Putu Coklat, Kuliner Makyus Pasar Among Tani Kota Batu

TIMESINDONESIA, BATU – Kalau biasanya kue putu selalu berisi gula jawa, kudapan tradisional Indonesia buatan Sunardi, 68, warga Kelurahan Temas, Kota Batu ini lain. Isinya coklat, hmm.. langsung kebayang bagaimana enaknya saat menyantap kue tradisional ini.
Coklatnya langsung lumer ketika digigit, rasanya berpadu dengan gurihnya parutan kelapa yang menyelimuti jajanan yang bisa temui di Zona 3 lantai 3, Pasar Among Tani Kota Batu ini. Tentunya menjadi pilihan yang tepat untuk menghabiskan waktu liburan bersama orang terkasih.
Advertisement
Suara khas suitan dari uap yang keluar dari alat masak milik Sunardi ini, menggema memenuhi Zona Kuliner Pasar Among Tani. Siapa saja yang mendengarnya, langsung terbayang kue khas Jawa ini. Kue yang lunak dengan isian Gula Jawa yang langsung lumer saat digigit.
Kue ini dibuat dari tepung beras yang sengaja dibuat dalam butiran kasar kemudian dimasukkan dalam tabung yang terbuat dari bambu untuk dipadatkan. Tak lupa, Sunardi memasukkan gula jawa atau coklat ke dalam kue putu ini.
“Dahulu saya hanya membuat kue putu dengan isian gula jawa, namun saya coba memodifikasi dengan memasukkan isian coklat didalamnya, ternyata direspon pembeli dengan baik, banyak yang beli,” ujar laki-laki yang sebelumnya bekerja sebagai penjual air di Pasar Batu ini.
Tak heran setiap hari, lapak Putu Bumbu Ndeso Wong Mbatu miliknya selalu dikerubuti oleh pembeli yang antri. Sunardi yang berjualan bersama istrinya ini mematok harga yang cukup murah untuk Putu buatannya.
Untuk putu gula jawa dan putu coklat buatannya ini dijualnya seharga Rp 10 ribu satu porsi. Ia mengemas jajanan ini dalam sebuah wadah plastik yang diberi alas kertas makanan. “Satu porsi Ïsinya 10,” ujar Sunardi.
Menurutnya, langganannya bukan hanya warga Kota Batu, tapi juga wisatawan dari luar kota. “Kalau Sabtu Minggu kebanyakan orang luar, wisatawan dari luar kota. Kalau hari-hari itu biasanya habis tepung beras sampai 5 kilogram,” ujarnya.
Ia bersyukur bisa berjualan di Pasar Among Tani, menurutnya, sejak Pasar Among Tani ini dibangun, kondisinya lebih bersih dan tertata, sehingga pembeli pun berdatangan dan tidak sedikit yang memilih menyantap kudapan ini di tempat.
Literasi yang ada, nama Putu ini tercantum dalam Kitab Serat Centhini, sebuah suluk tembang Jawa yang dibuat tahun 1814. Dalam kitab ini tersirat bahwa jajanan ini sudah biasa dijual di pedesaan Jawa abad ke XVII.
Dalam suluk itu dikisahkan Nyai Sumbaling dan Centhini menyuguhkan kupadan ini di Desa Wanamarta setelah Sholat Subuh dipadukan dengan minuman hangat semacam teh atau kopi. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |