Pegiat Otomotif Ngawi, Dorong Perbengkelan Roda Dua Jadi Industri Kreatif
TIMESINDONESIA, NGAWI – Balap liar dan knalpot brong jadi noda hitam di dunia otomotif. Kesan negatif tersemat bagi para pelakunya. Namun tidak bagi Agus Budianto, pegiat otomotif roda dua warga Desa Grudo, Ngawi. Baginya maraknya aktivitas tersebut sebagai tanda perkembangan dunia otomotif roda dua.
Tetapi hal itu tetap harus diakomodir dengan tepat. Para pelaku dunia otomotif roda dua, seperti mekanik atau pebalap yang relatif masih muda-muda harus diarahkan ke ranah yang lebih positif. Demi mereduksi pandangan negatif penghobi otomotif roda dua.
Advertisement
"Racing tampil menjelma, menjadi identitas, aktualisasi pribadi yang mencari jati diri. Perspektif racing, tak lagi bisa dipandang sebagai hobi kaleng-kaleng. Sebab didalamnya ada muatan beragam psikis dan perfeksionis, untuk tampil," kata Agus kepada TIMES Indonesia saat dihubungi pada Senin (13/6/2022).
Pria yang memiliki julukan Agus 'Black' tersebut mengungkapkan, dirinya berkeinginan untuk mewadahi para pegiat otomotif roda dua. Sebab, talenta muda yang meramaikan aktivitas itu terkesan kurang terarah. Dia menyayangkan kepiawaian mekanik dalam meramu mesin, dan ketangkasan pebalap memacu kuda besi justru mengganggu masyarakat.
"Jadi tinggal membuatnya dari sudut pandang mana, untuk menjadikanya sebagai hal positif. Memang butuh pemahaman dan menyamakan persepsi tanpa intervensi. Sebab, kalau nggak hobi pasti terganggu ketika mendengar free flow teriak di 7.000 RPM," ungkap Agus.
Dirinya mengaku terobsesi untuk menjadikan perbengkelan roda dua sebagai industri kreatif. Hal itu bukan tanpa alasan. Sebab untuk membuat mesin moncer ketika dipacu, perlu kreativitas para mekanik. Meracik, berhitung dan uji coba, sehingga tercipta tipikal performa mesin roda dua.
Di samping itu, keinginan Agus juga demi membuka lapangan kerja baru di Ngawi. Menurutnya Industri kreatif otomotif roda dua bisa mengakomodir lulusan SMA sederajat dan untuk mensinergikan dunia balap dengan kurikulum pendidikan kejuruan.
"Sebab dalam satu unit kuda besi, herex misalnya, dari hitungan data kasar saja, ada 6 option part yang bisa diproduksi massal level home industry. Seperti, tabung induksi, tabung pelepas panas crankcase, tromol karapan, triple clamp 250 cc, knalpot dan tangki," urai Agus.
Sebagai langkah awal, Agus juga rutin menjalin komunikasi dengan sesama pegiat otomotif roda dua di Kabupaten Ngawi. Belum lama ini, dirinya mengaku mengunjungi bengkel milik Bowo Sompreng begawan 'Las Wajan Tech Ngawi.'
"Dari hasil produktifitas dan inovasinya, kemungkinan akan menjadi sentral project percontohan," kata Agus.
Selain itu, dirinya juga berkeinginan industri kreatif otomotif roda dua turut didukung perbankan. Agus menyebut hal itu agar para pemilik bengkel bisa melengkapi prasarana dan sarana yang lebih memadai.
"Pastinya, para mekanik butuh spesial tools yang mumpuni. Paling jamak adalah mesin bubut CNC, dynotest dan scan diagnosa tools," urai Agus.
Untuk mendukung geliat otomotif roda dua di Kabupaten Ngawi, tentunya butuh lintasan balap. Menurut Agus, hal itu cukup penting. Mengingat dalam dunia pacu mesin butuh trek untuk tes kecepatan dan latihan merespon lampu start bagi pebalap.
"Nanti akan kita coba lobi dan nego sehubungan sewa atau pinjam sebuah lahan yang pas buat setting speed dan latihan merespon lampu start. Atau syukur-syukur pemerintah ikut memprasaranai," ujar Agus.
Khusus untuk kampanye anti balap liar di dunia otomotif roda dua, Agus Budianto juga mengaku menggandeng pebalap drag bike asli Ngawi, Bimo 'Pelo' Percil. "Setelah melewati proses komunikasi, Bimo 'Pelo' Percil kita jadikan duta anti balap liar," papar pegiat otomotif Agus Budianto. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |