Kisah Raden Bagus Arya Wiralodra, Bupati Pertama Indramayu

TIMESINDONESIA, JAKARTA – Kabupaten Indramayu berulang tahun yang ke 493 pada tanggal 7 Oktober 2020 kemarin. Keberadaan Indramayu tidak terlepas dari sosok Raden Bagus Arya Wiralodra, yang tak lain adalah pendiri sekaligus bupati pertama Indramayu.
Menurut Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Kabupaten Indramayu, Dedy S Musashi, Raden Bagus Arya Wiralodra merupakan Bupati pertama Indramayu. Beliau yang mendirikan sebuah Pedukuhan Cimanuk yang diberi nama Darma Ayu, yang kemudian cikal bakal menjadi nama Indramayu.
Advertisement
Meskipun mendirikan Pedukuhan Cimanuk, namun Raden Arya Wiralodra ternyata bukanlah asli daerah tersebut. Dedy menjelaskan, Raden Arya Wiralodra justru berasal dari daerah Bagelen Jawa Tengah, tepatnya di Banyuurip.
Raden Bagus Arya Wiralodra merupakan anak ketiga dari seorang Tumenggung yang bernama Gagak Singalodra. Saudara-saudara Raden Bagus Arya Wiralodra yakni Raden Wangsanegara, Raden Ayu Wangsayuda, Raden Tanujaya, dan Raden Tanujiwa.
Raden Bagus Arya Wiralodra dikenal memiliki jiwa yang besar dan memiliki cita-cita luhur. Beliau berkeinginan untuk membangun sebuah negara yang dapat diwariskan kepada anak cucunya.
"Ia pun melatih diri dengan ilmu kanuragan, tirakat, dan ilmu-ilmu lainnya untuk memenuhi cita-cita tersebut," jelasnya, Kamis (8/10/2020).
Konon, saat Raden Bagus Arya Wiralodra tengah menjalani tapa brata dan bersemedi di Perbukitan Melaya di kaki Gunung Sumbing, ia mendapat wangsit atau wahyu untuk membuka hutan di sebelah barat Sungai Cimanuk.
Wangsit itu berbunyi, "Wahai Wiralodra, apabila engkau ingin bahagia beserta keturunanmu di kemudian hari, pergilah merantau ke arah matahari terbenam dan carilah lembah sungai Cimanuk. Jika sudah sampai di sekitar sungai Cimanuk, berhentilah dan menebang pepohonan untuk mendirikan sebuah pedukuhan dan menetap di sana. Kelak tempat ini akan menjadi daerah yang subuh dan makmur hingga tujuh turunan di sana."
Begitu mendapatkan wangsit tersebut, Raden Bagus Arya Wiralodra pun pulang ke rumah dan meminta restu kepada Gagak Singalodra untuk mencari lembah yang dimaksud dalam wangsit tersebut. Kemudian, dia pun pergi bersama abdi setianya yang bernama Ki Tinggil.
Perjalanan Raden Bagus Arya Wiralodra menemukan Sungai Cimanuk tidaklah mudah. Di tengah perjalanan, dia kerap menemui berbagai rintangan. Hal tersebut sudah berjalan selama tiga tahun lamanya. Raden Bagus Arya Wiralodra pun belum berhasil menemukan lokasi Sungai Cimanuk berada.
Namun dia pantang menyerah. Raden Bagus Arya Wiralodra terus berjalan menelusuri hutan, mengarah menuju arah matahari terbenam. Hingga akhirnya, dia menemukan sebuah sungai yang amat besar.
"Raden Bagus Arya Wiralodra sangat senang telah menemukan sungai yang besar. Dia dan Ki Tinggil bermalam di sana pada saat itu," tutur Dedy.
Kemudian pada pagi buta, Raden Bagus Arya Wiralodra terbangun dan menemui seorang kakek-kakek bernama Ki Buyut Sidum dari Pajajaran. Ki Buyut Sidum memberitahukan, bahwa sungai besar itu bukanlah Sungai Cimanuk yang selama ini dicari Raden Bagus Arya Wiralodra. Akan tetapi, sungai itu adalah Sungai Citarum.
Karena itu, Ki Buyut Sidum menyuruh Raden Bagus Arya Wiralodra untuk menyebrangi sungai itu dan kembali ke arah timur. Tak hanya itu, Raden Bagus Arya Wiralodra juga diberi petunjuk untuk mencari seekor kijang yang memiliki kidung atau tanduk emas dengan mata menyerupai intan berlian, lalu ikuti kijang tersebut.
Tak perlu waktu lama, Raden Bagus Arya Wiralodra pun mengikuti petunjuk dari Ki Buyut Sidum tersebut, hingga akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita bernama Dewi Larawana di tengah hutan yang lebat. Pertemuan tersebut membuat Dewi Larawana memaksa Raden Bagus Arya Wiralodra untuk mempersuntingnya. Namun Raden Bagus Arya Wiralodra menolak dan membuat Dewi Larawana marah kemudian menyerangnya.
Menghadapi Dewi Larawana, Raden Bagus Arya Wiralodra mengeluarkan senjatanya, yaitu Cakra Udaksana Kiai Tambu. Gadis itu pun lenyap terkena senjata milik Raden Bagus Arya Wiralodra. Bersamaan dengan itu, muncullah seekor kijang yang dimaksud oleh Ki Buyut Sidum.
"Wiralodra pun segera mengejar kijang itu yang lari ke arah timur, tapi tiba-tiba kijang itu lenyap di dekat sebuah sungai besar," ujar Dedy.
Karena kelelahan, Raden Bagus Arya Wiralodra tertidur. Dalam tidurnya dia bermimpi bertemu Ki Buyut Sidum, dia pun menyampaikan bahwa inilah Sungai Cimanuk yang dimaksud oleh Ki Buyut Sidum.
Melalui petunjuk dari mimpi tersebut, Raden Bagus Arya Wiralodra dan Ki Tinggil pun membuat sebuah gubug dan membuka ladang. Mereka pun menetap di sebelah barat ujung sungai Cimanuk.
Gubug tersebut kemudian berkembang mnejadi sebuah Pedukuhan dan banyak didatangi orang-orang. Pedukuhan di Barat Sungai Cimanuk ini makin hari makin banyak penghuninya. di antaranya ada seorang wanita cantik bernama Nyi Endang Darma. Bersama Nyi Endang Darma, Raden Bagus Arya Wiralodra mulai mengembangkan padukuhan tersebut.
Kemudian, terjadi sebuah insiden dengan kedatangan Pangeran Guru dari Palembang. Dia datang bersama 24 muridnya untuk menantang Nyi Endang Darma. Perang dahsyat pun tidak terelakkan antara Nyi Endang Darma dengan Pangeran Guru.
Setelah mengalami peperangan yang sengit, insiden tersebut pun berakhir dengan tewasnya Pangeran Guru beserta 24 muridnya. Mereka pun dikuburkan di suatu tempat yang sekarang terkenal dengan “Makam Selawe”.
"Mengetahui kejadian itu Ki Tinggil melaporkannya kepada Raden Bagus Arya Wiralodra yang saat itu tengah berada di Bagelen," ujar Dedy.
Mengetahui hal itu, Raden Bagus Arya Wiralodra memutuskan untuk segera kembali ke Padukuhan di Sungai Cimanuk. Ia ingin menguji kesaktian yang dimiliki Nyi Endang Darma karena berhasil mengalahkan pasukan Pangeran Guru.
Setelah bertemu, keduanya pun saling beradu kesaktian. Namun ternyata, Raden Bagus Arya Wiralodra lebih sakti daripada Nyi Endang Darma. Merasa terkesan, Nyi Endang Darma mundur dan berkata. "Dengan ini izinkan hamba meninggalkan padukuhan, hanya saja pesan hamba harap diterima, yaitu nama hamba jangan dilupakan. Karena Padukuhan Cimanuk ini kita bangun bersama-sama, Raden yang membabat saya yang mengisi,"
Pada saat itu, tepatnya pada Hari Jumat Kliwon, 1 sura 1449 bertepatan dengan tanggal 1 Muharam 934 Hijriah atau tanggal 7 Oktober 1527, diresmikan Padukuhan Cimanuk yang diberi nama Darma Ayu. Peristiwa inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Indramayu. (*)
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |
Publisher | : Lucky Setyo Hendrawan |