News Commerce

Sirup Tjampolay, Sirup Legendaris Khas Cirebon yang Terinspirasi Melalui Mimpi

Senin, 18 Mei 2020 - 17:47 | 264.53k
Sirup Tjampokay rasa pisang susu, rasa yang paling difavoritkan oleh masyarakat Cirebon.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Sirup Tjampokay rasa pisang susu, rasa yang paling difavoritkan oleh masyarakat Cirebon.(Foto: Muhamad Jupri/TIMES Indonesia)
Kecil Besar

TIMESINDONESIA, CIREBON – Masyarakat Cirebon tentunya sudah tidak asing dengan produk sirup Tjampolay (baca: Campolay). Sirup legendaris khas Cirebon dengan rasa khasnya tersebut sangat identik dengan menu untuk menemani berbuka puasa Ramadhan, maupun untuk minuman setelah makan.

Di Cirebon, produk ini mampu bersaing dengan produk-produk sirup lainnya. Bahkan, saat ini sirup Tjampolay sudah didistribusikan di kota-kota besar, dan sudah nangkring di tempat-tempat seperti supermarket dan pusat oleh-oleh.

Advertisement

Mengutip dari situs History of Cirebon, sirup ini pertama kali diproduksi oleh Tan Tjek Tjiu, seorang warga Kota Cirebon keturunan Tionghoa, pada 11 Juli 1936.

Nama Tjampolay sendiri merupakan jenis buah-buahan yang dijadikan sebagai bahan sirup itu. Terdapat 3 varian rasa sirup yang pertama kali diproduksi, yakni rasa rossen, asam jeruk, dan nanas.

Konon katanya, pembuatan sirup Tjampolay berawal dari mimpi Tan Tjek Tjiu yang sedang minum sirup. Setelah terbangun, dia kemudian menjadi kepikiran untuk menciptakan sebuah sirup yang rasanya sebagaimana dalam mimpinya itu.

Setelah melakukan percobaan demi percobaan, Tan Tjek Tjiu akhirnya menemukan buah yang cocok untuk dijadikan bahan baku sirup, yaitu buah Tjampolay. Buah ini merupakan buah yang tumbuh di pegunungan di daerah-daerah Jawa Barat kala itu.

Masyarakat Cirebon menyebut buah Tjampolay dengan nama Sawo Walanda atau Sawo Belanda.

Mengutip dari situs Sirup Tjampolay, sirup ini menggunakan gula murni dibandingkan sirup lainnya yang beredar di pasar yang banyak menggunakan sakarin. Sehingga, tidak memiliki efek samping bagi kesehatan. Untuk itulah, ketika sirup ini sudah dibuka kemasannya, dalam hitungan bulan saja langsung mengkristal.

Dalam perjalanannya, produksi sirup ini sempat terhenti beberapa kali. Ketika Tan Tjek Tjiu meninggal dunia pada tahun 1964, kegiatan produksi terhenti. Baru pada tahun 1970, produksi sirup Tjampolay dilanjut kembali oleh anak Tan Tjek Tjiu, yakni Setiawan.

Namun, di tangan Setiawan pun produksi sirup sempat terhenti. Barulah pada tahun 1983, produksi sirup bangkit kembali untuk bersaing dengan produk sirup lainnya yang sudah dikenal terlebih dahulu.

Sirup ini makin meroket pada periode 1990-an, ketika anak sulung Setiawan, Budiman, mulai turun tangan membantu. Di tangannya, sirup ini sukses dikembangkan dengan memiliki varian 9 rasa dari yang sebelumnya hanya 3 rasa, yakni rasa pisang susu, melon, leci, mangga gedong, jeruk nipis, dan kopi moka. Yang paling difavoritkan oleh masyarakat adalah rasa pisang susu.

Lokasi produksi pun berpindah-pindah. Semula berada di pusat Kota Cirebon. Kemudian, kini lokasi produksinya berada di daerah Perumnas Kota Cirebon. Dalam sehari produksinya mencapai 1.200 botol, dan dikirimkan ke berbagai kota-kota besar, seperti Cirebon, Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, sampai Bali, Bandar Lampung dan Kalimantan. Sirup ini juga sudah bisa dijumpai di gerai ritel modern semacam Carrefour dan Alfa.

Menurut salah satu warga Kanoman Kota Cirebon bernama Sakti (22), dirinya kerap mengonsumsi Sirup Tjampolay untuk berbuka puasa. Bahkan sirup ini seolah sudah menjadi menu wajib ketika bulan Ramadhan tiba sebagai minuman berbuka puasa.

"Karena rasanya yang khas, terutama rasa pisang susu yang banyak digemari. Apalagi minuman ini asli Cirebon," tuturnya kepada TIMES Indonesia, Senin (18/5/2020).

Selain untuk dikonsumsi sendiri dan keluarganya, lanjut Sakti, sirup Tjampolay juga kerap dijadikannya sebagai oleh-oleh untuk sanak famili di luar kota, seperti di Jakarta.

"Karena ini khas Cirebon, jadi cocok buat jadi oleh-oleh," ungkapnya.

Hal senada pun diungkapkan oleh warga Plumbon Kabupaten Cirebon bernama Dedi Haryadi (44). Dirinya kerap mengonsumsi sirup Tjampolay untuk berbuka puasa. Dirinya mengaku senang dengan rasa kopi moka.

"Karena produk Cirebon, jadi udah terbiasa minum sirup ini pas buka puasa atau hari-hari biasa," tuturnya.

Keunikan sirup Tjampolay ini, terletak pada kemasan dan botolnya yang tetap dipertahankan sejak awal diproduksi. Kemasan sirup legendaris khas Cirebon ini  hanya cukup ditempel saja di botol beling. Bahkan, tulisannya masih menggunakan ejaan lama, dengan menampilkan gambar buah Tjampolay. (*)

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.



Editor : Faizal R Arief
Publisher : Sholihin Nur
Sumber : TIMES Cirebon

TERBARU

INDONESIA POSITIF

KOPI TIMES