Diskusi Terarah Pola Kebijakan, CWI Bedah Potensi Pemimpin Perempuan

TIMESINDONESIA, MALANG – Cakra Wikara Indonesia (CWI) menggelar kegiatan diskusi terarah secara virtual melalui aplikasi Zoom, Selasa (25/8/2020). Diskusi terbatas itu membedah pola kebijakan dan potensi kepemimpinan kepala daerah dari kalangan perempuan (pemimpin perempuan).
Cakra Wikara Indonesia merupakan perkumpulan peneliti yang menekuni kajian sosial politik dengan perspektif gender untuk memproduksi pengetahuan bersama demi mendorong pemberdayaan masyarakat dan peningkatan kualitas kebijakan publik.
Advertisement
Mengusung tema Perempuan sebagai Kepala Daerah: Pola Kepemimpinan dan Kebijakan, CWI mengundang tiga kepala daerah perempuan yakni Bupati Jember Faida, Wali Kota Batu Dewanti Rumpoko, dan Bupati Karawang Cellica Nurrachadiana.
Turut hadir pula Dirga Ardiansa perwakilan dari Cakwa Wikara Indonesia dengan moderator Nur Iman Subono dari Departemen Ilmu Politik, FISIP Universitas Indonesia (UI).
Dalam paparannya, masing-masing kepala daerah membeberkan potensi dan kekuatan pemimpin perempuan dari berbagai aspek.
Dewanti meyakini bahwa pemimpin perempuan memiliki ketrampilan yang lebih detail dan teliti daripada pemimpin laki-laki. Meskipun dalam praktiknya, semua pemimpin tentu mempunyai model kepemimpinan yang berbeda-beda.
"Secara keseluruhan pemimpin laki-laki dan pemimpin perempuan itu sama. Membesarkan organisasi yang dipimpinnya. Dengan siapapun kita harus bisa ngatur emosi," ungkapnya.
Namun, kata politisi politisi PDIP itu, perempuan menempatkan perhatian pada setiap sektor sekecil apapun itu. Misalnya, estetika di lingkungan perkantoran, pernak-pernik, kerapihan, kebersihan dan lainnya.
Dalam hal ini menurutnya pemimpin perempuan bisa dinilai lebih telaten. Sisi spesifikasi tersebut bisa disebut sebagai salah satu faktor kelebihan perempuan dalam memimpin. "Pemimpin harus mempunyai track record yang bagus. Siapapun dia," tegasnya.
Membawa Kota Batu menjadi lebih baik, bagi Dewanti, sudah menjadi tugas dan tanggungjawabnya sebagai orang nomor satu di Kota Wisata tersebut.
"Komitmen janji kepada siapapun itu, baik pejabat maupun rakyat, itu harus. Komitmen soal waktu dan soal apapun. Supaya kita tetap dipercaya oleh masyarakat. Itu hal-hal yang selalu saya jaga," bebernya.
Sementara, Bupati Jember Faida, mengatakan bahwa perempuan memang tidak suka berkelahi. Jika adu kekuatan pun tidak sekuat tenaga laki-laki. "Perempuan tidak suka berkelahi tapi perempuan tidak terima dilecehkan," tegasnya.
Bupati pertama perempuan di Jember itu dinilai oleh CWI sebagai sosok pemimpin yang menghadapi beberapa tantangan. Salah satunya isu agama tentang kepemimpinan perempuan. "Bagi saya yang terpenting adalah profesionalisme dan kerja nyata tegak lurus memperkuat kepentingan rakyat," imbuh Faida.
Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana, menyebutkan karakter perempuan pada umumnya lebih multitasking dari laki-laki. Perempuan dikatakan bisa mengerjakan beberapa pekerjaan di waktu bersamaan.
"Perempuan itu punya warna tersendiri. Perempuan juga lebih detail. Ketika kita berada di tengah-tengah komunitas sosial, kita lebih diterima," tandasnya.
CWI konsentrasi mengembangkan penelitian kepada para kepala daerah perempuan bagaimana sosok pemimpin perempuan mengayuh roda kepemimpinan di tengah isu-isu identitas dan agama. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Ronny Wicaksono |
Publisher | : Ahmad Rizki Mubarok |
Sumber | : TIMES Malang |