bao, jiao zi, wonton, cha siu bao, gyoza, termasuk siomay, pangsit dan bakpao yang populer di Indonesia. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Dhina Chahyanti |
Publisher | : Rizal Dani |