Pengamat Sepakbola: Rencana Arema FC Bubar Hanya Lip Service untuk Cari Simpati

TIMESINDONESIA, MALANG – Beberapa waktu lalu tim Arema FC di bawah PT Arema Aremania Bersatu Berprestasi Indonesia (AABBI) sempat menyatakan pertimbangan membubarkan tim pasca demo berujung ricuh di Kandang Singa. Pernyataan tersebut menarik banyak perhatian, salah satunya pengamat sepakbola dari Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali.
Kepada TIMES Indonesia, Akmal menilai pernyataan untuk bubarkan tim tersebut hanyalah 'lip service' guna mencari simpati terhadap Aremania dan seluruh suporter sepakbola Indonesia.
Advertisement
"Saya melihat itu hanya untuk mencari simpati. Tidak serius, 99 persen saya katakan tidak serius. Itu cuma diplomasi untuk mencari simpati publik saja," ujar Akmal, Kamis (2/2/2023).
Menurut dia, pendukung Arema FC berpotensi akan bereaksi untuk memberikan dukungan agar klub tidak dibubarkan. Hal itu sudah nampak saat ratusan Aremania datang ke Kandang Singa untuk memasang kembali logo Arema FC yang sempat hancur pasca demo ricuh beberapa waktu lalu.
Akmal juga mengungkapkan, kondisi tim berjuluk Singo Edan saat ini memang sedang tidak baik-baik saja sejak Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022 yang telah menewaskan 135 nyawa.
Mulai dari tak mendapatkan homebase, penolakan dari berbagai suporter di Indonesia hingga diterpa kekecewaan dari Arek Malang yang menilai manajemen Arema FC hanya setengah hati berdiri untuk keadilan korban dan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan.
Terlebih, yang paling disorot adalah Iwan Budianto sebagai pemilik dan pemegang saham terbanyak di PT AABBI (Arema FC) selama ini tak pernah menampakkan diri ataupun berkomentar sejak Tragedi Kanjuruhan Malang.
"Semua kan diwakili manajemen. Mau muncul takut, sementara Aremania itu butuh perhatiannya. Sejauh ini, sejak Gilang mundur dari Arema kan gak ada lagi sosok yang dipercaya," ujarnya.
Sebenarnya, selama ini sejak Tragedi Kanjuruhan Arema FC mendapat keuntungan yang cukup banyak. Seperti sanksi Komdis PSSI yang hanya meminta 1 tahun Arema FC tak boleh main di Malang dan denda Rp500 juta.
Semua itu, menurut Akmal, berkat kuasa Iwan Budianto yang ada di tubuh PSSI. Pria yang populer disapa IB itu dinilai cukup membantu meringankan sanksi Arema FC.
"Kan gak dapat homebase, terus pertandingan ditunda. Harusnya kan WO sesuai regulasi. Ini berkat kuatnya IB di PSSI dan sangat berpengaruh sekali," katanya.
Kalaupun Arema FC terus menerus menyatakan mempertimbangkan diri akan bubar, menurut Akmal, hal itu hanyalah sebuah desain untuk mencari simpati guna mengembalikan nama Arema FC.
"IB selama ini kan sudah berusaha menjaga gengsinya untuk Arema. Arema jadi satu saja gak mau, ini malah mau bubar, gak mungkin sekali," ujarnya.
Satu-satunya cara untuk mengembalikan eksistensi Arema FC, hanyalah dari Iwan Budianto. Ia sepakat jika Iwan Budianto keluar dan merespons seluruh masyarakat Malang dan Indonesia sejak Tragedi Kanjuruhan hingga saat ini yang tak kunjung usai.
"Beruntung Gilang mundur, sehingga masalah Arema ini makin terkuak. Langkah yang harus dilakukan ya manajemen Arema IB harus keluar dan bicara apapun resikonya," tandasnya. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ferry Agusta Satrio |
Publisher | : Rizal Dani |