PG Rajawali II Resmi Bekukan Operasional Pabrik Gula Sindanglaut Cirebon

TIMESINDONESIA, CIREBON – PG Sindang Laut di Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, akhirnya ditutup oleh PT PG Rajawali II hingga waktu yang tak ditentukan pada awal 2020 ini. Gara-garanya terjadi kekurangan suplai bahan baku tebu, sehingga menyebabkan kerugian pada beberapa tahun terakhir.
PT PG Rajawali II selaku pengelola PG Sindang Laut, akhirnya memindahkan produksi gula ke Pabrik Gula Tersana Baru di Babakan Gebang, Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon.
Advertisement
Menurut Sekretaris Perusahaan PT PG Rajawali II, Erwin Yuswanto, dalam 3 tahun terakhir, suplai bahan baku tebu di pabrik gula PT PG Rajawali II mengalami penurunan yang cukup signifikan. Kondisi tersebut, menyebabkan pabrik penggilingan tebu tidak optimal dan mengalami kerugian.
Sejak 2016, kerugian sudah mencapai Rp 430 juta. Tahun 2017 mencapai Rp 1,5 M. Di tahun 2018 meningkat hingga Rp 5,5 M. Dan di tahun 2019 kerihiannya mencapai Rp 1,5 M.
Akibat kondisi ini, lanjutnya, sejak tahun 2017 manajemen sudah akan memutuskan untuk mengoperasikan 1 unit pabrik saja. Namun, saat itu para petani berkomitmen akan meningkatkan suplai bahan baku tebu untuk memenuhi kapasitas pabrik serta komitmen karyawan untuk meningkatkan kinerja pabrik.
"Dengan pertimbangan tersebut, akhirnya manajemen memutuskan untuk tetap mengoperasikan 2 unit pabrik yaitu PG Sindanglaut dan PG Tersana Baru," jelasnya saat ditemui TIMES Indonesia di Kantor PT PG Rajawali II, Jalan Wahidin Kota Cirebon, Selasa (18/2/2020).
Seiring berjalannya waktu, lanjutnya, suplai tebu terus menurun. Sehingga pada tahun 2019, rata-rata hanya menyuplai 58% bahan baku ke pabrik. Manajemen PT PG Rajawali II pun meminta untuk dilakukan kajian oleh pihak independen, dalam hal ini Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP) Yogyakarta, dengan mempertimbangkan 2 aspek utama. Yakni agar semua tebu milik petani dapat tergiling habis oleh pabrik gula dan kinerja keuangan perusahaan semakin membaik.
"Hasil kajian ini menyimpulkan bahwa untuk tahun 2020, dengan suplai tebu yang ada maka manajemen hanya mengoperasikan 1 unit pabrik yaitu PG Tersana Baru dengan meningkatkan kapasitas gilingnya," jelasnya.
Adapun dipilihnya PG Tersana Baru, lanjutnya, karena ada berbagai pertimbangan. Seperti Ketersediaan sumber air, peluang meningkatkan kapasitas giling sangat terbuka, kapasitas boiler yang cukup besar ($ 4.000 TCD), penerapan Sistem Monitoring Pabrik berbasis IT (SCADA), serta biaya persiapan pabrik jauh lebih rendah dibanding jika mengoperasikan PG Sindang Laut.
Atas keputusan ini, tambah Erwin, manajemen telah mensosialisasikan kepada para petani yang tergabung dalam APTRI dan PPTRI, di mana para petani pada prinsipnya menerima keputusan manajemen untuk membekuoperasikan PG Sindanglaut.
"Namun mereka tetap meminta agar ke depan PG Sindanglaut bisa dioperasikan kembali," jelas sekretaris perusahaan PT PG Rajawali II ini. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Deasy Mayasari |
Publisher | : Sofyan Saqi Futaki |