Kuliner

Onde-Onde Ubi Ungu Bikin Nagih, Kue Jadul Rasa Baru dari Jombang

Senin, 23 Juni 2025 - 10:46 | 8.72k
Onde-onde ubi ungu yang diproduksi Chintya dipercaya kaya manfaat dan tidak bikin gendut. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Onde-onde ubi ungu yang diproduksi Chintya dipercaya kaya manfaat dan tidak bikin gendut. (FOTO: Rohmadi/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, JOMBANG – Di tengah menjamurnya aneka kuliner kekinian, kue tradisional bernama onde-onde tetap mampu bertahan dan bertransformasi menjadi jajanan sehat yang digemari masyarakat lintas usia.

Salah satunya adalah inovasi onde-onde berbahan dasar ubi ungu yang kini menjadi primadona baru di Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Advertisement

Adalah Chintya Nurlita, ibu rumah tangga asal Desa Godong, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, yang sukses mengembangkan usaha rumahan berbasis kuliner tradisional ini. 

Onde-onde-ubi-ungu-2.jpg

Lewat tangan kreatifnya, Chintya memadukan resep klasik dengan pendekatan modern, baik dari sisi rasa maupun strategi pemasaran.

Onde-onde buatannya menggunakan bahan dasar ubi ungu yang dikenal kaya manfaat, mulai dari antioksidan hingga serat alami yang baik untuk pencernaan. Selain rasanya yang lezat, camilan ini juga diyakini tidak menyebabkan kegemukan, sehingga cocok dikonsumsi oleh siapa saja.

Dalam proses produksinya, ubi ungu dikupas terlebih dahulu, dicuci bersih, kemudian dikukus hingga matang. Setelah itu, ubi dihaluskan hingga menjadi adonan lembut.

Adonan tersebut kemudian dibentuk bulat-bulat dan diberi isian sesuai selera, mulai dari rasa original, cokelat, hingga berbagai varian rasa lain yang disukai konsumen.

“Setelah dibentuk dan diberi isian, onde-onde diberi taburan wijen sebagai ciri khas. Baru kemudian digoreng dengan api sedang agar matang merata dan teksturnya tetap lembut di dalam,” jelas Chintya saat ditemui di rumah produksinya, Senin (23/6/2025).

Dibantu dua karyawan, usaha UMKM ini mampu memproduksi ratusan onde-onde setiap hari. Untuk menarik perhatian pelanggan, Chintya juga memanfaatkan platform digital seperti TikTok dengan cara live saat proses produksi berlangsung.

Strategi ini terbukti meningkatkan penjualan sekaligus menjadi sarana promosi yang efektif di era digital saat ini.

“Dulu terinspirasi pada massa covid-19 pada tahun 2020 lalu. Karena banyak dirumah coba buat camilan yang tidak bikin gendut. Kami pasarkan lewat media sosial. Kadang juga live tiktok,” ujarnya.

Harga onde-onde ubi ungu ini sangat terjangkau, hanya Rp2.500 per biji. Chintya juga menyediakan dua pilihan kemasan, yakni kemasan Rp15.000 dan Rp25.000. Dalam sebulan, omzet dari penjualan onde-onde ini bisa mencapai jutaan rupiah.

“Saya nggak nyangka, awalnya hanya iseng mencoba, ternyata sekarang bisa bantu ekonomi keluarga. Apalagi banyak pelanggan yang pesan untuk berbagai acara,” ujarnya.

Salah satu pelanggan setianya, Naning Susanto, mengaku ketagihan sejak pertama kali mencicipi onde-onde buatan Chintya. Menurutnya, selain gurih, camilan ini juga menyehatkan.

“Enak banget, apalagi yang isi cokelat. Teksturnya lembut, dan katanya sih nggak bikin gemuk, jadi aman buat ngemil,” ujar Naning.

Lebih dari sekadar usaha pribadi, keberadaan onde-onde ubi ungu ini juga memberi dampak positif bagi perekonomian lokal. Selain menyerap tenaga kerja, Chintya kerap berbagi ilmu kepada ibu-ibu rumah tangga lain yang ingin memulai usaha serupa.

Usaha ini menjadi bukti bahwa kreativitas dan inovasi bisa menjadi kunci kesuksesan, bahkan dimulai dari dapur rumah sendiri. Di tangan orang yang tekun dan kreatif, makanan tradisional seperti onde-onde bisa naik kelas dan bersaing di tengah maraknya jajanan modern.

“Alhamdulillah, bisa mengajak ibu-ibu sekitar rumah untuk membantu produksi. Sekarang juga sudah buka cabang di Kabupaten Ngawi. Bisa bantu perekonomian keluarga juga,” ucapnya. (*)

 

 

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Wahyu Nurdiyanto
Publisher : Sofyan Saqi Futaki

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES