Kuliner Mozaik Ramadan 2025

Berburu Kue Kicak, Kuliner Khas Ramadan di Kampung Kauman Yogyakarta

Sabtu, 22 Maret 2025 - 06:07 | 12.00k
Kue Kicak (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Kue Kicak (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, YOGYAKARTA – Berburu takjil selama Ramadan sepertinya sudah menjadi tradisi bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, terutama di Yogyakarta. Mungkin karena banyaknya pilihan serta keragaman kuliner unik dengan rasa lezat yang menjadi penyebab berburu takjil menjelang berbuka kemudian menjadi tradisi hingga saat ini.

Yogyakarta selain kaya dengan destinasi wisata juga kaya akan ragam kuliner yang menjadi ciri khas dan unik dari berbagai tempat, seperti geplak yang menjadi ciri khas kuliner Bantul. Juga kue Kipo dari Kotagede.

Advertisement

Namun ada juga kuliner khusus yang dijual hanya saat bulan ramadan saja yakni kue Kicak dari Kampung Kauman Yogyakarta.

Sebagian warga Jogja yang suka berburu kuliner mengenal Kicak pertama kali di Pasar Sore Ramadan di Kampung Kauman yang secara resmi diselenggarakan sekitar tahun 1995. Sejak itu pula kue Kicak menjadi kuliner wajib yang dicari oleh mereka yang berburu takjil. Karena mereka tahu bahwa Kicak adalah kuliner langka dan hanya muncul setahun sekali selama bulan ramadan.

Kicak Mbah Wono

Hari Jumat, 21/3/2025 sore menjelang berbuka, Times Indonesia berkunjung ke Pasar Sore Ramadan di Kampung Kauman yang terletak di jalan Kiai Ahmad Dahlan, Yogyakarta.

Pasar Sore Ramadan Kauman hanyalah berupa lorong gang sepanjang kira kira 100-200an meter. Dengan lebar jalan lorong sekira 2 meter. Di sebelah kanan dan kiri Lorong rumah rumah warga Kauman berjejer rapat hingga ujung gang.

Awal mula keberadaan pasar Ramadan ini sebenarnya dimulai dari beberapa warga Kauman yang setiap ramadan membuka lapak di depan rumahnya dengan membuat kue Kicak dan kuliner lain sebagai dagangannya. Lapak kuliner takjil itu juga sebenarnya ditujukan bagi warga Kauman sendiri untuk berbuka puasa.

Kue-Kicak-a.jpgAsfiyah melayani pembeli di Pasar Sore Ramadan kauman, Jumat 21/3/2025. (Foto: Eko Susanto/TIMES Indonesia)

Namun pada saat itu, beberapa hari selama Ramadan berlangsung, lapak kuliner di Kampung Kauman itu ternyata ramai dikunjungi oleh orang orang dari luar kampung Kauman yang ingin mencari kuliner untuk berbuka puasa. Terutama mereka yang penasaran ingin mencicipi kue khas dari Kampung Kauman bernama Kicak.

Karena setiap ramadan selalu ramai oleh pengunjung yang berbelanja, dan warga Kauman yang berdagang takjil juga makin bertambah maka pada Ramadan tahun 1995 pengurus RW dan RT Kampung Kauman kemudian memberikan fasilitas meja dan kursi sebagai pelengkap lapak berjualan saat Ramadan.

Setiap lapak dagangan diberi nomor keanggotaan. Lapak dan fasilitas bagi warga kauman yang berdagang itu agar Lorong gang terlihat rapi dan tertata jika dikunjungi oleh orang-orang yang berburu takjil dari luar kampung Kauman. Sejak itulah kuliner Kicak makin dikenal orang sebagai kuliner khas ramadan dari kampung kauman.

Asfiyah, 60 tahun, warga asli kauman yang ditemui Times Indonesia menuturkan, kue Kicak itu sendiri sebenarnya sudah ada sejak tahun 1950. “Saya mulai berjualan pertama kali tahun 1989. Dulu warga Kauman yang berjualan masih sedikit. sejak dulu saya juga sudah menjual Kicak tapi tidak buat sendiri,” ujarnya.

Asfiyah melanjutkan, orang yang pertama kali membuat Kicak bernama Mbah Wono. Nama sebenarnya Sujilah. Warga asli Kauman. Sujilah menikah dengan Muhammad Wahono, seorang mantri di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Sehingga kemudian Sujilah oleh tetangga dan kerabatnya dipanggil dengan nama mbah Wono.

Sujilah atau mbah Wono awalnya membuat Kicak sebagai pelengkap dagangannya di depan rumahnya pada saat ramadan. Ternyata kicak buatannya disukai dan dibeli oleh banyak orang. Hanya saja, pada hari biasa kicaknya kurang disukai dan jarang orang membelinya. Sehingga Mbah Wono memutuskan untuk membuat Kicak khusus hanya pada saat Ramadan saja.

Menjadi Kuliner Khas Ramadan di Kauman

Karena antusias pengunjung yang datang mencari menu berbuka kebanyakan mencari Kicak, beberapa tetangga Mbah Wono kemudian ikut belajar membuat Kicak pada Mbah Wono serta ikut berjualan pada saat ramadan. Ada juga warga yang kulakan membeli Kicak pada Mbah Wono kemudian dijual pada saat Ramadan di depan rumahnya di lorong kampung Kauman.

Pasar Ramadan secara perlahan mulai terbentuk dan kampung Kauman makin ramai saja disaat bulan suci Ramadan. Sehingga kemudian, kue Kicak makin dikenal sebagai kuliner khas yang hanya tersedia pada saat bulan Ramadan saja. Sejak saat itu, jika ramadan tiba banyak orang berburu kicak untuk menu berbuka puasa mendatangi kampung kauman.

“Mbah Wono sudah lama meninggal,” ujar Asfiyah. Namun dia tidak ingat tahun berapa tepatnya Mbah Wono meninggal dunia.

Namun hingga saat ini tidak ada yang tahu kenapa kuliner khas dari Kauman itu disebut Kicak. Kue kicak terbuat dari ketan yang dikukus lalu ditumbuk seperti jadah dan diberi topping parutan kelapa muda diberi gula, daun pandan, dan potongan nangka, sehingga aromanya sangat menggoda indra perasa.

Jika dulu pada masa awal Kicak dibuat oleh Mbah Wono, seporsi kicak dibungkus dengan daun pisang. Namun seiring perkembangan zaman, kini Kicak dikemas dengan wadah mika. Rasanya yang manis legit beraroma nangka dan bertekstur lembut membuat Kicak sangat cocok untuk takjil berbuka puasa.

Di Pasar Sore Ramadan Kampung Kauman saat ini terdapat 57 pedagang yang memenuhi sepanjang Lorong gang Kmampung Kauman. Dari 57 pedagang tersebut terdapat sekitar 30an orang yang berdagang Kicak. “Namun yang memnbuat Kicak tidak sampai 10 orang,” kata Asfiyah.

Di Pasara Sore Ramadan Kauman sebungkus plastik mika berisi 4 potong kicak harganya 4000 rupiah. Murah. Sehingga setiap sore menjelang waktu berbuka antrian pembeli Kicak dan kuliner lain selalu memadati lorong Pasar Sore Ramadan kauman hingga waktu berbuka.

Pasar Sore Ramadan Kauman terletak di Kampung Kauman jalan Kiai Ahmad Dahlan, Yogyakarta. Kampung ini dikenal sebagai kampungnya kaum alim ulama karena sanat dekat dengan masjid Agung Kraton Yogyakarta, juga menjadi kampung tempat lahirnya pendiri Muhammadiyah Kiai Ahmad Dahlan.

Jika Anda sedang berwisata di Jogja dan ingin berkunjung ke Pasar Sore Ramadan Kauman, jika posisi Anda sedang berada di Malioboro teruslah berjalan menuju arah Kraton Yogyakarta. Namun setiba di perempatan titik nol kilometer, berbeloklah kekanan menuju ke arah barat. Teruslah berjalan. Jika Anda sudah melihat RS PKU Muhammadiyah di sebelah kanan jalan, lokasi Pasar Sore Ramadan Kauman hanya sekira 25 meter lagi berada di seberangnya.

Masih ada 10 hari terakhr Ramadan untuk berburu kue Kicak kuliner khas Ramadan dari Kampung Kauman, Yogyakarta. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES