Enaknya Off Road Bukit Jengkoang Dijoki Mas Agus, Medan Alot Terasa Mulus
TIMESINDONESIA, SURABAYA – Rute Off Road Bukit Jengkoang Bumiaji Kota Batu menjadi saksi kepiawaian Mas Agus mengendalikan Jimny keluaran 1983.
Berawal dari aspal mulus sepanjang Jalan Jeruk., roda melaju melibas kelokan pegunungan hingga menggulung alotnya tanah bergelombang. Ketenangan Mas Agus membuat tiga awak penumpang, satu di depan, dua di belakang, meredam kekhawatiran. Maklum, di film-film action petualangan, medan off road sepertinya super menantang. Tapi itulah andalnya Mas Agus.
Advertisement
Dia bahkan pernah menjadi joki saat mengantar keluarga Gubernur Khofifah berwisata fun off road di sana. Belum lama, Agustus 2023 ini. Sampai diposting di Instagram gubernur. Begitulah, Khofifah memang getol promo wisata. Mas Agus juga ikut terkenal.
"Ya saya dulu yang nyetiri ibu gubernur," ucap Mas Agus sambil fokus menggilas jalan setapak. Sedangkan kanan kiri terhampar kebun jeruk yang mulai berbuah oranye ranum.
Mas Agus (tengah) saat foto bersama Martudji dan Oky dengan bersandar pada Kotrik kuning garang kebanggaan.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Mas Agus bercerita, 4x4 tunggangannya ini masih orisinil. Sasis juga asli pabrikan. Gardan solid. Mesin galak. Performanya sehat seperti orangnya.
Suspensinya sombong dan keras kepala. Begitu istilahnya. Andai mobil 'jalur hijau' itu lelaki, para gadis pasti bilang ini dia namanya pejantan. Jimny Kotrik kalau dapat tuan yang pas memang anti kacau. Makin garang.
Beberapa kawan Mas Agus juga sama. Mereka tergabung dalam penyewaan Jeep bernama 'Komunitas Bumiaji Amazing Jip Adventure (BAJA). Jimny nya keren-keren. Driver rata-rata pensiunan joki club. Body 4 WD atap trepesnya sangat terawat. Bisa jadi biayanya mengalahkan jatah skincare istri.
"Dulu joki, sekarang kalah sama kebutuhan magicom," celetuk seorang driver.
Bukan cuma soal magicom, penanak nasi. Itu hanya candaan para driver. Tapi memang off road adalah salah satu sumber perekonomian di kota wisata dataran tinggi ini.
Jadi ingat, Pemkot setempat sudah punya branding baru. Kota Wisata Batu. Fun Off Road Bukit Jengkoang salah satu primadona andalan.
Kalau mau sewa, wisatawan bisa langsung kontak BAJA dan dijemput ke lokasi. Jika beruntung, bisa bertemu Mas Agus.
Tak akan bosan duduk dan berpetualang di samping Mas Agus. Dengan senang hati dia akan menjawab pertanyaan soal rute dan kekayaan alam di sekitarnya.
Meski terkesan pendiam dan pemalu, Mas Agus punya wawasan luas tentang pertanian. Tanya saja soal perkebunan yang membentang.
"Itu jeruk, panen tiga kali setahun," terang Mas Agus saat roda menggilas belahan rute hamparan kebun jeruk keprok.
Selain jeruk, juga ada tomat, lombok dan selada. Cantik bukan main. Pemandangannya seperti di film-film. Walau sudah banyak cerita begitu, Mas Agus tetap profesional.
Sesekali ia diam karena memang harus fokus ketika melintasi beberapa tikungan dalam dengan kemiringan ekstrem di tengah teduhnya pohon pinus. Setir bundar meski ia kuasai. Jadi, wisatawan juga pasti sadar diri untuk sejenak berhenti mengajak ngobrol Mas Agus ini. Tunggu sampai landai.
Tromol akan menahan laju roda saat rombongan trip depan atau belakang kesulitan menanjak di tikungan berlumpur. Mogok artinya penumpang harus turun. Mas Agus menarik hand brake. Biasanya posisinya di tengah hutan yang jalannya bergelombang curam.
Penumpang turun saja. Bisa sekalian untuk menghirup aroma getah pinus dan berfoto seperti petualang.
Tapi kalau yang mogok 'Kotrik' Mas Agus, mana tega melihatnya berjuang sendirian? Tapi santai, Mas Agus tak akan menyulitkan penumpang untuk mendorong si kuning kesayangan. Ada alat kinetic, kadang juga tambang manual. Persiapan para driver sungguh matang. Beruntung, tunggangan Mas Agus jarang manja.
Tapi kalau hujan, kata Mas Agus sambil tertawa, bisa sampai petang perjalanannya.
"Wah coba saja nanti, sulit dan jangan harap pulang dengan baju bersih," Mas Agus terbahak.
Kalau dihitung-hitung, total panjang rute sekitar 10 kilometer. Ada rute landai, ektrem, dan rute trip panjang. Mulai pedesaan, Bukit Teletubbies, perkebunan, hutan pinus dan Cafe Sundul Langit. Butuh waktu sekitar 2 jam.
"Semua akan bermuara di puncak Bukit Jengkoang," ujar Mas Agus yang tinggal di Kawasan Selecta.
Jip Mas Agus berhenti saat membelah hutan pinus Bukit Jengkoang untuk mendinginkan mesin.(Foto : Lely Yuana/TIMES Indonesia)
Bukit Jengkoang yang dikatakan Mas Agus itu indah bukan main. Apalagi saat musim hujan tiba. Semua nampak hijau. Dari situ Kota Batu terlihat jelas.
Dia menunjuk sebuah bangunan dari kejauhan. Deretan atap. Katanya Pasar Induk Kota Batu yang baru saja diresmikan oleh Gubernur Khofifah dan wali kota beberapa waktu lalu. Tapi belum beroperasi. Pasar itu punya ikon patung buah khas tanaman dataran tinggi dengan temperatur 18° Celcius.
"Batu yang dingin kalau Mas Agus yang joki, ya tetap saja dingin," kelakar Martudji dan Oky. Wisatawan dari Surabaya.
Agar suasana dingin menjadi sedikit hangat, Mas Agus mengajak wisatawan menuju Cafe Sundul Langit alias warung kopi di Bukit Jengkoang.
Laris manis saat musim liburan tiba dan harus antre. Nikmatnya antre sambil mengabadikan momen berlatar satu bangunan tua di kejauhan. Konon bangunan itu kosong sejak lama. Dulu menjadi tempat pengawas. Itu sering jadi background potret mempesona sampai memori habis.
Kalau puas ngopi di area off road bukit jengkoang, Mas Agus mengajak turun lewat jalur berbeda. Jalurnya anti manja. Tak perlu pegangan rapat-rapat. Mas Agus akan mengajak wisatawan menuju lokasi makan siang. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sholihin Nur |